Tujuh belas

4.6K 497 12
                                    

Salam hangat dari Win untuk para Readers tercinta

Jangan lupa makan hari ini

Jangan lupa like dan komen, dan juga jangan lupa rekomendasikan cerita ini pada teman-teman kalian

'Selamat Membaca'

Waktu sudah menunjukkan pukul tiga dini hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu sudah menunjukkan pukul tiga dini hari. Rasa-rasanya waktu berjalan sangat lambat, entah hanya perasaan mereka atau mamang benar waktu berjalan dengan lambat.

"Udah jam tiga dan masih nggak ada balasan dari yang lain" ucap Jihoon sambil memainkan ponselnya yang baterainya hanya tinggal 15 persen.

"Bangsat! Gue takut terjadi apa-apa sama mereka." Jihoon berucap lagi, namun kali ini dengan membanting hp nya ke atas meja.

"Sesuai kesepakatan, ayo keluar dan cari mereka," ucap Haechan.

"Tapi gue takut." Lia mencengkram erat tangan Karina yang menggenggamnya.

"Kalau lo takut, lo di sini aja," ucap Yoshi.

"Lo mau di sini? Di sini nggak menjamin lo aman. Pintu perpustakaan nggak ada kuncinya dan kita cuma ngandelin meja doang. Emang lo bisa nahan meja itu sendiri kalau lo tetep di sini?" Haechan berucap sambil menatap Lia datar.

"Kalian nggak bisa di sini aja? Kita nunggu yang lain di sini?" ucap Lia.

"Ck... Lo kalau mau di sini ya di sini aja nggak usah ngajak-ngajak kita. Jangan jadi beban," ucap Jihoon terpancing emosi. Lia ini dari tadi nangis penakut lagi.

"Kasar banget omongan lo? Bisa kan harusnya bilang baik-baik nggak usah nyolot gitu." Karina menatap Jihoon tajam.

"Temen lo itu kalau dibaikin malah ngelunjak. Di situasi kek gini harusnya bisa lebih berani lagi, jangan jadi pengecut yang bisanya nyusahin orang lain." Haechan ikut berucap kasar.

"Omongan lo kek cewek anjing!! Bisa nggak lo kalau ngomong disaring dulu? Omongan lo itu nyakitin Lia," ucap Karina emosi.

"Bacot! Kalau lo mau disini ya udah di sini aja. Gue, Haechan sama Yoshi mau keluar nyari yang lain," ucap Jihoon sambil menatap Karina tajam.

"Udah cukup!! Berantem mulu lo pada." Yoshi menatap semua temannya dengan tajam. Muak dengan pertengkaran yang berulang kali mereka lakukan.

"Sekarang gini aja, yang mau ikut pergi ayok, yang mau di sini ya udah di sini aja." Yoshi kembali berucap.

"Gue sama Haechan jelas ikut, nggak tau tuh berdua mau ikut juga apa kagak," ucap Jihoon sambil menunjuk Karina dan Lia menggunakan dagunya.

"Gue nggak mau di sini sendiri, gue ikut kalian aja," ucap Lia pelan.

"Ya udah yuk pergi. Selalu waspada dan saling ngejaga," ucap Yoshi sambil memindahkan meja yang menahan pintu dibantu oleh Haechan.

Yoshi sebagai yang terdepan, melongokkan kepalanya keluar untuk melihat situasi. Kepalanya dia tengokkan ke kanan dan ke kiri. Gelap namun mata tajamnya masih bisa melihat sesuatu di luar sana.

Dirasa aman, Yoshi mulai keluar diikuti Haechan, Jihoon lalu Karina dan Lia yang saling berpegangan tangan. Mereka semua berjalan dengan pandangan yang waspada menyusuri lorong yang gelap.

Sepi, hanya ada suara langkah kaki mereka dan juga nafas mereka yang terdengar. Mereka berhenti sejenak di belokan lorong. Yoshi kembali melongokkan kepalanya untuk melihat situasi lorong.

Aman tidak ada pergerakan atau sosok boneka Anna yang terlihat. Saat hendak melanjutkan perjalanan, tangan Yoshi ditarik pelan oleh Karina.

"Perasaan gue nggak enak Yosh," ucap Karina berbisik.

"Aman, gue lihat nggak ada boneka itu, mungkin cuma perasaan lo aja," ucap Yoshi berbisik sambil menatap Karina dengan tatapan meyakinkan. Berusaha menenangkan Karina bahwa semua akan baik-baik saja.

Mereka kembali berjalan menyusuri lorong. Lia semakin mempererat genggamannya pada Karina. Karina mengusap tangan Lia yang bergetar, berusaha menenangkan sahabatnya itu.

"Rin perasaan gue ga enak."

Setelah Lia berucap, ketika mereka berjalan santai menyusuri lorong, tiba-tiba saja sebuah pisau melayang dengan cepat dan mengenai Jihoon yang berjalan di samping Yoshi hingga tubuh Jihoon ambruk ke belakang.

AAAAAAAAA

Lia dan Karina berteriak histeris. Kejadian tersebut begitu cepat sehingga Jihoon tidak sanggup menghindar.

Pisau tersebut menancap dan merobek mulut Jihoon sampai menembus ke belakang kepalanya. Jihoon terbaring di lantai, sekarat karena banyak darah yang keluar dari mulutnya.

Mereka langsung menatap ke arah depan dimana di sana boneka Anna sedang berjalan ke arah mereka sambil tersenyum miring.

Yoshi dan Haechan sebagai laki-laki dengan tanggap langsung menarik tangan kedua perempuan yang masih menangis histeris melihat keadaan Jihoon bahkan darah Jihoon menggenang di kaki mereka.

Haechan menarik tangan Karina dan Yoshi menarik tangan Lia. Mereka berlari meninggalkan Jihoon yang terkapar sekarat di sana.

Mereka sudah tidak berpikir untuk melanjutkan perjalanan mencari teman mereka karena mereka berputar arah dan berlari mencari tempat yang aman untuk saat ini.

Jihoon telah gugur, tujuh orang ditemukan.


Lalu siapa selanjutnya?























Lalu siapa selanjutnya?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_BERSAMBUNG_

24 Juli 2023

Hide or Die | 00 Line (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang