Pagi yang cerah telah datang kembali. Semua orang kembali melakukan aktivitasnya seperti biasa. Begitupun juga Aurel yang kembali menghabiskan waktunya di sekolah.
Para siswa sekolah itu terlihat duduk di tempatnya masing-masing sambil memperhatikan Sang guru yang sedang menjelaskan pelajaran di depan kelas. Tak ada yang berani mengeluarkan suara ricuh sedikitpun. Semuanya memperhatikan guru itu dengan seksama.
Hingga akhirnya Sang Guru mengakhiri penjelasannya dan kembali duduk di kursinya.
"Untuk menambah nilai, saya akan memberikan tugas kelompok." Ucap sang guru.
"Tugas kelompok mulu. Perasaan tugas kelompok yang kemarin baru selesai deh." Batin Aurel.
Para siswa terlihat terkejut mendengarnya. Seolah tak peduli dengan itu, Sang Guru melanjutkan kalimatnya. "Tugasnya kalian harus membuat proposal penelitian. Kalian akan mengerjakan menyebar kelompok. Dan satu kelompok berisi dua orang."
"Sekarang saya akan membacakan nama-nama kelompoknya." Ucap guru itu.
"Vino satu kelompok dengan Aurel." Ucap guru itu.
Sontak Aurel menghela nafas panjangnya. "Tuh kan sama dia lagi. Dah lah cuma nasib aja. Kalau minta pindah kelompok juga nggak bakal dibolehin." Batin Aurel.
Saat pulang sekolah
Aurel terlihat tengah berjalan menyusuri lorong. Namun lagi-lagi laki-laki menyebalkan itu menghampirinya.
Seolah sudah tahu apa yang akan dikatakan oleh laki-laki itu, Aurel terlebih dahulu membuka suaranya. "Apa? Mau kerja kelompok?" Tanya Aurel dengan ketus.
"Iya, kalo gitu ikut gue." Jawab Vino sambil menarik tangan Aurel.
Dengan cepat Aurel menepis dengan Vino. "Lo kan ufah sering ke rumah gue. Waktu itu juga kita udah pernah kerja kelompok di rumah gue. Sekarang gantian. Kerja kelompok kali ini di rumah lo ya? Gue kan juga pengen liat rumah lo." Ucap Aurel yang sontak membuat Vino terdiam.
Tanpa mempedulikan akan hal itu, Aurel berjalan menuju parkiran meninggalkan Vino yang yang masih terdiam di tempatnya.
"Woi cepetan!" Ucap Aurel sedikit berteriak.
Teriakan Aurel itu membuat Fino tersadar dari lamunannya. Vino pun melangkahkan kakinya mengikuti Aurel.
Keduanya berjalan menuju parkiran. Sesampainya di parkiran, tanpa pikir panjang Aurel langsung memasuki mobil laki-laki itu. Vino yang melihat gadis itu yang memasuki mobilnya pun hanya bisa menghela nafas panjangnya. Lalu ia membuka pintu depan mobilnya dan duduk di kursi kemudi. Vino pun mengemudikan mobilnya meninggalkan tempat itu.
Vino mengendarai mobilnya. Matanya terlihat fokus memperhatikan jalan yang akan dilaluinya dengan tatapan datar. Aurel yang melihat itu pun diam membisu tak ingin mengganggu laki-laki itu yang tengah fokus menyetir.
Tanpa terasa 15 menit kemudian keduanya telah sampai di tempat tujuan. Vino menghentikan Mobilnya di depan sebuah rumah yang terlihat begitu besar membuat Aurel terkagum-kagum melihatnya.
"Ini rumah lo? Gede banget." Ucap Aurel yang dijawab anggukkan oleh Vino. Vino dan Aurel keluar dari mobil dan berjalan menuju rumah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTBEAT
Teen Fiction"Kau adalah alasan aku masih bertahan hidup sampai sekarang. Jadi kumohon jangan pernah pergi dari hidupku, jantung hatiku." Bagi Kebanyakan orang keluarga adalah tempat ternyaman dan rumah untuk tempat kita pulang. Tapi berbeda bagi pria satu ini...