50. Kenyataan tak terduga

9 2 0
                                    

Sudah 2 hari berlalu sejak hari itu. Dan selama itu pula Aurel, Raya, Dira dan Aldo selalu ke rumah sakit untuk menjenguk dan melihat keadaan Vino. Namun tetap saja tak ada perubahan. Bmun sayangnya tak ada perubahan. Vino masih saja terbaring tak sadarkan diri.

Kini Aurel terlihat berada di dalam ruang ICU. Gadis itu berdiri sambil menatap ke arah Vino yang masih menutup matanya.

"Vin, udah 5 hari lo disini. Lo nggak mau bangun apa? Apa lo nggak mau bangun dan sekolah lagi? Di sekolah lagi banyak banget tugasnya. Apa lo nggak takut ketinggalan pelajaran? Please, bangun." Ucap Aurel berharap Vino akan mendengar ucapannya itu.

Tapi sepertinya semua itu hanya sia-sia. Vino masih saja menutup matanya tanpa merespon apapun. Aurel pun banghela nafas panjangnya kecewa dan memunduk.

Tak lama terdengar suara monitor tanda vital yang ada di samping ranjang Vino berbunyi panjang. Aurel mendongakkan kepalanya dan melihat tubuh Vino yang kejang.

"Gak! Gak mungkin! Gak boleh!" Batin Aurel.

Aurel yang panik pun segera menakan tombol yang ada di dinding belakang ranjang berkali-kali untuk memanggil suster. Tak lama kemudian yang diharapjan pun datang. Bahkan tak hanya duster, seorang dokter pun datang ke ruang ICU itu.

"Permisi, apa anda yang menekan tombol bantuan? Apa ada yang bisa kami bantu?" Tanya suster.

"Vino kejang-kejang, Sus." Jawab Aurel.

"Harap keluar terlebih dahulu. Kami akan menanganinya." Ucap Sang dokter.

Aurel mengangguk dan keluar dari ruangan itu. Di luar ruangan ICU Raya, Dira, dan Aldo masih setia menunggu di luar ruangan itu.

"Kenapa, Rel?" Tanya Raya.

"Vino kejang tadi." Jawab Aurel.

Jawaban Aurel itu membuat ketiga temannya terkejut. Mereka pun pun terdiam.

Raya menoleh ke arah Aurel yang terlihat sangat gelisah. Gadis ituterus-menerus melihat ke arah ruang ICU.

"Dia sekhawatir itu ya?" Batin Raya.

Aurel menghela napas panjangnya. "Kak Gavin mana?" Tanya Aurel.

"Kak Gavin keluar. Katanya mau cari minum." Jawab Dira.

"Gue cari kak Gavin dulu ya." Ucap Aurel.

Ucapan Aurel itu diangguki oleh ketiga temannya. Aurel bangkit dari duduknya dan berjalan pergi dari sana meninggalkan ketiga temannya.

Aurel melangkah tanpa tujuan melewati lorong dan lobby rumah sakit. Hingga tanpa Aurel sadari, ia telah sampai di parkiran rumah sakit. Tempat itu cukup sepi. Tak terlalu banyak orang dan kendaraan di sana.

Kedua netra Aurel langsung tertuju pada dua sosok laki-laki yang sedang memunggunginya. Walau tak melihat wajahnya, postur laki-laki itu terlihat mirip dengan Gavin. Aurel pun melangkah sedikit lebih maju untuk memastikannya.

Dan benar saja. Aurel terkejut ketika melihat Gavin yang sedang berdiri dan berbicara dengan seorang pria asing. Ia mengerutkan dahinya.

"Orang itu siapa? Ngapain kak Gavin sama orang itu?" Batin Aurel.

Aurel melihat ke arah Gavin yang memberikan sejumlah uang pada pria itu.

"Ngapain kak Gavin ngasih uang ke orang itu?" Batinnya penasaran.

Aurel bersembunyi agar dapat mendengar percakapan Gavin dengan pria asing itu.

"Ini uang buat lo karena lo udah berhasil bikin Vino celaka. Bonus lo bakal gue transfer kalo anak itu bener-bener mati." Ucap Gavin sambil memberikan amplop berisi uang pada pria itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HEARTBEATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang