Jam sudah menunjukkan pukul 15.30. Bel pulang yang berbunyi dengan keras membuat para siswa berbondong-bondong pergi meninggalkan kelasnya untuk segera pulang. Lorong yang awalnya sepi kini terlihat ramai dilalui oleh para siswa itu. Tak sedikit dari mereka yang bersenda gurau bersama teman-teman mereka sembari menelusuri lorong tersebut. Suara langkah kaki serta canda tawa dari para siswa itu pun menggema di sepanjang lorong.
Namun, di tengah banyaknya para siswa yang ramai itu, terlihat seorang gadis yang berjalan sendirian. Tak seperti yang lain, ia berjalan sembari melamun. Bahkan senyum manisnya pun tak terlihat sedikit pun. Kenapa dia seperti itu? Entahlah, mungkin karena suasana hatinya sedang tidak baik.
"Aurel."
Suara panggilan yang terdengar di telinganya berhasil membuat langkahnya terhenti. Ia menoleh ke belakang untuk melihat siapa yang baru saja memanggilnya. Dilihatnya seorang wanita cantik berambut panjang lengkap dengan seragam sekolahnya tersenyum dan berjalan menghampirinya. Sedangkan gadis itu masih berdiri diam di tempatnya tanpa menyambut kedatangan kakaknya itu dengan senyuman atau sapaan.
"Kenapa kak?" Tanya Aurel.
"Kamu kok keliatan murung sih? Ada apa, hm?" Tanya Via.
"Gak papa kok, kak." Jawab Aurel yang dibalas anggukan oleh sang kakak.
"Oh ya udah." Ucap Via.
"Eh Aku punya makanan nih. Kamu mau gak?" Tawar Via.
"Gak deh, kak. Aku udah kenyang." Tolak Aurel.
"Yah sayang banget. Padahal tadinya aku mau kasih ini." Ucap Via.
Aurel melebarkan senyumnya ketika melihat kakaknya yang mengambil sesuatu dari saku seragamnya itu. "Kak, mau coklatnya dong." Pintanya.
"Tadi katanya gak mau." Ucap Via.
"Hehe kalau coklat sih nggak bisa nolak." Ucap Aurel sambil tersenyum lebar.
"Yeh dasar. Ya udah, nih." Ucap Via memberikan sebatang coklat itu pada adiknya.
Aurel menerima coklat itu. Senyuman manis di wajah gadis itu tak memudar sedikitpun ketika memakan coklat itu. Kenapa? Ya, menurut Aurel coklat adalah obat untuk suasana hatinya yang buruk. Setiap kali suasana hatinya itu sedang tidak baik, anak itu akan tersenyum kembali jika sudah disuguhi sebatang coklat.
Via menatap adiknya yang melahap coklat itu sambil tersenyum. "Aurel.... Aurel. Dikasih coklat aja langsung senyum. Tapi syukur deh kalo dia senang." Batinnya.
Tak lama kemudian perempuan itu pun terkejut melihat sebatang coklat yang baru saja ia berikan pada adiknya itu telah habis. Bagaimana mungkin habis secepat itu? Coklat itu cukup besar. Ah, sudahlah. Aurel memang selalu pandai menghabiskan coklat.
"Udah abis aja?" Tanya Via.
"Hehe."
Via tersenyum sambil sedikit menggelrngkan kepalanya. "Haha dasar." Batin Via.
"Sekarang kita pulang?" Tanya Via.
"Let's go!" Ucap Aurel.
Via merangkul adiknya itu lalu mengajaknya pergi. Aurel pun dengan senang hati mengikuti langkah kakaknya itu. Dari kejauhan, keduanya terdengar bercanda tawa satu sama lain. Wajah Aurel awalnya terlihat murung kini digantikan dengan senyuman lebar yang Terukir di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTBEAT
Novela Juvenil"Kau adalah alasan aku masih bertahan hidup sampai sekarang. Jadi kumohon jangan pernah pergi dari hidupku, jantung hatiku." Bagi Kebanyakan orang keluarga adalah tempat ternyaman dan rumah untuk tempat kita pulang. Tapi berbeda bagi pria satu ini...