Bab 5

1K 81 7
                                    

"Rene, apa ini?"

Suho menerobos masuk ke kamar rawat inap Irene dengan nada bicara emosi sambil membawa berkas yang diyakini Irene itu adalah berkas perceraian mereka.

"Bukankah mas bisa membacanya? Kenapa masih bertanya?" Irene merespon dingin protes Suho sambil tetap melihat tab yang ada di tangannya.

"Aku tidak akan menandatanganinya, aku yakin hasil DNA itu tidak sesuai Rene"

"Aku tidak perduli" Irene menjeda ucapannya sambil melepas kacamatanya, Irene mengalihkan tatapannya ke arah Suho yang masih berdiri di depan pintu,

"dengan atau tanpa tanda tangan mas, kita akan tetap berpisah"

"Rene, 12 tahun kita menikah apa kau tidak bisa mempercayaiku?"

"Menurut mas apa selama ini aku kurang percaya? Sudah berapa kali mas membohongiku? Sudah berapa kali mas menyembunyikan sesuatu yang besar dariku? Pernah aku memprotesnya? Kalau sekarang sudah ada data yang jelas menunjukkan anak lelaki itu adalah anak kandungmu, dengan cara apa aku harus menyangkalnya?"

Tidak ada teriakan ataupun nada tinggi, Irene benar-benar sangat tenang kali ini dalam menghadapi Suho. Nadanya tenang, kata-katanya tegas tetapi sorot matanya tidak bisa berbohong bahwa ada emosi yang dia simpan di dalam dirinya.

"Satu lagi, aku tidak butuh mediasi ataupun pembagian harta, aku hanya butuh anak-anak. Kalau mas tidak mau menafkahi anak-anak juga tidak masalah, aku bisa melakukannya sendiri. Mas bisa tetap bertemu anak-anak tetapi hanya di hari sabtu, hanya itu permintaanku."

Suho mengusap wajahnya frustasi mendengar Irene yang benar-benar sudah bulat dengan tekadnya.

"Rene, beri aku waktu untuk menyelesaikan ini semua, jangan menambah bebanku Rene."

"Justru aku ingin mengurangi bebanmu mas maka dari itu aku menggugat cerai. Prince tidak bersalah, begitu juga dengan Kun dan Karina, yang salah adalah kita para orang dewasa, jadi tolong jangan mempersulit perceraian ini agar anak-anak juga tidak terlalu kena imbas dengan skandal besarmu ini."

"Aku tidak akan menceraikanmu."

"Aku tidak perduli, dengan atau tanpa persetujuanmu kita tetap akan berpisah."

"Kenapa kau keras kepala sekali Rene? Kenapa kau selalu semaumu sendiri?!"

Irene terdiam mendengar Suho menaikkan nada bicaranya,

"Jaga bicaramu mas, kita sedang di rumah sakit."

"Kenapa? Kau malu kalau ada yang tahu kau memang selalu semaumu sendiri?" Tanya Suho dengan eskpresi menantang dan meremehkan Irene.

"Mas, aku memang sedang sakit, tetapi bukan berarti aku tidak bisa menghajarmu kalau kau sudah cukup keterlaluan." Dengan sorot mata penuh emosi, Irene turun dari ranjangnya dengan tangan yang masih terpasang infus, dia mendekat ke arah Suho yang masih belum beralih dari tempatnya.

"Kalau aku egois, lalu mas apa? Beberapa tahun yang lalu ada yang menuduhku berbagi ranjang dengan Minho, tetapi siapa sekarang yang punya anak dengan orang lain?" Irene menatap sinis lelaki yang ada di depannya,

"Kalau ingin menghujat seseorang, paling tidak berkacalah dulu." Irene menjeda ucapannya dengan tatapan dinginnya,

"Kalau tidak ada yang ingin dikatakan lagi, silahkan pergi" lanjutnya sebelum Irene kembali mendekat ke ranjangnya lalu menekan tombol bantuan yang ada di sisi ranjangnya.

"Direktur butuh sesuatu?" seorang perawat dengan perawakan kurus berwajah manis masuk ke kamar Irene setelah mendengar bel dari Irene.

"Tolong jangan izinkan siapapun bertamu ke ruanganku selain ibuku dan teman-temanku. Aku ingin istirahat."

The Scandal 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang