***Sesampainya di depan rumah Jenny, Gallio turun dari mobilnya dengan langkah yang secepat kilat. Jantungnya berdegup kencang, jauh lebih cepat dari biasanya. Ini bukan kali pertama dia mendekati seorang perempuan. Lebih dari yang pernah dibayangkan orang-orang. Biasanya, urusan mengungkapkan perasaan dan mengajak pacaran adalah hal yang sudah dikuasainya. Dia bahkan ahlinya, mungkin? Tapi entah mengapa, semuanya selalu berbeda ketika menyangkut Jenny. Seperti setiap kali berhadapan dengannya, semuanya kembali ke titik awal.
Tangannya sedikit gemetar saat dia ingin mengetuk pintu, namun sebelum jari-jarinya sempat menyentuhnya, pintu itu terbuka. Seakan-akan, seseorang di dalam sudah tau dia bakal datang. Di depannya berdiri Ocha dan Ziesya dengan menampilkan ekspresi santai, yang kayaknya udah tau kalau Gallio bakal datang.
"Ngapain kalian di sini?" tanya Gallio, bingung.
"Nungguin elo, lah," jawab Ziesya sambil bersandar di kusen pintu.
"Hah? Buat apa? Gue ke sini bukan buat tugas kelompok," balas Gallio. "Gue mau ngomong sama Jenny. Ini penting. Menyangkut masa depan gue." Ekspresi wajahnya sangat serius.
Ziesya memutar bola matanya, sementara Ocha tersenyum kecil, lalu berkata, "Ngga ada tugas, Gal."
Jawaban itu membuat Gallio terdiam, otaknya berusaha memproses apa yang baru saja dia dengar. "Ngga ada tugas? Maksudnya gimana? Tadi elo pada kan yang bilang di grup?" ulangnya.
Ziesya mendelikkan bahu. "Jenny yang minta kita bilang ada tugas biar lo ke sini."
"What?" Gallio merasa semakin bingung. "Untuk apa?" Pikirannya berputar, tidak mengerti dengan semua ini. Jenny sengaja membuat rencana untuk mengundangnya ke sini? Buat apa?
Sebelum Gallio sempat bertanya lebih lanjut, dari dalam rumah muncul dua sosok yang membuat suasana semakin aneh. Kakak-kakak Jenny, Renatta dan Arion, berjalan mendekat ke arahnya. Renatta membawa sebuah scrapbook di tangannya—ukuran sedang dengan warna biru paduan muda dan tua, covernya dihiasi gambar kupu-kupu.
"Mas Arion, Mbak Renatta," sapa Gallio dengan sedikit membungkuk, sopan seperti biasanya. Tapi di dalam hatinya, sumpah demi apapun, dia bingung sama situasi ini.
Renatta tersenyum kecil dan menatap Gallio seakan mengerti kebingungannya. "Gallio, tenang aja. Kami di sini karena Priskilla mau bilang sesuatu, tapi dia minta kita buat ngomong dulu sama kamu."
Gallio menelan ludah, dadanya berdenyut kencang. Apa yang sebenarnya sedang terjadi?
"Ngomong apa, Mbak?"
Arion menepuk bahu Gallio pelan. "Priskilla itu bukan tipe yang bisa langsung ngomong soal perasaannya. Dia lebih suka ngasih kode. Kamu udah dapet banyak kode, kan?"
Sekelebat pikiran tentang semua teka-teki dalam diary Jenny melintas di benaknya. Kode biner, musik Morse, teka-teki simbol.
Gallio mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENNY PRISKILLA ✔️
General FictionGallio Alessandro Kanaka belum pernah merasa sefrustasi ini untuk menaklukan hati seseorang. Biasanya, perempuan-peremuan selalu mau padanya karena dia tampan, kaya dan populer. Perbedaannya justru membuat Gallio semakin tergila-gila. Perempuan itu...