Tiga

7K 665 14
                                    

Salam hangat dari Win untuk para Readers tercinta

Jangan lupa makan hari ini

Jangan lupa like dan komen, dan juga jangan lupa rekomendasikan cerita ini pada teman-teman kalian

'Selamat Membaca'

"Anjing, gue kenapa berakhir di sini sendirian sih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Anjing, gue kenapa berakhir di sini sendirian sih." Junkyu menggerutu kesal ketika tadi Jihoon tiba-tiba menghilang saat berjalan bersama untuk mencari tempat persembunyian.

Saat ini Junkyu bersembunyi di kolong kasur kamar atas pojok kanan bersebelahan dengan perpustakaan.

Rasa-rasanya Junkyu tidak pernah setakut ini terhadap gelap. Namun entah kenapa saat dirinya sendirian di kolong kasur ini dan bermain permainan petak umpet dengan boneka membuat dirinya dilingkupi rasa takut dan rasa tidak tenang.

Ceklek

Junkyu menegang ketika matanya melihat pintu kamarnya terbuka. Dia bisa melihat dengan jelas dari kolong kasur kalau boneka itu masuk.

Mata Junkyu membola ketika melihat boneka itu datang dengan membawa sebuah pisau di tangannya. Bukan pisau biasa melainkan pisau daging.

"Halo ini Anna... Ada orang di sini?"

Nafas Junkyu tercekat mendengar suara halus seperti anak kecil itu. Junkyu bisa melihat dengan jelas boneka itu semakin mendekat. Tubuh boneka itu terlihat dengan jelas di penglihatan Junkyu dari bawah kolong kasur, hanya kepala boneka saja yang tidak terlihat.

Tap tap tap

Boneka itu semakin mendekat dan berhenti tepat di samping kiri Junkyu.

Junkyu bergetar ketakutan apalagi melihat pisau daging yang di bawa oleh boneka itu terlihat tepat ada di sebelahnya.

"Di sini rupanya." Boneka itu menengokkan kepalanya ke bawah lalu menyeringai ketika matanya bertatapan dengan mata Junkyu.

"AAAAAAAAAA"

Junkyu langsung bergeser ke samping kanan dan dengan cepat berlari ke luar kamar.

Boneka itu berlari mengejar Junkyu. Lorong yang gelap membuat Junkyu sedikit kesulitan menemukan jalan. Junkyu berlari ke lantai satu namun di pertengahan tangga dia tersandung kakinya sendiri hingga berguling ke bawah.

Akkkhhh

Junkyu mengerang sakit namun belum sempat bangun tubuhnya lebih dulu di terjang oleh boneka Anna.

"Hihihi kamu ketahuan." Boneka itu tertawa lalu mengarahkan pisau ke jantung Junkyu.

Junkyu dengan segala kekuatannya yang tersisa memegang lengan boneka itu untuk menghalau pisau agar tidak tertancap di jantungnya.

"Bangsat! Tolongin gue! siapa pun tolongin gue! Gue udah nggak kuat!!" Junkyu berteriak meminta tolong berharap ada salah satu dari temannya yang melihat kejadian ini dan menolongnya.

"Hihihi kamu ketahuan." Boneka itu terus tertawa.

Junkyu sudah lemah. Dia sudah tidak kuat lagi menahan tangan boneka Anna. Boneka ini kekuatannya tidak main-main, apalagi Junkyu habis terjatuh dari tangga.

Junkyu pasrah. Bahkan matanya berkaca-kaca karena dia berpikir ajalnya sebentar lagi menjemput.

Tangannya sudah melemah dan sedikit lagi pisau itu akan menembus ke arah jantungnya.

Braakkk

"Ayo bangun!! cepetan!!!"

Renjun menendang boneka Anna hingga terpental bersama dengan pisaunya yang terlepas dari tangannya.

Renjun dengan secepat kilat membantu Junkyu bangun dan memapahnya untuk pergi dari sana.

"Padahal sedikit lagi!!!" Boneka Anna berteriak marah.

Dia melihat sekeliling dan tidak melihat Junkyu di sana. Junkyu sudah menghilang dari pandangannya.

Sedangkan di sisi Renjun. Renjun memapah tubuh Junkyu menuju kamar mandi dapur lalu mengunci pintunya.

"Gila, boneka itu bawa pisau," ucap Renjun setelah berhasil mendudukkan tubuh Junkyu di kloset yang tertutup.

"Renjun."

"Hmm."

"Thanks udah nyelametin gue."

"Ga usah bilang makasih, kita temenan dan harus saling tolong menolong."

Junkyu mengangguk lalu kembali berucap, "Jun gue rasa permainan ini beneran bisa bikin meninggal."

"Gue udah insting sebenernya tapi gue agak kaget waktu lihat dia ngebunuh pakai pisau daging. Bangsat gue ngeri banget." Renjun bergidik ngeri.

"Lo aja ngeri, apalagi gue yang dikit lagi kena. Kalau lo ga datang, gue udah mati kali." Renjun tidak menjawab, dia berusaha menetralkan jantungnya yang berdetak kencang.

"Ini kita bakal aman nggak di sini?" tanya Junkyu.

"Gue nggak tau. Kalau boneka itu bisa dobrak pintu, kita berdua bisa mati."

"Kalau gitu kita cari tempat persembunyian yang lain."

"Mau sembunyi di mana lagi? Boneka itu sekarang berkeliaran di luar nyariin kita semua."

"Di dalam perpustakaan ada ruangan. Gue kemarin dari sana. Gue rasa di sana aman. Boneka itu nggak akan bisa nemuin pintunya karena pintunya ada di balik rak buku."

"Lo yakin di sana aman?"

"Gue yakin. Gue tadinya mau sembunyi di sana tapi nggak keburu karena lampu tiba-tiba mati dan Jihoon juga tiba-tiba ngilang."

"Yaudah kita nunggu sampai suasananya lebih tenang, nanti pelan-pelan kita pergi ke sana."

"Gue kasih tau yang lain dulu kalau boneka itu bawa pisau biar yang lain bisa waspada." Jihoon mengeluarkan hpnya lalu mengetikkan pesan untuk dikirim ke grub mereka.

"Gue sekarang bingung harus gimana cara ngadepin boneka itu. Gue khawatir sama yang lain juga."

Renjun menghela nafas kasar lalu melanjutkan, "Kita baca doa pun nggak akan selamat."























_BERSAMBUNG_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_BERSAMBUNG_

13 Juli 2023

Hide or Die | 00 Line (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang