***"Sejak kapan lo dan Gallio jadi sering datang bareng ke kampus? Kok gue ngerasa ngga tau apa-apa ya?" Ziesya langsung nyeletuk begitu duduk di bangku belakang Jenny. Dia sedikit mengerutkan kening, terlihat protes. Wajar saja, dia kan sahabat sekaligus sepupu Jenny, tapi sekarang dia malah merasa kayak orang asing yang tidak tau apa-apa tentang Jenny dan Gallio. Padahal biasanya, Jenny tidak pernah merahasiakan apa pun. Kecuali soal Gallio, entah kenapa.
"Udah jadian, ya?" tanya Ziesya langsung to the point. Kesal juga kalau sampai tebakannya benar.
Jenny cuma menggeleng pelan.
"Terus? Jangan bilang ngga ada apa-apa. Gue sering lihat lo bareng dia. Lo masuk mobil dia, balik bareng. Ya, minimal ada sesuatu lah pasti," desak Ziesya.
Jenny menarik napas panjang, berusaha sabar. "Sering bareng bukan berarti pacaran, kan? Aku juga sering bareng Alex, dan kita cuma sahabatan."
"Jenny, please deh. Mana ada cewek-cowok bisa sahabatan. Pasti ada yang suka salah satu. Semua orang juga tau kalau Gallio tuh naksir berat sama lo," balas Ziesya sambil melipat tangan.
"Kamu kan tau Gallio kalau dilarang makin nekat, Zies. Aku ngga mau drama. Akhir-akhir ini dia sering ke rumah, Papa sama Mama udah kenal baik. Kalau pun aku abaikan, dia malah ngobrol sama Papa, Mama, Mas Arion, Mbak Renatta, bahkan ART di rumah. Mau ngusir gimana?"
Ziesya terdiam. Dia tak tau kalau Gallio sudah sejauh itu.
Belum sempat dia merespons, orang yang sedang mereka bicarakan muncul di ambang pintu kelas. Gallio berlari kecil, napasnya tersengal-sengal dan tanpa pikir panjang langsung nyamperin Jenny. Dengan santai, dia mengambil tas perempuan itu, membuka tumblernya, lalu duduk di sampingnya sambil minum.
"Kamu habis dari mana, kok keringatan gitu?" tanya Jenny, bingung memperhatikan penampilan Gallio.
"Wait a sec," ujar Gallio sambil mengangkat jarinya, meminta Jenny sabar menunggu. Setelah minum sekali lagi, dia menarik napas panjang. "Gue habis ngobrol sama Alex."
"Ngobrol sama Alex? Tentang apa? Jangan bilang kamu nyari masalah?" Jenny agak parno. Soalnya Gallio emang rada sensi sama Alex. Malu kalau mereka ribut-ribut lagi, apalagi kemarin orang-orang kampus pada lihatin.
"Engga, babe. Ngobrol biasa aja. Habis itu ke Bu Irma."
"Bu Irma siapa?" Jenny mengerutkan kening, bingung, sambil merogoh tasnya mencari tisu dan menyerahkannya pada Gallio.
"Tolong dong, babe. Lap-in, tangan gue kotor," ucap Gallio, menunjukkan tangannya.
Jenny mendesah, tapi menurut. Dia mengambil selembar tisu dan mendekatkan diri pada Gallio, mulai mengelap keringat di wajahnya sambil mendengarkan laki-laki itu bercerita.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENNY PRISKILLA ✔️
Ficción GeneralGallio Alessandro Kanaka belum pernah merasa sefrustasi ini untuk menaklukan hati seseorang. Biasanya, perempuan-peremuan selalu mau padanya karena dia tampan, kaya dan populer. Perbedaannya justru membuat Gallio semakin tergila-gila. Perempuan itu...