Pagi yang cerah telah tiba. Vino terlihat sudah siap dengan memakai seragam sekolahnya. Ia melangkahkan kakinya keluar dari kamar itu dan menuruni anak tangga.
Vino pun berjalan menuju pintu utama Rumah itu dan hendak keluar. Namun langkahnya itu terhenti ketika seseorang memanggilnya dari arah belakang.
"Vin, sarapan dulu lah sini!" Ucap Gavin sedikit berteriak.
Vino menoleh dan tersenyum. "Gak usah, Kak. Gue sarapan di sekolah aja." Tolaknya.
"Gak ada penolakkan." Ucap Gavin.
Gavin bangkit dari duduknya dan menghampiri Vino. Ia pun menarik tangan Vino lalu mengajak adiknya itu ke meja makan dan menyuruh Singo untuk duduk di sebelahnya.
Gavin mengambilkan makanan untuk Vino. Mau tak mau Vino pun menuruti kakaknya itu dan mulai memakan makanannya. Sedangkan Gino yang melihat kedatangan Vino itu menatap adiknya dengan tajam.
"Gue udah selesai. Gue berangkat dulu." Ucap Gino yang bangkit dari duduknya lalu pergi meninggalkan ruang makan itu.
Tak ada satupun yang membuka suaranya. Marcel dan Satria menatap datar ke arah Gino. Viino juga hanya terdiam menatap punggung Gino yang mulai berjalan menjauh darinya. Seakan sudah tahu dengan apa yang dipikirkan oleh adiknya itu, Gavin menepuk pundak Vino.
"Gak usah diliatin. Udah biarin aja kalo dia pengen berangkat duluan." Ucap Gavin.
Vino menoleh dan menatap kakaknya itu. Gavin dapat melihat Vini yang mengukir senyum tipisnya. Vino, Gavin, dan kedua Kakak sulungnya itu pun kembali melanjutkan memakan sarapan mereka tanpa adanya sedikitpun suara yang terdengar kecuali suara sendok dan piring yang saling beradu.
Setelah selesai makan, Gavin berusaha meraih teko yang berisi teh yang ada di sebelah Vino. Namun hal itu mengakibatkan segelas teh hangat milik Vino tumpah membasahi baju seragamnya.
"S-sorry, Vin. Gue gak sengaja." Ucap Gavin.
"Bentar, gue ambilin baju seragam gue yang satu lagi ya buat gantiin seragam lo yang basah?" Tanya Gavin yang menawarkan bantuan.
"Gak uasah, Kak. Nanti biar gue ganti sendiri aja. Gue juga punya baju seragam satu lagi buat gantinya." Ucap Vino yang menolak.
"Beneran gak papa?" Tanya Gavin.
Sebelum sempat Vino menjawab pertanyaan itu, Marcel sudah terlebih dulu membuka suaranya. "Udah, Favin. Mendingan lo berangkat duluan. Biar Vino ganti seragamnya sendiri." Ucap Marcel datar.
Gavin terdiam sejenak. "Ya udah, Vin. Gue berangkat dulu. Maaf gara-gara gue lo harus ganti seragam lagi." Ucap Gavin.
"It's okay." Ucap Vino.
Gavin pun tersenyum dan beranjak pergi meninggalkan ruangan itu untuk segera berangkat sekolah.
Setelah kepergian Gavin, Vino melihat kedua Kakaknya yang menatapnya dengan tatapan datar yang membuat Vino canggung berada di dekat kedua Kakaknya itu. Seolah menyadari hal itu, Satria bangkit dari duduknya lalu pergi meninggalkan ruang makan itu. Begitu juga dengan Marcel yang melakukan hal yang sama setelahnya.
Vino menatap kedua Kakaknya yang mulai berjalan menjauh darinya. Begitu banyak perasaan yang tidak dapat dijelaskan berkecamuk di dalam hatinya setiap kali mendapatkan perlakuan seperti itu dari kedua Kakaknya. Namun dengan cepat ia menepis pikiran itu dan kembali mengalihkan Pikirannya pada seragamnya yang basah. Vino pun beranjak dari tempatnya untuk menuju kamarnya yang ada di lantai 2 untuk segera mengganti seragamnya yang basah karena ia harus secepatnya berangkat ke sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTBEAT
Ficção Adolescente"Kau adalah alasan aku masih bertahan hidup sampai sekarang. Jadi kumohon jangan pernah pergi dari hidupku, jantung hatiku." Bagi Kebanyakan orang keluarga adalah tempat ternyaman dan rumah untuk tempat kita pulang. Tapi berbeda bagi pria satu ini...