***Kalau bukan kerena ingin menyenangkan hati Claudia, Gallio tidak akan mau mengalah untuk mendaftarkan dirinya berkuliah dan hari ini berada di sini, di salah satu universitas terbaik swasta ibu kota, dibariskan sejajar dengan mahasiswa baru lainnya, memakai kemeja putih dan celana hitam berbahan kain. Panas-panas dijemur di bawah terik matahari atas nama OSPEK.
Fuck!
Gallio mengumpat sedari tadi di barisannya, merasa kesal dengan kegiatan ini, yang dianggapnya sama sekali tidak masuk akal. Monoton dan membosankan. Damn it!
Suara senior-senior yang terus-menerus berteriak dari pengeras suara bagai kebodohan yang tidak lucu bagi Gallio. Fungsinya apa sih ini? Buang-buang waktu.
"Gue rasanya pengen cabut," bisik Gallio pada Bob yang berbaris di sebelahnya.
"Tuhan e, sa juga," jawab Bob yang ternyata juga sudah jengah. Kalau bukan karena Gallio yang memaksanya ikut berkuliah, dia tidak akan mau kuliah.
Gallio melirik sekitarnya dengan gelisah, mencari celah untuk kabur dari barisan OSPEK tanpa ketahuan oleh seniornya. Matahari terik menyilaukan pandangan, memberikan rasa panas yang menusuk, membuatnya tak nyaman.
Di antara teriakan keras dan suara pengeras yang memekakkan telinga, Gallio merasa ini adalah momen yang tepat. Dia mengamati setiap gerakan, mencari celah saat perhatian senior beralih. Jika dia bisa bergerak cepat dan tenang, mungkin saja dia bisa menghilang tanpa jejak, bebas dari kebosanan yang menyiksanya sedari pagi.
"Bob, gue hitung sampe tiga, kita kabur ke kiri ya. Keluar lewat sana," bisik Gallio, menunjuk arah dengan lirikan matanya.
Bob menoleh ke arah yang dimaksud. Dia amati untuk mendapatkan posisi yang pas. Lalu mengangguk paham pada Gallio.
"Satu.."
"Dua.."
"Tiga.."
Di hitungan ketiga, Gallio dan Bob bergegas keluar dari barisan, mengendap-endap agar tidak ketahuan.
Sesama mahasiswa baru di sana melihat aksi mereka tetapi memilih bungkam, enggan ikut campur.
Dengan napas tertahan, Gallio berbisik dengan penuh penekanan ke arah Bob, "Cepat, Bob! Lama banget!" Mereka berdua terus bergerak dengan waspada, berharap dapat meloloskan diri dari pengawasan senior yang sedang sibuk di depan sana.
"Ko tara bisa sabar kah?"
Gallio dan Bob mempercepat langkah mereka dengan posisi menunduk, berusaha sebisa mungkin untuk tidak menarik perhatian. Mereka terus melangkah jauh, begitu fokus pada tujuan mereka hingga tidak memperhatikan jalan di depan.
Tiba-tiba, Gallio bertabrakan dengan seseorang yang datang dari arah berlawanan. Bunyi tubrukan yang cukup nyaring sebagai pertanda bahwa keduanya terjatuh dengan keras. Seketika itu juga, semua sorot mata tertuju pada mereka, termasuk mata senior yang tadi sibuk berteriak di depan. Suasana mendadak sunyi, hanya terdengar suara gemerisik kecil dan napas tertahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENNY PRISKILLA ✔️
General FictionGallio Alessandro Kanaka belum pernah merasa sefrustasi ini untuk menaklukan hati seseorang. Biasanya, perempuan-peremuan selalu mau padanya karena dia tampan, kaya dan populer. Perbedaannya justru membuat Gallio semakin tergila-gila. Perempuan itu...