Hari ini, tepat 2 bulan Irene meletakkan mata-mata di Grandmark Hope Island, sejauh ini semua laporan yang masuk masih belum menjurus ke satu atau dua orang, jadi Irene belum mengambil sikap apapun terkait dugaan sabotase penerimaan pegawai baru.
"Irene!"
"Ha? Iya ada apa?" Irene terkejut saat Tania berteriak di telinganya,
"Kenapa harus teriak sih Tan?" lanjut Irene memprotes Tania saat kesadarannya sudah kembali sepenuhnya.
"Aku sudah manggil sampai 2 kali tapi kamu gak dengar Rene." Bela Tania yang membuat Irene terdiam.
"Mikir apa sih? Berantem sama Suho?"
Irene menggeleng pelan. Wanita dengan rambut kuncir kuda tersebut sedikit berkeluh kesah tentang kemungkinan sabotase yang terjadi di grandmark hospital cabang hope island yang sampai sekarang tidak kunjung ada titik temunya.
"Kebetulan kamu bahas masalah itu, kemarin ada satu orang lagi yang resign dari Grandmark Hospital cabang Hope Island" Jelas Tania yang kembali membuat Irene menghela nafas berat.
"Apalagi kali ini alasannya?" Tanya Irene dengan nada lemah sembari berjalan keluar lift menuju ke gedung instalasi rawat jalan.
"Sudah tidak senyaman dulu, hanya itu alasan yang tertulis"
"Beri aku kontak pegawai yang baru saja resign, aku harus segera menyelesaikan ini semua."
"Siap bos"
Siang hari, setelah klinik rawat jalan pagi selesai
"Rene!"
Irene menghentikan langkahnya, wanita cantik dengan status Direktur Utama tersebut menunggu seseorang yang baru saja memanggil namanya.
"Sudah aku kirimkan" Ucap Tania begitu dia berdiri di depan Irene.
"Aku sudah menghubunginya tadi, aku akan menemuinya pukul 5 sore"
Tania hanya mengangguk sambil menepuk pundak Irene,
"Setelah bertemu, pulang dan istirahatlah. Akhir-akhir ini kau sering sekali pulang larut"
Irene tersenyum simpul mendengar ucapan Tania,
"Why? Ada yang salah dengan ucapanku sampai kau tertawa?"
"Sejak kapan bayiku sudah sebesar ini?" Ucap Irene dengan nada manis sambil mengusap-usap kepala Tania sama seperti yang biasa dia lakukan untuk Karina dan Kun.
"Hya! Aku sudah dewasa sekarang, aku bahkan sudah memiliki anak!" Protes Tania sembari merapikan bagian atas rambutnya yang sedikit berantakan karena usapan Irene di kepalanya. Di tengah-tengah candaan Irene yang membuat Tania sedikit kesal, terdengar nada dering It Must Have Been Love milik Roxette dari ponsel milik Irene.
"Ya mas?" ucapnya begitu dia mengangkat panggilan telfon yang bisa dipastikan itu dari suaminya.
[Bisa pulang sekarang?]
"Tidak bisa, ini masih jam 2 siang mas, lagipula jam 5 sore nanti aku ada pekerjaan. Memang ada apa?"
[Kun berkelahi di sekolahnya]
Irene hanya menghela nafas sambil memejamkan matanya, sebisa mungkin dia mencoba untuk tenang dan tidak bereaksi berlebihan.
"Mas dimana sekarang?"
[Di rumah, bersama Kun]
"Tunggu di rumah, jangan katakan apapun dan jangan lakukan apapun, aku pulang sekarang."
Irene segera menutup sambungan telfon Suho dan berlalu meninggalkan Tania tanpa memberinya penjelasan apapun.
Irene mamacu mobilnya menuju ke rumah, hanya sekitar 15 menit dia sudah sampai di rumah. Matanya disuguhkan pemandangan Kun yang sedang duduk di sofa sambil menundukkan kepala di hadapan papinya yang sedang menatapnya tegas.
![](https://img.wattpad.com/cover/344545141-288-k124448.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Scandal 2
FanfictionRumah tangga yang mereka bangun dengan bahagia tiba-tiba dihadapkan dengan sebuah skandal besar yang membuat rumah tangga mereka ada di ujung tanduk perceraian. Bisakah mereka menyelamatkan rumah tangga mereka?