48 | Rasanya Gila

417 51 22
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



***

Gallio meraih tangan Jenny, yang duduk di sebelahnya, lalu menautkan jari-jemari mereka dengan erat. Dia menunduk sebentar, mencium punggung tangan perempuan itu, sambil sesekali menoleh ke arahnya sebelum kembali fokus ke jalan. Suasana di jalan tol Jakarta menuju Bogor sore itu tidak terlalu macet. Tenang dan damai.

"Semoga kita ngga telat ya, babe," ucap Gallio.

Jenny hanya mengangguk.

"Diam banget sih? Ngobrol kek atau apa gitu?" Gallio mencoba mencairkan suasana dengan tawa kecil, tapi respons dari Jenny tetap datar.

"Ngga tau mau ngomongin apa, Gal," jawab Jenny tanpa ekspresi, matanya menatap lurus ke depan.

"Apa aja yang lo suka. Gapapa. Gue pasti dengerin." Dalam benaknya, Gallio teringat isi diary Jenny yang mengatakan bahwa dia sering ngobrol panjang lebar tentang berbagai hal bersama Alex, dan nyambung. Rasa cemburu yang dia coba redam kembali muncul. Dia tau dia bisa jadi teman ngobrol yang asik juga. Walaupun orang selalu bilang dia bodoh, dia tetap bisa jadi pendengar yang baik. Tapi kenapa, kalau dengan dia, Jenny selalu terlihat enggan untuk bicara?

"Bingung mau ngobrolin apa, Gal."

Gallio menghela napas panjang, matanya melirik lagi ke arah Jenny yang masih terlihat sama—tenang.

"Kenapa sih cewek-cewek suka pakai baju crop top gitu? Ngga takut masuk angin?" tanya Gallio, mencoba membuka topik obrolan setelah melihat baju yang Jenny pakai.

"Fashion."

"Iya sih."

Hening lagi.

Gallio memutar otaknya, mencari topik lain. "Btw, kenapa ngasih nama anabul lo Kuma?"

"Karena kayak beruang."

"Oh, Kuma itu bahasa apa?"

"Jepang."

"Lo suka bahasa Jepang?"

"Engga juga."

Gallio mengerutkan kening, bingung. "Terus kenapa pakai bahasa Jepang?"

"Iseng aja."

Gallio mendengus kecil, frustrasi. Kenapa obrolan mereka jadi seperti wartawan yang lagi wawancara narasumber sih? Pertanyaan-jawab, pertanyaan-jawab. Jauh dari percakapan yang asik dan penuh tawa seperti yang pernah dia bayangkan.

"Jen.." Gallio mengalihkan pandangannya dari jalan ke Jenny sebentar. "Lo nyaman ngga sih jalan sama gue hari ini?"

Jenny menoleh, tampak kaget dengan pertanyaan Gallio. "Kenapa nanya gitu?"

"Karena lo kayak... ngga happy. Gue memang orangnya pemaksa, tapi hari ini gue ngga mau maksain lo buat jalan sama gue kalo lo ngga nyaman."

"Kalau aku ngga nyaman, dari awal aku bakal nolak pergi, Gal."

JENNY PRISKILLA ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang