Bab 19

1K 98 12
                                    

"wah capek..." Ucap Irene sambil melemparkan tubuhnya ke sofa ruang tamu. Mereka benar-benar menghabiskan waktu bersama hari ini ke tempat-tempat yang pernah mereka kunjungi bersama, tetapi hari ini sepertinya memori Suho tidak kembali sedikitpun terbukti dengan dia yang tetap baik-baik saja.

"Sini aku pijit." Suho mengangkat kaki Irene yang sedang berbaring di sofa dan meletakkannya di pangkuannya.

"Nggak usah mas, aku bisa pijitin sendiri" tolak Irene tetapi penolakannya tidak diindahkan oleh Suho.

"Rene, aku sedang belajar untuk mencintai kamu lagi lho ini, jadi jangan di larang-larang ya?"

Mendengar ucapan Suho, Irene memalingkan wajahnya karena tersipu malu.

"Duduk yang bener Rene, biar enak mijitnya" Setelah mendapat perintah, Irene membetulkan posisinya menjadi setengah duduk dengan kedua kakinya di atas pangkuan Suho.

"Sampai lutut saja!" Perintah Irene tegas yang membuat Suho menatapnya dengan ekspresi aneh,

"Kenapa?" tanya Irene bingung saat melihat ekspresi Suho.

"Sepertinya semalam bukan aku yang memintanya" Goda Suho sambil tetap memijat kaki Irene.

"Auuuu..." Pekiknya saat Irene memukul lengan kekarnya,

"Bukankah sudah kukatakan semalam aku terlalu mabuk?" protes Irene dengan ekspresi kesal yang justru membuat Suho tertawa terbahak-bahak.

"Baiklah, anggap saja begitu"

"Bukan anggap saja begitu, tapi memang begitu keadaannya" Irene menatap Suho yang masih tertawa dengan ekspresi kesal karena lelaki di hadapannya itu terus saja mengungkit kejadian semalam.

Di tengah-tengah obrolan mereka yang mulai sedikit cair, Irene dikejutkan dengan Suho yang tiba-tiba menghentikan pijatannya. Lelaki di depannya itu mengernyit sambil mengerang kesakitan bersamaan dengan tangannya yang sudah menggenggam erat kepalanya.

"Mas, kamu kenapa?" Irene yang panik segera mendekap Suho yang ada di hadapannya.

"Rene, sakit Rene..." Suho terus mengerang kesakitan sambil memegang kepalanya saat Irene berusaha untuk memeluk dan menenangkannya.

"Mas sudah, jangan diingat-ingat lagi." Ucap Irene sambil coba menenangkan dirinya sendiri yang tidak tega melihat lelaki yang dicintainya mengerang kesakitan.

Irene terus memeluk Suho yang mengerang kesakitan sampai akhirnya pelan tapi pasti erangan dan rintihan Suho mulai berkurang dan berhenti. Lelaki di dekapannya itu seketika hanya bisa terduduk lemas dengan mata yang terpejam sambil nafasnya yang sangat tidak beraturan.

"Disini dulu, aku ambilkan minum" Ucap Irene sambil meletakkan kepala Suho dengan pelan di sandaran kursi.

Irene kembali ke sofa untuk memberikan minum pada Suho. Lelaki itu berusaha sebisa mungkin untuk membuka matanya dan menerima segelas air yang dibantu oleh Irene.

"Apa kita perlu ke rumah sakit?" Tanya Irene dengan ekspresi khawatir tetapi segera di tolak oleh Suho.

"Tidak apa-apa, nanti juga membaik sendiri Rene" Jawab Suho dengan nada lemah.

"Boleh aku berbaring sebentar?" Lelaki itu sekarang menatap Irene dengan tatapan mata sayu.

"Kemarilah.." Irene membawa Suho untuk berbaring di sofa dengan menjadikan kedua kakinya sebagai sandaran untuk kepala Suho.

"Apa itu sakit sekali?" Irene menatap tidak tega lelaki yang sedang bersandar di pangkuannya sambil memejamkan mata itu. Tangannya mengusap lembut kepala Suho yang masih terlihat bekas operasi karena memang rambutnya harus kembali di pangkas habis saat operasi kedua.

"Sedikit" gumamnya lirih sambil tetap memejamkan matanya.

