49. Tuduhan

14 4 0
                                    

Keesokkan harinya

"Gino! Gino!" Panggil Satria yang meninggikan suaranya.

"Apa kak?" Tanya Gino menghampiri kakaknya itu.

Namun tiba-tiba.....

Plak!

Satria mendaratkan tangannya di pipi Gino dan meninggalkan bekas merah pada pipi manis milik remaja laki-laki itu. Gino terkejut dengan sikap Sang Kakak kepadanya. Ia memegangu pipinya yang terasa sakit akibat tamparan itu.

"Kenapa tiba-tiba nampar aku!?" Marah Gino.

"Kamu gak usah pura-pura lagi! Kakak udah tau semuanya!" Bentak Satria.

"Tau apa sih kak?" Tanya Gino yang berusaha merendahkan nada bicaranya.

"Sekarang Vino koma di rumah sakit karena kecelakaan dan kamu kan yang udah nyelakain Vino!?" Bentak Satria lagi.

"Kakak tau kamu benci sama dia. Tapi janga kayak gini caranya, Gin. Kakak gak pernah ajarin kamu jadi kriminal." Ucap Satria.

"Nyelakain? Maksud kakak apa? Aku aja baru tau kalo anak itu kecelakaan. Jadi mana munhkin aku yang nyelakain dia." Ucap Gino.

"Gak usah bohong! Kita sama-sama tau kalo kamu adalah orang yang paling benci anak itu diantara kita berempat! Tentu aja kamu punya motif yang kuat buat nyelakain dia kan!?" Bentak Satria.

"Beneran, kak. Kali ini bukan aku pelakunya." Ucap Gino membela diri.

"Jangan bohong!" Bentak Satria.

"Walaupun Gino benci sama anak itu gue yakin dia gak sebodoh itu buat nyelakain anak itu." Celetuk Marcel menghampiri Satria dan Gavin.

"Krnapa kamu bisa seyakin itu?" Tanya Satria.

"Kita semua tau walaupun Gino tempramental fan benci sama anak itu, Gino gak akan berani berbuat kriminal sampe nyelakain anak itu." JawB Marcel

Satria memandang ke arah Gino. "Bener juga." Batin Satria.

"Kakak akan cari bukti. Dan kalo terbukti pelakunya kakak gak akan ragu buat nyeret kamu ke penjara." Ucap Satria pada Gino lalu pergi begitu saja meninggalkan kedua adiknya.

"Kak Satria mencurigai Gino pasti karena dia udah tau soal Vino yang kecelakaan dari polisi itu." Batin Marcel.

Ya, itu benar. Marcel yang menyuruh polisi itu untuk menghubungi Satria dan mengabarkan tentang krcelakaan yang dialami Vino karena bagaimana pun Satria harus mengetahui yang dialami adiknya. Sekalipun adik yang tak diharapkan.

Narcel menatap kakaknya yang mulai petgi menjauh. Tak lama kemudian dengan sanrainya Marcel juga melangkah pergi seolah tak peduli dengan apa yang baru saja terjadi meninggalkan Gino sendirian disana.

"Kenapa kak Satria semarah itu cuma karena anak itu kecelakaan? Apa kak Satria udah mulai peduli sama anak itu?" Batin Gino.

"Gin, lo kenapa? Pagu-pagi mukanya udah kayak orang marah aja." Tanya Favin yang tiba-tiba satang.

"Ini semua gara-gara anak sialan itu." Jawab Gino.

Gavin mengerutkan dahinya. "Vino maksud lo?" Ranyanya sekali lagi.

"Menurut lo siapa lagi kalo bukan dia?" Ketus Gino.

"Kenapa lagi emangnya?" Tanya Gavin.

"Kak Satria nuduh gue yang udah nyelakain anak itu.

Tanpa Gino sadari, Gavin menarik senyum miringnya.

"Ya ampun, Gin. Vino lagi terbaring lrmah di rumah sakit aja masih lo salahin. Dia gak tau apa-apa soal ini. Lagipula harusbya lo sebagai kakaknya jagain dia di rumah sakit bukan malah kayak gini." Ucap Gavin.

HEARTBEATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang