Keesokkan harinya
Sinar matahari yang nenembus melalui celah-celah jendela membuat Aurel yang sedang terlelap itu membuka matanya dengan perlahan. Ia melirik jam weker yang ada di atas meja tak jauh dari kasurnya. Dilihatnya jam itu sudah menunjukkan pukul 5.50 pagi.
"Ck! Udah pagi aja. Perasaan gue baru tidur deh. Argh! Bisa nggak sih libur aja gitu?" Batinnya.
Dengan penuh keterpaksaan, gadis pemalas itu pun bangkit dari tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi dengan perlahan. Kakinya seakan tidak ingin beranjak dari kasur.
Setelah selesai mandi dan memakai seragamnya, ia pun membukan pintu kamarnya dan berjalan meruni tangga untuk pergi ke ruang makan. Dan tanpa diduga kedua kakaknya sudah berada di ruang makan itu.
"Pagi, my little sisters!" Sapa Vanessa dengan senyum lebarnya.
"Pagi, kak." Ucap Aurel dengan datar.
"Pagi, kak." Ucap Via yang membalas sapaan kakaknya itu dengan senyuman yang lebar.
"Via, Kamu tau gak Vani di mana?" Tanya Vanessa.
"Aku gak tau, kak. Tapi kayaknya sih masih tidur di kamarnya." Jawab Via.
"Kebiasaan tuh anak! Awas aja nanti!" Monolog Vanessa.
"Ups! Kayaknya bakalan ada perang dunia ke-3 nih hehe." Batin Via sambil menahan senyumnya. Tapi kemudian pandangannya pun beralih pada adik bungsunya yang terlihat Murung itu.
"Lho kok pagi-pagi udah cemberut aja sih?"
"Gak kok. Gak papa kak." Jawab Aurel sambil mengukir senyum terpaksanya.
"Senyum dong. Kita tuh harus mengawali pagi dengan senyuman." Ucap Via.
"Huh Aku lagi males senyum, Kak."
Mendengar hal itu, Vanessa pun hanya bisa menghela nafas panjangnya. "Ya udah kita sarapan, yuk!" Ujar Vanessa yang mengalihkan pembicaraan. Kalung mereka pun mulai duduk dan memakan sarapan mereka.
Setelah selesai sarapan Aurel dan Via pun perpamitan kepada kakak dan pergi untuk berangkat sekolah.
Berangkat sekolah. Berbeda dengan Vino yang selalu terlihat senang dan mengukirkan senyum setiap berangkat sekolah, Aurel justru kehilangan keceriaannya dan terlihat tidak senang ketika berangkat sekolah. Wajahnya datar. Tidak ada sedikitpun senyum yang terlihat di wajahnya. Berbeda sekali ketika ia berada di rumah.
Ya, Wajar saja. Karena Gadis itu tidak suka sekolah. Bukan karena ia tidak suka belajar, tapi sekolah mengingatkannya akan sesuatu yang paling menakutkan baginya.
Kini Aurel telah sampai di sekolahnya setelah menempuh perjalanan beberapa menit. Dia memasuki kelasnya dengan berat hati. Seakan tidak ingin memasuki kelas itu. Gadis itu langsung duduk manis di tempat duduknya.
Tak beberapa lama setelahnya bel masuk pun berbunyi. Semua siswa yang awalnya berada di luar kelas sekarang mereka satu persatu memasuki kelas. Begitu pun juga dengan Sang guru. Seorang guru berjalan memasuki kelas itu dengan seorang anak laki-laki di sampingnya.
Gadis berwajah datar itu membelalakkan matanya terkejut melihat siapa sosok anak laki-laki itu.
"Dia kan..." Gumamnya.
"Vino? Kenapa dia pindah?"
"OMG OMG! Mimpi apa gue semalam bisa sekelas sama Vino?!"
"Wow pindah dari MIPA 1 ke MIPA
2? Wow lucu!""Emang boleh ya kayak gitu?
"Gak tau deh, suka-suka dia aja lah."
"Terlepas dari apapun alasannya yang penting gue jadi bisa liat muka gantengnya itu setiap waktu."
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTBEAT
Fiksi Remaja"Kau adalah alasan aku masih bertahan hidup sampai sekarang. Jadi kumohon jangan pernah pergi dari hidupku, jantung hatiku." Bagi Kebanyakan orang keluarga adalah tempat ternyaman dan rumah untuk tempat kita pulang. Tapi berbeda bagi pria satu ini...