Bab 29

1.1K 102 2
                                    

"saya langsung saja, apa alasan kamu resign?" tanya Irene dengan santai tapi tegas kepada karyawannya yang baru saja menyerahkan surat permohonan pengunduran diri.

"maaf direktur, tetapi suasana kerja disana sudah benar-benar tidak kondusif."

"maksudnya?" Tanya Irene tidak mengerti, sedangkan Kita, wanita berusia sekitar 25 tahunan itu hanya menatap Irene ragu dan takut untuk menjawab pertanyaan Irene.

"katakan saja, saya jamin kamu aman. Ada apa sebenarnya disana?" Desak Irene saat melihat Kia terlihat ragu untuk menjelaskan semuanya.

"direktur disana akhir-akhir ini berubah, dia membuat kebijakan-kebijakan yang membuat pegawai banyak yang tidak nyaman"

"Contohnya?"

Lagi Kia menatap ragu ke arah Irene tetapi tatapan mata Irene seolah-olah menegaskan kalau Kita akan baik-baik saja.

"Sekitar 1 bulan yang lalu, kebijakan barunya adalah peniadaan uang lembur dengan alasan pasien sedikit dan keuangan sedang tidak stabil, padahal menurut saya pasien justru terlihat meningkat 2 bulan terakhir ini. Sebelum kebijakan itu, sebelumnya sudah ada kebijakan pengurangan waktu libur dengan alasan SDM sangat kurang setelah 9 orang mengundurkan diri secara bersamaan."

Irene hanya menatap dan mendengarkan semua yang dikatakan Kia dengan serius, tidak ada sanggahan ataupun pertanyaan, dia benar-benar hanya mendengarkan Kia bercerita.

"Bahkan susunan perawat di rubah semua. Perawat-perawat di ruangan khusus seperti PICU, ICU, Ruang Anak, Emergency Room, Operation Room sampai Hemodialisa yang sudah melewati semua pelatihan khusus di pindah ke ruangan lain dengan pemberitahuan h-1 satu direktur, padahal sesuai SOP seharusnya pegawai yang di mutasi paling tidak harus diberitahu 1 bulan sebelum dengan masa orientasi paling tidak 2 minggu."

Irene menghela nafasnya berat, 

"yang dipindahkan tidak ada yang memprotes?" tanya Irene penasaran.

"pegawai sudah memprotes, tetapi jawaban dr Arka hanya silahkan bertahan kalau ingin bertahan, kalau tidak berkenan silahkan keluar"

Irene kembali menghela nafas berat, berusaha menahan emosinya karena keputusan seperti itu seharusnya dilaporkan semuanya ke dirinya tetapi selama ini tidak pernah ada laporan tentang ini semua kepada dirinya.

"Jangan resign, saya akan memindahkan mba Kia di Grandmark Hospital pusat. Mba Kia punya kekhususan dimana?"

"PICU direktur"

"Oke. Mulai minggu depan bekerja di ruang PICU Grandmark Hospital Pusat, HRD akan menghubungi mba Kia untuk menjelaskan semuanya."

"Terimakasih direktur"

Irene hanya mengangguk sambil tersenyum tipis.

Seperginya Kia, Irene segera menelfon Tania untuk menjelaskan apa yang sudah terjadi karena bagaimanapun juga Tania adalah wakil direktur bagian SDM di Grandmark Hospital pusat. Sore itu, tanpa basa basi akhirnya Irene memacu mobilnya menuju ke Grandmark Hospital cabang Hope Island, wanita itu sudah tidak bisa lagi mentolerir kekacauan ini.

"Direktur, ada apa ini?" 

Ucap salah seorang pegawai IT dengan ekspresi terkejut saat Irene memasuki ruangan IT dengan tiba-tiba dan tanpa permisi.

"Buka website rumah sakit bagian form untuk pelamar pekerjaan, sekarang!" Perintah Irene yang sedang berdiri di sebelah salah seorang staf IT.

"Tapi direktur..."

"Buka!" Perintah Irene tegas yang membuat staf tersebut tidak bisa berkutik sama sekali di hadapan Irene.

Saat website bagian penerimaan pegawai baru dibuka, terdapat lebih dari 200 orang pelamar yang mengisi form untuk lamaran pekerjaan di Grandmark Hospital cabang Hope Island, dan semua form itu ada di bagian form yang di hidden atau disembunyikan.

The Scandal 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang