***Toko buku sore itu tidak terlalu ramai, tapi juga tidak sepi; cukup banyak pengunjung yang duduk dengan tenang di sudut-sudut, tenggelam dalam bacaan masing-masing. Sama seperti Jenny dan Alex yang tampak berjalan perlahan di antara lorong-lorong rak buku.
Jenny, seperti biasa, fokus memindai pandangannya rak demi rak. Tangannya kadang terulur, menyentuh sampul buku yang menarik perhatiannya, sebelum matanya kembali menyusuri deretan judul lainnya. Baginya, mencari buku itu seperti petualangan kecil yang seru. Hobinya mengoleksi dan membaca buku sudah menjadi semacam rutinitas yang tak bisa dilewatkan. Ada rasa yang kosong jika sehari saja dia tidak merasakan aroma khas kertas dan tinta.
Di sisi lain, Alex berjalan di sisi Jenny, tetap berada di dekat perempuan itu. Tapi ada sesuatu yang berbeda. Sesekali, dia melirik ke arah perempuan itu. Entah kenapa, kali ini dia merasa sedikit gugup. Alex tau kalau dia selalu menikmati waktu mencari buku bersama Jenny, tetapi hari ini ada sesuatu yang lain. Sesuatu yang membuatnya lebih sering mencuri pandang ke arah sahabatnya ini, seperti ada pikiran yang bermain di kepalanya.
"Kamu lagi nyari buku apa?" suara Alex memecah keheningan di antara mereka.
Jenny berhenti sejenak, menoleh dengan senyum kecil. "Aku? Aku lagi nyari buku Why Him, Why Her karya Helen Fisher," jawabnya sambil memperlihatkan sekilas sampul buku yang dia cari.
Alex mengernyit, tampak sedikit terkejut. "Tumben. Biasanya kamu nyari buku-buku self improvement," katanya, penasaran. Sekilas Alex tau inti dari buku itu. Dia kaget karena Jenny jarang sekali—bahkan tidak pernah—membaca buku tentang cinta atau pasangan. Selama ini, jika Jenny memilih novel pun, dia lebih suka tipe buku fantasi seperti Harry Potter atau The Lord of the Rings.
"Butuh variasi aja biar ngga terlalu bosan," jawab Jenny.
Alex mengangguk, meskipun rasa penasarannya tidak serta merta terpuaskan. "Iya, juga sih. Aku jadi penasaran juga. Kayaknya seru. Aku ikut beli deh. Penasaran isinya, penasaran juga kenapa kamu tertarik sama buku ini," katanya, sambil mengambil salinan buku yang sama dari rak.
Jenny hanya mengangguk, senang mendengar itu.
"Ntar kalau udah selesai baca semuanya, kita bahas bareng-bareng ya," ucap Alex dengan semangat.
Kegiatan seperti ini adalah bagian penting dari kedekatan mereka. Sejak dulu, mereka hampir selalu membeli buku yang sama dan membahasnya setelah membaca hingga tuntas. Itu adalah waktu yang selalu Jenny tunggu-tunggu—momen mendiskusikan pandangan mereka masing-masing ke sesuatu topik dari yang mereka baca. Itu menyenangkan. Karena tidak akan terasa waktu berlalu.
Keduanya kembali berjalan menyusuri lorong rak, memeriksa buku-buku yang tersusun rapi.
"Jen.." panggil Alex lagi.
"Hm?" Jenny menjawab sambil menatap rak buku di depannya.
"Dengar-dengarnya, kata Ziesya, kamu lagi dekat ya sama Gallio?"
KAMU SEDANG MEMBACA
JENNY PRISKILLA ✔️
General FictionGallio Alessandro Kanaka belum pernah merasa sefrustasi ini untuk menaklukan hati seseorang. Biasanya, perempuan-peremuan selalu mau padanya karena dia tampan, kaya dan populer. Perbedaannya justru membuat Gallio semakin tergila-gila. Perempuan itu...