42 | Gravitasi

358 51 11
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




***

Jenny melihat dari sudut matanya, memperhatikan Gallio yang sejak beberapa menit terakhir terlihat gelisah. Awalnya, laki-laki itu terlihat santai—bahkan sempat ketiduran sebentar di sofa apartemennya. Tapi begitu dia membaca pesan di layar ponselnya, semuanya berubah. Gallio sekarang lebih sering melirik ponselnya, jarinya bergerak cepat membalas pesan sambil terus bertanya pada Ziesya soal berapa lama lagi film yang mereka tonton selesai.

"Filmnya selesai jam berapa, Zies?" tanya Gallio untuk ketiga kalinya.

Ziesya yang sedang memakan potongan pizza terakhir, akhirnya menoleh curiga. "Lo ngapain sih, Gal? Nanya mulu dari tadi. Lo buru-buru mau pergi?"

"Engga, cuma pengen tau aja," jawab Gallio cepat, tapi matanya tetap terpaku pada layar ponselnya.

Jenny yang duduk di samping Ziesya, berusaha tetap tenang meski rasa penasaran semakin memuncak. Pasti itu Ken. Karena pesan dari laki-laki itu yang dia sempat baca, tentang penyernagan Razor. Apa Gallio mau menyusul kesana? Apa dia mau berantam lagi? Atau mungkin bukan? Tapi Jenny yakin itu pasti pesan dari Ken yang sedari tadi Gallio balas. Gallio paling tidak bisa membiarkan teman-temannya. Dan itu membuat pikiran Jenny terus berputar-putar tanpa jawaban pasti.

Namun, makin lama, tingkah Gallio semakin aneh. Dia kembali bertanya, kali ini lebih spesifik, "Kalian balik jam berapa, ya? Soalnya udah mau jam setengah sembilan."

Ziesya mendengus. "Kenapa sih lo nanyain itu mulu? Lo ngusir kita, ya? Bukannya tadi lo bilang seneng kita dateng?"

"Engga, bukan gitu," Gallio buru-buru membantah, tapi jelas ada sesuatu yang disembunyikannya.

"Terus kenapa?" Ziesya melipat tangannya di dada. "Filmnya lima menit lagi selesai. Tapi ngga mungkin kita langsung cabut, kan? Kita bantuin lo beres-beres apartemen dulu. Masa kita ngerepotin lo terus langsung pergi gitu aja?"

Gallio menghela napas panjang, pandangannya menghindar dari tatapan Ziesya yang penuh selidik. "Gapapa, santai aja. Gue sendiri yang beresin nanti."

Jenny yang sejak tadi diam memperhatikan, merasa perutnya mulai terasa tidak nyaman.
"Gal, kamu beneran ngga apa-apa?" akhirnya Jenny memberanikan diri bertanya, suaranya lembut tapi terselip kekhawatiran, mungkin?

"Iya, gue ngga apa-apa. Cuma udah malam aja. Kalian kan anak cewek, ngga baik lama-lama di apartemen cowo."

Make sense, pikir Ziesya. "Yaudah, iya. Ini kita habis ini balik," katanya sambil merapikan ransel kecilnya.

"Aku bawa pulang ini ya," tunjuk Ocha ke beberapa makanan yang tersisa.

"Iya, bawa aja," ucap Gallio, pandangannya kembali ke layar ponsel.

Ziesya mulai merapikan barang-barangnya, dan Ocha mengumpulkan sisa makanan yang akan dibawanya pulang. Namun, di tengah kesibukan itu, Jenny mengeluarkan pernyataan yang membuat semuanya terhenti.

JENNY PRISKILLA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang