Bab 18

1.1K 92 6
                                    

Tok tok tok

Irene membuka matanya perlahan saat pintu kamarnya di ketuk.

"Rene, boleh aku masuk?"

"Masuk mas" Dengan suara parau dan mata yang masih terpejam, Irene mengizinkan Suho masuk ke kamarnya.

"Rene, mama sama papa mau ajak anak-anak pergi. Kamu kasih izin gak?" Suho yang hanya berdiri di ambang pintu menyampaikan maksud dan tujuannya tetapi tidak mendapat tanggapan apapun dari Irene.

Melihat Irene tidak memberinya respon, Suho akhirnya memberanikan diri untuk mendekat ke arah ranjang. Dia menggoyangkan tubuh Irene lembut hingga wanita yang tubuhnya sedang tertutup selimut tebal sampai ke lehernya itu terpaksa membuka matanya.

"Ada apa mas?"

Suho hanya tersenyum melihat Irene yang sedang berusaha membuka matanya.

"Papa dan mama mau mengajak Kun dan Karina jalan-jalan, kamu kasih izin gak?"

Mendengar mertuanya ada di rumahnya, Irene seketika membuka matanya lebar.

"Papa sama mama disini?" Tanyanya dengan ekspresi panik tanpa beranjak dari posisinya.

"Iya, mereka ada di bawah. Tadi mereka yang mengantarku kesini. Ada apa? Kenapa panik sekali Rene?" Suho yang melihat Irene panik terlihat ikut bingung dengan sikap Irene.

"Kamu keluar dulu ya mas, nanti habis ini aku nyusul ke bawah."

"Kalau kamu masih pusing efek wine semalam, gak usah turun gak papa Rene. Aku sudah menjelaskan kalau semalam kamu kerja lembur."

"Bukan itu mas" Protes Irene dengan ekspresi canggung yang membuat Suho hanya menatap wanita di hadapannya dengan ekspresi bingung.

"Terus?"

"Aku lagi gak pakai baju." Jawabnya lirih sambil menarik selimutnya hingga menutupi bagian bawah wajahnya.

"Ya kamu ngapain tidur gak pakai baju Rene?"

"Ya sudah nanti saja dibahasnya. Yang penting sekarang mas keluar dulu, aku mau ganti baju buat nemui mama sama papa. Cepetan!"

Suho akhirnya hanya menuruti Irene dan segera keluar dari kamar walaupun dia sendiri bingung kenapa mantan istrinya harus tidur tanpa busana.

Irene bergegas mencari pakaian yang layak lalu mencuci mukanya sebelum bertemu dengan mertuanya.

"Rene, papa sama mama pinjam Kun dan Karina ya. Kami mau ajak mereka jalan-jalan bersama Sau."

Irene hanya tersenyum sambil mengangguk saat mama mertuanya meminta izin membawa kedua anaknya.

"Kalian berdua lebih baik quality time berdua supaya ingatan Suho bisa segera pulih" lanjut papa mertuanya yang kembali hanya di jawab dengan anggukan kikuk oleh Irene.

"Anak-anak, pamit sama mami dan papi dulu"

Kedua anak kecil itu segera memeluk Irene setelah mendengar perintah grandmanya.

"Tidak boleh membuat masalah ya, turuti apa yang dikatakan grandpa dan grandma, mengerti?" Irene memberi pengertian yang langsung diiyakan oleh Karina dan Kun.

"Rene, mereka bukan anak pembangkang, tidak perlu sampai harus diingatkan seperti itu" protes mama mertuanya yang hanya dijawab dengan senyuman oleh Irene.

Selesai berpamitan, Kun dan Karina segera berlari ke mobil grandpa dan juga grandmanya, sedangkan Saujana akan menyusul bersama dengan Sehun dan juga Tania.

"Kalau mas mau pulang, mas bisa pulang." Ucap Irene begitu Kun dan Karina keluar dari rumahnya.

"Apa maksudmu? Kau mengusirku?"

Irene berjalan kembali masuk rumah diikuti oleh Suho di belakangnya dengan ekspresi tidak senang karena ucapan Irene barusan.

