19. Hari ternyebelin

12 5 0
                                    

Hari berganti lagi. Jam menunjukkan pukul 09.00 pagi. Dan kini Vani telah sampai di kampusnya. Ia berjalan sambil memegangi selembar kertas tugas miliknya yang Rencananya akan diserahkannya pada dosen.

Namun sebelum Vani berhasil melakukannya, tiba-tiba seorang pria datang dan mengambil begitu saja kertas itu dari tangan Vani.

Perempuan itu pun berdetak kesal ketika melihat wajah pria itu yang dengan seenaknya mengambil tugas yang sudah dibuatnya dengan susah payah.

"Sini gue yang kumpulin." Ucap Marcel dengan datar lalu pergi begitu saja.

"Gue yang capek-capek ngerjain malah dia yang ngumpulin. Ugh! Kalau bukan karena duit 300 ribu yang kemarin dia kasih udah gue bejek-bejek tuh orang." Batin Vani yang kesal.

Vani melihat jam tangan berwarna putih yang melingkar di pergelangan tangannya. Dilihatnya jam itu menunjukkan pukul 08:50. Kelas dimulai 10 menit lagi. Vani pun memutuskan untuk membeli roti kesukaannya di minimarket di depan kampus.

5 menit kemudian Vani kembali setelah mendapatkan apa yang diinginkannya. Ia pun berjalan menyusuri lorong menuju kelasnya. Terlihat perempuan itu tak henti-hentinya melebarkan senyum sumringahnya.

"Lagi nunggu gini emang enaknya makan ini sih." Monolog Vani sambil tersenyum lebar.

Ya, hanya dengan membeli dan memakan roti itu saja sudah cukup membuat suasana hati Vani yang kesal menjadi membaik kembali. Mungkin bagi sebagian orang itu cukup aneh. Tapi mau bagaimana lagi?

Vani berjalan sambil memegang roti yang akan dimakannya itu. Tapi sayang, tepat ketika perempuan itu akan menyantap rotinya, seorang laki-laki menabrak perempuan itu sampai rotinya jatuh ke lantai.

"Roti gue!" Kesal Vani.

"Sorry." Ucap laki-laki itu lalu pergi begitu saja meninggalkan Vani yang membuat perempuan itu semakin kesal.

"Dia nabrak gue sampai bikin roti gue jatuh terus dengan entengnya bilang Maaf Habis itu pergi gitu aja? Huh Untung aja gue sabar." Monolog Vani sambil menatap sini laki-laki itu yang mulai menjauh darinya.

Vani mengambil roti yang sudah terjatuh itu lalu membuangnya ke tempat sampah yang ada di sana.

"Roti gue.... sayang banget Padahal belum makan sama sekali." Monolog Vani lagi lalu pergi.

Vani mempercepat langkahnya menuju ruang kelasnya. Ia pun menghela nafas laganya ketika memasuki ruangan kelas itu. Kelas itu memang sudah mulai ramai dengan mahasiswa dan mahasiswi yang sudah duduk rapi di kursinya masing-masing. Namun belum terlihat adanya dosen di sana.

"Huff untung aja belum telat." Batin Vani.

Perempuan itu melihat ke sekeliling ruangan. Ia pun kembali menghela nafas wajahnya setelah tak menemukan keberadaan pria menyebalkan yang baru saja bertemu dengannya.

"Tuh cowok nyebelin nggak ada di sini kan? Bagus deh." Batin Vani sembari tersenyum.

Kemudian Vina pun berjalan duduk di kursinya. Ia memainkan ponselnya dan sesekali mengobrol dengan beberapa temannya sembari menunggu dosennya datang. Tak lama kemudian, yang ditunggu pun tiba.

Seorang laki-laki paruh baya bertubuh gemuk lengkap dengan memakai kemeja dan jasnya yang rapi berjalan memasuki ruangan kelas itu. Pria itu mulai mengakses satu per satu mahasiswa yang ada di sana. Setelah itu, ia memulai mata kuliahnya hari itu.




















Tepat jam 10:00 kelas pun selesai. Satu persatu para mahasiswa itu mulai Beranjak Pergi Meninggalkan kelas itu. Begitupun juga dengan Vani.

Vani berjalan melenggang keluar kelasnya sambil menyunggingkan senyum manis di wajahnya pertanda suasana hatinya sedang baik. Tapi sayang, Tak lama kemudian sesuatu yang buruk pun datang menghampirinya. Ya, mungkin saja Dewi keberuntungan sedang tidak memihak padanya hari ini.

Vani keluar dari gedung kampusnya dan berjalan menuju parkiran. Jalanan dipenuhi dengan kenangan air yang diakibatkan oleh hujan yang tadi turun. Hal itu membuat Vani semakin berhati-hati melangkah agar pakaiannya tidak basah karena genangan tersebut ataupun terjatuh. Namun walaupun sudah berhati-hati T-shirt biru yang membalut tubuhnya tetap saja basah terkena cipratan air dari sebuah mobil berwarna hitam yang berjalan melewatinya.

"Ih tuh mobil gimana sih? Udah tau becek gini bukannya hati-hati malah ngebut." Gerutu Vani.

Saat Vani hendak melanjutkan langkahnya menuju mobilnya sendiri, ia pun ntar diam sejenak di tempat itu sembari terus menatap mobil itu yang mulai menjauh darinya.

"Bentar deh, itu kan mobilnya Marcel. Oh jadi dia yang bikin baju gue basah begini? Wah itu orang benar-benar ya Udah kemarin nyuruh gue ngerjain tugas kelompok sendiri, tadi pagi jatuhin roti gue, dan sekarang bikin baju gue basah tanpa minta maaf? Wah bener-bener." Batin Vani yang kesal.

Vani pun mempercepat langkahnya menuju mobil miliknya. Sesampainya di dalam mobil, Vani langsung memakai sebuah hoodie berwarna hitam yang memang selalu ditaruhnya di dalam mobil. Ia pun kemudian melajukan mobilnya pergi dari sana dan perempuan itu mengabaikan bajunya yang basah.

Dengan perasaan yang masih kesal, perempuan itu mengendarai mobilnya dengan cepat agar dia bisa cepat sampai di rumahnya.

Sesampainya di rumah, dengan wajah yang ditekuk Vani membuka pintu rumahnya dengan kasar lalu masuk begitu saja. Ia menghentakkan kakinya dengan keras ke lantai pertanda amarah yang masih meliputinya. Ia duduk di atas sofa ruang tamu itu lalu menyandarkan dirinya di sana. Dibukanya hoodie yang dipakainya dengan kasar lalu melemparkannya ke sofa.

"Eh eh eh pulang nggak ngucapin salam, main banting pintu gitu aja, mukanya ditekuk gitu lagi. Ada apa sih?" Tanya Vanessa yang datang menghampiri Vani.

"Kakak kok masih di rumah? Nggak ke Rumah Sakit buat kerja?" Tanya Vani.

"Gak, kakak hari ini jadwal praktik siang." Jawab Vanessa.

"Eh Jawab dulu kamu kenapa tadi?" Lanjut Vanessa yang kembali bertanya.

"Gapapa kok kak. Aku cuma lagi kesel aja sama temen kuliah aku. Udah dia kemarin nyuruh aku kerjain tugas kelompok sendiri, Terus tadi pagi dia nabrak aku sampai roti aku jatuh, Terus yang lebih parahnya lagi dia bikin baju aku basah kayak gini." Jawab Vani.

Mendengar ocehan adiknya itu, Vanessa tersenyum lalu perlahan tertawa karenanya. Merasa aneh karena melihat kakaknya yang tertawa, Vani pun mulai jengkel.

"Ih kok malah ketawa sih Kak? Aku lagi kesel loh ini. Kenapa malah diketawain?" Tanya Vani.

"Abisnya kamu lucu." Jawab Vanessa.

"Lucu dari mananya?" Tanya Vani sekali lagi.

"Kamu tuh ya Udah umur 20 tahun tapi kelakuan masih kayak bocah umur 10 tahun yang masih ngedumel gitu. Bahkan anak umur 10 tahun aja kelakuannya nggak kayak kamu gini deh."

"Ih Kakak nggak tahu sih seberapa nyebelinnya itu orang." Gerutu Vani.

"Iya deh iya, udah! Jangan kayak Aurel gitu ah gak pantes tau. Kalau Aurel yang ngambek kayak gitu kelihatan imut. Kalau kamu yang kayak gitu kelihatan amit-amitnya tau gak?" Goda Vanessa lalu pergi meninggalkan adiknya itu di ruang tamu sendirian.

"Ah kakak mah!" Ucap Vani yang sedikit berteriak membuat Vanessa terkekeh mendengarnya.

TBC

HEARTBEATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang