"Morning sayang..." Sapa Irene begitu sampai di meja makan. Ciumannya dia daratkan di pipi Karina dan juga Kun.
"Morning mami..." Jawab mereka serentak yang membuat Suho yang duduk di sisi ujung meja makan hanya tersenyum melihat tingkah 2 anak kecilnya itu.
"Mami pulang pagi lagi hari ini?"
Irene yang baru saja menguap seketika menatap bingung ke arah Kun,
"Tidak, mami tidak pulang pagi hari ini, ada apa bang?"
Kun menggeleng, "mami sepertinya masih sangat mengantuk, apa mami tidak tidur semalam?"
Mendengar pertanyaan polos dari anaknya yang berumur 7 tahun tersebut seketika membuat Suho yang sedang meminum kopinya sedikit tersedak.
"Mami hanya punya pekerjaan yang harus di selesaikan bang, jadi mami hanya tidur sebentar."
"Apakah menjadi orang dewasa selalu begitu?"
Kali ini Irene melirik ke arah Suho seperti seolah-olah meminta tolong untuk menjawab pertanyaan si bungsu.
"Karin.." panggil Suho lembut setelah mengerti arti lirikan mata istrinya,
"Tidak semua orang dewasa seperti itu, tetapi mami kan menyelamatkan hidup orang banyak nak. Kalau ada pasien yang kesakitan dan butuh mami di pagi hari, tentu saja mami harus segera ke rumah sakit di pagi hari, begitu juga ketika malam atau bahkan dini hari. Karin mengerti?"
Anak kecil dengan rambut yang sudah diikat dua itu mengangguk sambil tersenyum tanda dia memahami maksud penjelasan dari papinya,
"Mami, Karin mau seperti mami boleh?" Tanyanya dengan tatapan tulus yang seketika membuat Irene meleleh saat menatap anak perempuannya itu.
"Boleh. Adek mau jadi apapun, selama adek bahagia dan itu berguna untuk orang lain, papi dan mami izinkan"
"Kalau Abang?" Sahut Kun yang seolah tidak mau kalah untuk mencuri perhatian maminya.
Irene menatap anak lelaki kesayangannya itu sambil tersenyum lembut,
"Boleh. Asal abang bahagia, asal abang bertanggungjawab dengan pilihan Abang, papi dan mami akan izinkan. Ya kan Pi?"
Irene mengalihkan pandangannya ke arah Suho seolah-olah meminta validasi yang langsung diiyakan dengan anggukan kepala oleh Suho.
"Nah, mau jadi apapun anak papi di masa depan, yang terpenting sekarang kita harus berangkat sekolah dulu. Jadi, papi dan mami akan mengantar kalian hari ini" Suho terlihat bersemangat tetapi seketika semangatnya hilang saat Kun menolak untuk di antarkan oleh papi dan maminya.
"Kami akan berangkat bersama pak Tarjo dan bi Sutin saja pi, mi." Ucap Kun mantap sambil memakai tas ranselnya, begitu juga dengan Karina yang siap dengan tas ranselnya yang sudah di pundak.
"Kalian yakin tidak ingin di antar papi dan mami?"
Kun kembali menggeleng. Anak lelaki berusia 7 tahun itu mengatakan kalau sepertinya mami dan papinya butuh tidur, jadi mereka akan berangkat bersama bi Sutin dan juga pak Tarjo.
"Papi dan mami tidurlah sebentar lagi, setelah itu baru berangkat bekerja" Ujar Kun yang membuat Irene sangat gemas melihat anak sulungnya itu yang sudah bersikap sok dewasa di usianya yang baru 7 tahun.
"Baiklah. Sekarang berikan mami pelukan dan ciuman" Ucap Irene sambil merentangkan tangannya yang membuat dua anaknya berlari kecil ke arah Irene yang masih duduk di kursi meja makan.
"Baik-baik di sekolah. Jangan membuat kekacauan dan keributan, mengerti?"
Dua anak itu mengangguk mantap mendengar ucapan maminya. Suho segera mengantarkan mereka berdua ke mobil, sedangkan Irene memilih mengambil kopi milik Suho yang masih setengah cangkir untuk dia nikmati.
Setelah mengantar anak-anak, Suho kembali masuk ke dalam rumah, hari ini dia tidak ada jadwal pekerjaan karena pekerjaan yang dia ambil masih hanya sebatas iklan dan pemotretan. Lelaki itu belum mau kembali ke drama ataupun film karena ingatannya masih belum pulih 100% yang menyebabkan daya ingatnya untuk menghafal naskah tidak sehebat sebelumnya, jadi untuk sementara dia hanya mengambil pekerjaan untuk iklan dan pemotretan saja sembari menyelesaikan terapinya.
"Sayang, itu kan kopiku" protesnya saat melihat Irene yang sedang meminum kopi miliknya.
"Berbagi mas.." jawab Irene dengan ekspresi tidak bersalah sambil berjalan ke arah dapur untuk mencuci gelas milik Suho yang baru saja dia gunakan.
"Sayang..."
"Hmmm" jawab Irene sekenanya sambil meletakkan gelas basah tersebut di tempatnya.
"Apa kau tidak ingin punya anak lagi?"
Irene menghela nafasnya lalu menatap malas Suho yang sedang duduk di kursi yang ada di depan meja bar dapur mereka.
"Mas, kita punya Kun dan Karin saja, perhatian kita tidak bisa 100% untuk mereka, bahkan terkadang kita hanya bisa menemui mereka di pagi hari seperti ini dan malam hari saat mereka akan tidur, kalau mas minta tambah anak lagi, apa mas ingin menjadikanku ibu yang buruk?"
"Sayang, bukan begitu maksudku..."
"Mas!" Ucap Irene memotong kalimat suaminya,
"Sudah, Kun dan Karin saja sudah sangat cukup, jangan ditambah lagi, ya? Lagipula setelah ini aku harus bersiap menjadi Ketua karena ibu sudah bersiap untuk pensiun, pekerjaanku akan semakin banyak setelah ini, begitu juga dengan mas. Jadi tolong, dua saja ya?"
Melihat ekspresi istrinya dan juga mendengar semua penjelasan istrinya membuat Suho tidak tega untuk membahas ini lagi. Lelaki itu mendekat ke arah Irene lalu membawa wanita itu ke dalam pelukannya,
"Maafkan aku ya karena tidak berfikir sejauh itu."
"Maaf ya mas harus menghancurkan mimpimu untuk punya anak ke 3"
Suho segera melepas pelukannya dan menatap istrinya lembut,
"Jangan minta maaf. Bagaimanapun juga, ini tubuhmu Rene, kau bebas menentukan ingin punya anak berapa karena yang kau pertaruhkan saat melahirkan adalah nyawamu. Aku yang seharusnya minta maaf, mengerti?"
Irene hanya mengangguk, ya hanya itu respon yang bisa dia berikan untuk suaminya.
"Sekarang mandilah, aku antar ke rumah sakit setelah ini"
"Mau mandi bersama?"
Mendengar pertanyaan istrinya, Suho hanya menatap bingung,
"Apa ini sudah mendekati tanggal mu menstruasi?"
"Memangnya kenapa?" Irene bertanya balik dengan ekspresi bingung.
"Sepertinya istriku sangat turn on sekali"
Irene menghela nafas sambil melempar pandangan malas ke arah lain,
"Mau atau tidak? Kalau tidak mau ya tidak usah" Ucap Irene santai sambil berjalan meninggalkan Suho menuju ke kamarnya.
"Mas..." Pekik Irene saat Suho tiba-tiba menggendongnya dan membawanya ke kamar.
"Salah sendiri, kau yang menggodaku sepagi ini" ucap Suho di tengah-tengah protes Irene karena Suho menggendongnya.
"Hya, turunkan aku!" Teriak Irene diiringi dengan tawa dari Suho dan juga Irene sebelum mereka masuk ke dalam kamar mandi untuk melanjutkan kegiatan mereka semalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Scandal 2
FanfictionRumah tangga yang mereka bangun dengan bahagia tiba-tiba dihadapkan dengan sebuah skandal besar yang membuat rumah tangga mereka ada di ujung tanduk perceraian. Bisakah mereka menyelamatkan rumah tangga mereka?