"Bukan, aku tidak mengusirmu. Tetapi aku memintamu kemari kan untuk bermain bersama anak-anak" Jawab Irene sambil merapikan beberapa mainan Karina dan Kun yang semalam belum sempat dia rapikan.

"Bantu aku"

"Kau ingin aku membantu apa?" Jawab Irene sambil tetap merapikan mainan Karina dan Kun.

"Bantu aku mengingat semuanya."

Irene menghela nafas lalu berbalik menatap Suho yang sedari tadi berdiri di belakangnya.

"Kau mau aku melakukan apa?"

"Apa saja. Lakukan apa saja yang dulu sering kita lakukan jadi aku bisa mulai mengingat." Suho menatap Irene dengan tatapan memohon karena dalam kondisi ini bukan hanya Irene yang frustasi, Suho sendiri juga sama frustasinya karena tidak bisa mengingat apapun.

"Tapi semakin mas berusaha mengingatnya, mas akan kesakitan lagi seperti kemarin." Irene berusaha menolak permintaan Suho karena dia tidak tega melihat Suho kesakitan seperti yang terjadi kemarin.

"Lebih baik aku yang kesakitan karena berusaha mengingat daripada kalian bertiga yang kesakitan karena aku tidak mengingat kalian sama sekali."

Kali ini Irene terdiam. Suho yang dia kenal memang selalu bisa meluluhkannya walaupun hanya dengan kata-kata. Matanya menatap nanar lelaki tampan yang ada di depannya tetapi segera dia mengalihkan pandangannya sebelum air matanya kembali membasahi pipinya seperti semalam.

Suho berjalan mendekat ke arah Irene lalu memeluknya,

"Tolong katakan apa yang biasa kita lakukan, aku akan melakukan semuanya selama aku bisa mengingat kalian" bisiknya lirih walaupun pelukannya tidak mendapatkan balasan dari Irene.

"Apa mas mencintaiku?" tanya Irene lirih kepada lelaki yang sedang memeluknya itu.

"Aku tidak tahu, yang pasti aku merasa nyaman saat aku bisa melihatmu"

Irene melepaskan pelukan Suho, matanya menatap lekat wajah Suho lalu dengan berani dia mengecup lembut pipi Suho.

"Mau sarapan bersama?" Ucapnya sambil membelai lembut wajah Suho.

"Setelah sarapan, haruskah kita berkencan?"

Irene hanya tersenyum lalu mengangguk.

"Apa yang biasanya kita makan untuk sarapan?"

Irene memutar bola matanya seolah-olah sedang mencoba mengingat rutinitas mereka di awal-awal menikah dulu,

"Pancake oat, segelas kopi hitam untuk mas dan segelas susu lowfat untukku."

"Kalau begitu mandilah, biar aku yang membuat sarapan."

"Terimakasih"

Irene bergegas untuk kembali ke lantai dua tetapi langkah kakinya di hentikan oleh suara Suho yang memanggil namanya.

"Ada apa mas?" Tanya Irene yang berhenti di tengah tangga setelah Suho memanggilnya.

"Bolehkah aku tahu apa yang kau lakukan semalam sampai kau tidur tanpa gaun malammu?" Tanya Suho dengan ekspresi penasaran yang dibuat-buat.

Irene yang awalnya terlihat serius seketika langsung tersenyum malu saat mendengar pertanyaan Suho.

"Maaf aku melakukannya, aku sepertinya terlalu mabuk semalam" jawab Irene lembut dengan tatapan malu yang membuat Suho hanya tersenyum dan mengangguk tanda dia mengerti apa yang dimaksud oleh Irene.

"Terlalu mabuk atau terlalu merindukanku?" lanjut Suho coba menggoda Irene,

"Keduanya." jawabnya santai sebelum Irene bergegas meninggalkan Suho karena dia yakin wajahnya sudah sangat memerah karena malu.

"Aku jadi penasaran sehebat apa hubungan kita dulu sampai kau begitu merindukanku Rene" gumam Suho sambil menatap Irene yang baru saja memasuki kamarnya.

The Scandal 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang