***Setelah mata kuliah sore itu usai, dosen meninggalkan ruangan dengan cepat. Jenny dan teman-temannya mulai merapikan barang-barang mereka dan bersiap keluar. Di tengah-tengah riuh suara teman-teman yang saling berpamitan, Gallio tampak tergesa-gesa, membereskan bukunya dan berusaha menyusul Jenny yang sudah berjalan keluar.
"Jen," panggilnya.
Jenny menghentikan langkahnya tepat di depan pintu kelas, lalu menoleh ke arah Gallio yang berjalan cepat mendekat.
"Pulang bareng," ucap Gallio, tangan kanannya secara refleks menarik pergelangan tangan perempuan itu.
Namun, sebelum Jenny sempat merespons, tiba-tiba Alex muncul dari arah kelas sebelah, melangkah cepat untuk bisa berdiri di samping Jenny. Tanpa ragu, Alex juga menarik tangan perempuan itu di tangan sebelahnya lagi.
"Jen? Jadi, kan, pulang bareng?" tanya Alex, tersenyum ramah.
Melihat Alex berdiri di sana, seakan-akan Gallio tidak ada, membuat darah laki-laki itu mendidih. Matanya menyipit, tatapannya berubah tidak suka. Tunggu, apa yang dia bilang tadi? Pulang bareng? Ngga salah dengar tuh?
"Ngapain lo di sini?" Gallio langsung nyolot. Ditatapnya tangan Alex yang memegang Jenny. "Lepas tangan lo!" katanya menujuk dengan lirikan matanya.
Namun, Alex hanya bergeming sekilas padanya, sebelum kembali fokus ke Jenny. Tidak terlalu memperdulikan omongan Gallio.
"Jenny pulang bareng gue, bukan sama elo," ucap Gallio lagi, kali ini dengan penekanan, sembari menarik tangan Jenny ke arahnya, membuat perempuan itu agak terhuyung, bergeser mendekat.
Alex pun segera menarik tangan Jenny kembali. "Kita udah janjian duluan," jawabnya santai, walaupun tentu aja sebenarnya dia juga tidak mau kalah dari Gallio.
Jenny, di antara dua lelaki itu, mulai merasa tidak nyaman. Wajahnya kebingungan, dan dia tampak semakin gelisah karena menjadi pusat perhatian. Di sekitar mereka, beberapa teman mulai melirik penasaran. Mereka ini kenapa lagi, sih? Pikir Jenny kesal. Tarik menarik seperti ini. Dia mencoba melepaskan tangannya dari cengkeraman Gallio, tapi genggaman itu justru semakin erat, membuatnya merasa sedikit kesakitan.
"Gal, sakit," gumamnya.
Bukannya melepaskan, Gallio malah semakin mencengkramnya kuat. "Bilang sama dia, lo pulang sama gue!" paksa Gallio, matanya bersitatap intens pada Alex yang terlihat tetap tenang. Ditariknya sekali lagi tangan perempuan itu.
Jenny sedikit meringis, dan merasa semakin terpojok. Alex yang menyadari ketidaknyamanan itu, perlahan mengalah, melepaskan genggamannya dari tangan Jenny, membiarkannya membuat keputusan sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENNY PRISKILLA ✔️
Ficción GeneralGallio Alessandro Kanaka belum pernah merasa sefrustasi ini untuk menaklukan hati seseorang. Biasanya, perempuan-peremuan selalu mau padanya karena dia tampan, kaya dan populer. Perbedaannya justru membuat Gallio semakin tergila-gila. Perempuan itu...