Irene memasuki rumah dengan ekspresi sangat lelah, kakinya melangkah gontai menuju ke ruang tamu sebelum akhirnya dia merebahkan dirinya di sofa.
Matanya menatap kosong ke arah langit-langit rumahnya sebelum lamunannya buyar karena getaran ponsel di saku celana kain yang dipakainya.
"Sayang, anak-anak tidak mau pulang, mereka ingin menginap di rumah utama. Kau ingin menyusul atau aku jemput?"
Irene menghela nafas lalu meletakkan ponselnya di meja tanpa membalas pesan dari suaminya. Tenaganya benar-benar terkuras untuk mengurusi masalah rumah sakit hari ini. Wanita cantik dengan balutan kemeja blouse berwarna blue sky tersebut menutup mata menggunakan lengan kanannya sampai akhirnya tanpa sadar dia masuk ke dalam alam mimpi.
Entah sudah berapa lama wanita cantik itu tertidur di sofa saat suaminya pulang. Suho hanya menatap iba saat melihat istrinya akhir-akhir ini sering sekali tidur dengan menggunakan pakaian kerja yang menandakan tenaganya benar-benar terkuras habis di rumah sakit hingga untuk berganti pakaian saja dia sudah sangat enggan.
Suho meninggalkan istrinya, kakinya memilih melangkah ke dapur, mencari sesuatu yang bisa dia masak untuk sekedar mengisi kekosongan perut istrinya yang terkadang lupa untuk makan. Aroma tumisan bawang putih dan bawang Bombay berhasil menggelitik indra penciuman Irene yang membuat wanita itu perlahan membuka matanya.
"Mas..." Panggilnya parau dengan tatapan sayu khas orang yang baru saja bangun tidur.
"Tidurlah, nanti kalau sudah siap aku bangunkan" Jawab Suho dengan senyuman singkat lalu kembali berfokus pada masakannya.
Alih-alih memilih kembali ke alam mimpinya, Irene justru bergerak untuk duduk dan menyandarkan punggungnya di sofa dengan masih berusaha mengumpulkan kesadarannya. Matanya yang sayu seolah lebih memilih melihat suaminya yang sedang memasak daripada harus kembali terpejam untuk beristirahat.
"Mau aku bantu?"
Suho hanya tersenyum tipis sambil menggeleng tanpa mengalihkan pandangannya dari saos spaghetti yang sedang dia buat.
"Bolehkah aku tidak mandi malam ini?"
"Rene..." Ucap Suho diimbangi dengan tatapan tidak setuju yang membuat Irene hanya menghela nafas.
"Aku ingin tidur saja setelah makan, aku benar-benar lelah hari ini mas." rengeknya manja yang tetap mendapat penolakan dari Suho.
"Kita berendam setelah makan. Itu bisa membuatmu sedikit rileks."
"Tidak mau! Aku sedang tidak punya tenaga untuk bercinta mas."
Suho menatap Irene dengan bingung,
"Rene, siapa yang bilang kita akan bercinta? Aku bilang berendam" Suho mempertegas ucapannya sembari menyiapkan spaghetti di 2 piring yang sudah dia siapkan.
"Kau pasti akan memintanya nanti..." Protes Irene yang langsung disangkal oleh Suho.
"Aku kalaupun ingin memintanya juga akan melihat kondisimu dulu Rene. Kali ini hanya berendam, setelah berendam nanti aku pijat sebentar lalu tidurlah." Bela Suho sembari dia meletakkan 2 piring spaghetti di meja makan yang tidak jauh dari dapur.
"Kemarilah! Makan lalu segera mandi!" Perintah Suho lembut tetapi tegas yang membuat Irene segera berdiri dan berjalan dengan lemas menuju ke meja makan.
Setelah menikmati makan malam, sekarang mereka berdua sedang menikmati hangatnya air di dalam bathub. Suho hanya memeluk istrinya dari belakang, begitu juga dengan Irene yang hanya menyandarkan kepalanya di dada bidang Suho sambil memejamkan mata. Tidak ada obrolan ataupun pembahasan, hanya diam dan menikmati gemercik air hangat yang sesekali ikut bergerak saat tubuh mereka bergerak untuk mencari posisi yang membuat mereka nyaman.
"Mas..." Panggil Irene masih dengan posisi menutup matanya.
"Ada apa?"
Irene membuka matanya lalu menggenggam tangan Suho yang melingkar di perutnya.
"Aku akan memecat dr Arka secara tidak hormat"
Suho hanya terdiam, dia masih coba menelaah situasi yang terjadi agar dia tidak salah memberikan respon.
"memangnya kenapa?"
Irene mulia menceritakan semua kejadian sabotase yang dia sembunyikan selama hampir 2 bulan ini dari suaminya. Dengan tenang Suho menjelaskan semua yang dikatakan istrinya, tidak ada jawaban ataupun sanggahan sampai istrinya selesai menceritakan semua kejadian secara detail tanpa terlewat satu bagianpun.
"Sayang, apa kau membutuhkan saranku atau hanya ingin aku mendengarkan saja?" tanya Suho coba memastikan agar dia tidak salah langkah dalam memberi respon.
"Bisa mas berikan saran untukku?" Ucapnya dengan nada lemah.
Suho menghela nafas lalu mengeratkan pelukan tangannya di perut ramping istrinya,
"Turunkan saja dia menjadi dokter biasa, tapi jangan dipecat. Berikan dia kesempatan untuk menjelaskan, lalu beri dia kesempatan untuk berubah. Bagaimanapun juga semua hal yang dia lakukan pasti ada yang melatarbelakanginya, jadi lebih baik kau cari tahu alasannya melakukan ini semua"
Mendengar saran suaminya, Irene hanya terdiam. Matanya menatap lurus dengan keadaan kosong, dia benar-benar mendengar dengan serius ucapan suaminya.
"Baiklah, akan aku fikirkan." Ucap Irene singkat. Wanita itu melepaskan tangan suaminya dari perutnya lalu memutar posisi tubuhnya sehingga wajah mereka sekarang saling berhadapan.
"Terimakasih" lanjut Irene dengan senyuman lalu mendaratkan sebuah ciuman manis di bibir Suho.
"Sayang, jangan!" Cegah Suho dengan tatapan tegas tetapi suara lembut saat Irene sudah bersiap menyentuh sesuatu di antara kakinya.
"Mandilah, setelah ini aku akan memijatmu" lanjutnya sebelum dia keluar dari bathub untuk membilas dirinya di bawah shower.
Pagi hari, Grandmark Hospital Cabang Hope Island
"Setelah ini, saya tidak akan mentolerir siapapun yang melakukan hal seperti ini." Ucap Irene tegas saat memimpin rapat sekaligus menurunkan dr Arka dari jabatannya dan memberikan skors selama 1 bulan kepada dr Arka.
"Tidak akan ada Direktur pembantu di cabang Hope Island, semua laporan harus langsung ke saya, begitu juga dengan semua persetujuan. Saya harap setelah ini tidak ada lagi kejadian seperti ini."
Irene mengedarkan pandangannya ke seluruh jajaran direksi dan jajaran kepala ruang dan instalasi di ruangan tersebut,
"Dan untuk dr Arka, saya harap ruangan direktur bisa di kosongkan hari ini, karena mulai besok itu akan menjadi ruangan saya. Jadi saya akan di sini dari jam 7 sampai jam 8 pagi saja, untuk semua pelaporan saya harap sudah di meja saya pada jam-jam itu. Sekertaris direktur yang baru di cabang Hope Island siapa?" Tanya Irene sambil tetap mengedarkan pandangannya karena memang Tania sudah merombak semua jajaran yang ada.
Seorang wanita berusia sekitar awal 30 tahunan dengan panjang rambut sebahu mengangkat tangannya.
"Silahkan perkenalkan diri" Perintah Irene singkat.
"Selamat pagi, saya Atreya. Sebelumnya saya memiliki jabatan sekertaris pembantu di Grandmark Hospital pusat"
Irene bertepuk tangan yang diikuti oleh semua pegawai di ruangan itu.
"Atreya yang akan standby di sini dari jam 7 pagi sampai jam 4 sore, jadi semua koordinasi bisa disampaikan kepadanya, nanti dia yang akan menyampaikan kepada saya. Ada yang ingin ditanyakan?"
Melihat tidak ada respon apapun dari pegawainya kecuali ekspresi wajah kesal dari dr Arka dan beberapa orang yang di skors dan di turunkan jabatan oleh Irene, wanita berstatus direktur utama itu akhirnya memilih menutup rapat pagi itu.
"Direktur, untuk semua pelaporan saya laporkan kepada sekertaris utama atau langsung ke Direktur?" tanya Atreya sambil menyeimbangkan langkah kakinya dengan Irene.
"Bisa langsung ke saya, tetapi kalau saya sedang di kamar operasi atau mungkin sedang ada pekerjaan lain, bisa ke Louis dulu. Fleksibel saja seperti biasanya"
"Baik direktur"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Scandal 2
FanfictionRumah tangga yang mereka bangun dengan bahagia tiba-tiba dihadapkan dengan sebuah skandal besar yang membuat rumah tangga mereka ada di ujung tanduk perceraian. Bisakah mereka menyelamatkan rumah tangga mereka?