"Apa yang mas ingat? Apa itu sesuatu yang menyakitkan?" Tanya Irene ragu, tetapi Suho justru memberikan senyuman dengan gelengan kepala lemah,

"Itu sesuatu yang membahagiakan." Ucapnya sambil membuka mata perlahan. Lelaki itu sekarang menatap Irene yang tepat ada di atasnya dengan tatapan lembut lalu tersenyum,

"Itu kenangan saat kau sedang hamil. Aku tidak tahu itu kehamilan Kun atau Karina, yang pasti aku pernah melakukan hal yang sama seperti yang kulakukan tadi saat kau sedang hamil"

Mendengar penjelasan Suho dengan nada yang masih cukup lemah, Irene tersenyum sambil mengusap pipi Suho lembut,

"Karina. Itu saat aku hamil Karina. Saat itu mas sering sekali memijat kakiku sepulang aku bekerja."

Suho menghela nafasnya sambil tetap menatap lekat wanita yang sekarang sedang menatap dan juga mengusap lembut wajahnya.

Tanpa aba-aba, Suho tiba-tiba menarik tengkuk Irene yang membuat bibir mereka menempel dengan sempurna beberapa detik sebelum akhirnya Suho melepaskan tangannya dari tengkuk Irene yang membuat ciuman mereka terlepas.

"Apa ini? Mas menciumku?" Irene memicingkan matanya seolah-olah sedang menggoda Suho, sedangkan Suho hanya tersenyum melihat ekspresi Irene.

"Siapa tahu aku bisa mengingat hal lain kalau aku melakukannya." Jawab Suho santai sambil masih berbaring di pangkuan Irene.

"Kalau mas ingin mengingat hal lain, bukan begitu cara berciumannya."

Kali ini, Irene yang mengambil kendali, dia kembali menyatukan bibir mereka berdua dengan cukup panas. Bukan lagi ciuman lembut, kali ini Irene langsung melumat bibir Suho yang tentu saja membuat Suho sedikit terkejut walaupun tidak butuh waktu lama untuk Suho bisa mengimbangi ciuman panas Irene.

Irene melepas ciuman mereka dengan nafas tersengal-sengal begitu juga dengan Suho yang coba mengatur nafasnya.

"Sudah, jangan dilanjutkan. Aku tidak mau kita terlalu jauh" Ucap Suho lembut. Lelaki itu segera bangun dan membetulkan posisi duduknya di sofa.

"Kalau begitu mari kita lakukan secara bertahap" Ucap Irene sambil tersenyum begitu juga dengan Suho.

"Rene, ponselmu menyala."

Irene segera mengalihkan pandangannya ke arah ponsel yang sedari tadi dia letakkan di meja. Sebuah pesan singkat dari ibu mertuanya bahwa mereka tidak akan pulang malam ini karena mereka sedang menginap di luar kota.

"Siapa?" Suho coba mengintip ponsel Irene karena penasaran.

"Mama mertua. Beliau bilang sedang di luar kota bersama anak-anak, jadi mereka tidak akan pulang malam ini"

Suho hanya mengangguk mendengar informasi yang disampaikan oleh Irene.

"Mas mau pulang atau disini?"

Suho diam sejenak sambil berfikir haruskah dia menginap atau lebih baik dia pulang ke rumah. Tetapi kalaupun pulang ke rumah besar tidak ada orang disana.

"Tidak usah terlalu keras berfikirnya, santai saja mas." Goda Irene karena Suho terlihat sangat serius memikirkan jawaban dari pertanyaannya.

"Kalau begitu aku mau mandi dulu."

Suho membiarkan Irene melewatinya untuk menuju ke arah tangga yang menghubungkan lantai satu tempat mereka bercengkrama dengan lantai dua tempat ruang-ruang privasi milik Irene dan anak-anak.

"Rene..." Panggil Suho singkat yang membuat Irene berhenti menaiki anak tangga lalu berbalik kembali menatap Suho yang masih duduk di sofa ruang tamu.

"Apa kau sedang diet?" Pertanyaan Suho membuat Irene sedikit bingung tetapi akhirnya dia jawab dengan gelengan kepala.

"Kalau begitu, mau makan ramen bersama?" Lanjut Suho dengan senyuman tipis yang menghiasi wajahnya.

Irene hanya menatap Suho dengan tatapan tenang, wanita itu menghela nafasnya lalu tersenyum tipis,

"Ramennya ada di kabinet atas nomer 2 dari kiri." Irene menunjuk ke arah dapur tepatnya pada bagian yang dia maksud.

"Aku mau mandi dulu, jadi bisa tolong siapkan untukku?" tanyanya dengan senyum tipis lalu segera berbalik menuju ke kamarnya tanpa menunggu jawaban dari Suho.

The Scandal 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang