Keesokkan harinya
Aurel turun dari mobil Via saat keduanya telah sampai di sekolah. Ia pun melangkahkan kakinya menuju kelas. Namun, langkahnya itu terhenti saat ia melihat dua orang yang tak asing baginya.
"Loh Vino? Kak Gavin? Kalian saling kenal? Keliatannya akrab banget." Tanya Aurel.
"Iya, Vino kan adik aku." Jawab Gavin yang mendapatkan tatapan dari sang adik.
"Oh maaf. Aku gak tau soalnya." Ucap Aurel.
Gavin tersenyum simpul. Ia menupuk bahu Vino lalu pergi.
"Lo kenal sama kak Gavin? Sejak kapan?" Tanya Vino.
"Iya. Soalnya kemarin gue liat kak Vion lagi ngobrol sama kak Gavin. Jadi gue sekalian kenalan sama kak Gavin." Jawab Aurel. Vino pun menganggukkan kepalanya pertanda mengerti.
"Kak Gavin itu beneran kakak lo? Kok gue gak pernah liat kalian bareng sebelumnya?" Kini giliran Aurel yang bertanya.
"Lo aja kali yang ga liat." Jawab Vino.
"Udah mau bel. Gue mau ke kelas." Ucap Vino lalu pergi.
"Eh tungguin gue dong!" Ucap Aure yang sedikit berteriak sambil berlari mengikuti Vino dari belakang.
Skip
Jam sudah menunjukkan pukul 9:50. Kini kantin sekolah itu dipenuhi dengan para siswa. Dan di antara para siswa itu, terlihat Vino dan Aurel yang tengah duduk sambil bercengkrama.
"Wah gila! PR matematika gue yang lo ajarin waktu itu bener semua. Thnks ya udah bantuin gue." Ucap Vino.
"Iya." Ucap Aurel.
"Nanti abis pulang sekolah ajarin gue matematika lagi ya." Ucap Vino.
"Iya. Eh tapi anterin gue ke toko buku dulu ya. Ada buku yang mau gue beli soalnya." Ucap Aurel.
"Siap." Ucap Vino.
Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya menghampiri mereka. itu adalah Bu Dita. Melihat itu, keduanya sontak menghentikan pembicaraan itu.
"Vino? Syukurlah kita ketemu di sini. Ada hal yang harus Ibu bicarakan sama kamu." Ucap Bu Dita.
"Ada apa bu?" Tanya Vino.
Minggu depan ada turnamen Taekwondo tingkat nasional. Dan ibu rasa kamu adalah orang yang tepat untuk mewakili sekolah kita. Jadi ibu sangat berharap kamu menyetujui untuk mengikuti turnamen itu." Ucap Bu Dita."Minggu depan bu?" Tanya Vino.
"Iya. Kamu mau kan?"
"Aduh, bu. Saya sih mau aja tapi apa satu minggu itu nggak terlalu cepat Bu? Saya belum mempersiapkan apa-apa. Saya takut mengecewakan nantinya." Ucap Vino.
Ucapan Vino tersebut dihadiahi sebuah tatapan dari Aurel.
"Selama ini kamu sudah berlatih dengan sangat keras. Ibu juga sudah lihat sendiri kemampuan kamu. Kamu bisa, Vino. Lagi pula kamu sudah sering memenangkan turnamen Sebelumnya. Jadi ibu yakin di turnamen kali ini pun kamu juga bisa melakukan yang terbaik." Ucap Bu Dita menyemangati siswanya itu.
Aurel tersenyum dan menyentuh bahu Vino lalu mengelusnya. "Iya, Vin. Gue juga yakin lo bisa. Ydah terima aja." Ucap Aurel.
Vino menoleh ke arah Aurel. "Rapi Rel-"
Kalimat Vino itu terhenti saat dirinya melihat gadis itu mengembangkan senyum kepadanya. Senyum yang sangat sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata. Yang jelas, senyum itu membuat hati Vino tenang dari keraguannya.
Vino pun menghela nafas panjangnya. "Oke."
Vino kembali menoleh ke arah Bu Dita. "Baik, bu. Saya akan ikut turnamen itu." Ucapnya.
Bu Dita tersenyum mendengarnya. "Terimakasih, Vino. Karena kamu sudah mau mewakili sekolah." Ucap Bu Dita.
"Iya, bu." Ucap Vino.
"Oh ya karena turnamennya sebentar lagi, nanti setelah istirahat kedua sampai sore nanti kamu akan dilatih oleh guru taekwondonya di lapangan ya. Ibu sudah mengizinkannya pada guru yang akan mengajar nanti." Ucap Bu Dita lalu pergi.
Vino yang ingin membuka suaranya pun mengurungkan niatnya karena melihat wanita paruh baya itu yang mulai berjalan menjauh darinya.
"Yah Kayaknya gue nggak bisa nemenin lo ke toko buku deh nanti, Rel." Ucap Vino.
Aurel tersenyum. "Gak papa, lo latihan aja. Gue bisa minta anterin Kak Via kok. Lo yang semangat ya latihannya." Ucap Aurel yang dibalas senyuman oleh Vino.
Kriiiiiing
Tak terasa bel pulang telah berbunyi. Para siswa berhamburan keluar dari kelas mereka untuk segera pulang. Begitupun juga Aurel.
Aurel berjalan di tengah ramainya para siswa itu. Namun langkahnya itu terhenti ketika ia melewati lapangan dan melihat Vino yang tengah berlatih. Tak lama kemudian laki-laki itu terlihat berjalan mendekati salah satu pohon yang berada tak jauh darinya dan mendudukkan dirinya di bawah pohon itu.
Aurel pun tersenyum dan memutuskan untuk menghampiri Vino.
"Capek ya?" Tanya Aurel pada Vino.
"Lumayan." Jawab Vino.
Aurel mengambil sebuah minuman dari tasnya. "Nih minum." Ucap Aurel yang memberikan minum pada Vino.
"Ini bekas lo ya?" Tanya Vino.
"Enak aja. Ini gue beli di kantin tau. Lihat nih segelnya aja belum dibuka." Ucap Aurel yang membuat Vino terkekeh.
"Sorry, kan Gue cuman bercanda." Ucap Vino.
"Ya udah nih minumnya." Ucap Aurel memberikan Minuman itu.
Vino pun mengambil minuman itu dan langsung meminumnya. "Thanks." Ucap Vino yang dibalas anggukan oleh gadis itu.
"Lo latihan Sampai jam berapa?" Tanya Aurel.
"Sampe jam 5 katanya." Jawab Vino.
"Kalo gitu semangat ya latihannya." Ucap Aurel.
"Cieee makin dekat aja nih gue liat-liat." Ucap Dira yang tiba-tiba datang dan menggoda Aurel.
"Cieee dari yang awalnya sering berantem jadi akrab gini." Timpal Raya.
"Ih apa sih?" Ucap Aurel.
"Emang bener ya kata orang-orang. Benci sama cinta itu beda tipis. Yang tadinya benci lama-lama bisa jadi saling suka juga." Ucap Dira.
"Ra, jangan mulai ya?" Ucap Aurel.
"Oh atau jangan-jangan lo udah mulai suka sama dia ya, Rel?" Tanya Dira.
"Ih kalian bener-bener ya!?"
Dira tersenyum dan menarik Raya untuk berlari bersamanya. Tanpa pikir panjang Aurora pun langsung berlari mengejar kedua temannya itu.
"Sini kalian jangan kabur!" Ucap Aurel sedikit berteriak.
Vino terkekeh melihat ketiga gadis itu dari tempatnya berdiri. "Aurel.... Aurel. gak di rumah atau di sekolah digodain mulu tuh orang." Batin Vino.
Kali ini Vino memusatkan kedua matanya untuk melihat ke arah Aurel sambil tersenyum. "Gak heran sih banyak orang yang suka godain dia. Abisnya dia gemesin kalo marah gitu." Batin Vino.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTBEAT
Teen Fiction"Kau adalah alasan aku masih bertahan hidup sampai sekarang. Jadi kumohon jangan pernah pergi dari hidupku, jantung hatiku." Bagi Kebanyakan orang keluarga adalah tempat ternyaman dan rumah untuk tempat kita pulang. Tapi berbeda bagi pria satu ini...