Dua puluh satu

4.5K 497 28
                                    

Salam hangat dari Win untuk para Readers tercinta

Jangan lupa makan hari ini

Jangan lupa like dan komen, dan juga jangan lupa rekomendasikan cerita ini pada teman-teman kalian

'Selamat Membaca'

Haechan, Yoshi, Karina dan Lia masih berada di tempat yang sama yaitu kamar di tengah lorong di sayap kanan lantai dua

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haechan, Yoshi, Karina dan Lia masih berada di tempat yang sama yaitu kamar di tengah lorong di sayap kanan lantai dua.

Mereka semua bergerak gelisah. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah empat pagi dan permainan ini masih belum diselesaikan.

Mereka semua takut. Takut jika mereka semua tidak akan selamat dari permainan terkutuk ini. Mereka berandai andai jika saja permainan ini tidak dilakukan pasti mereka sedang tidur nyaman menunggu hari esok untuk menikmati udara pagi di puncak.

Namun semuanya hanya bisa berandai andai karena nyatanya sekarang mereka ada dalam permainan terkutuk ini. Menanti apakah mereka aman disini atau akan menjadi korban selanjutnya.

Haechan mondar mandir tidak tenang, sesekali melirik ke arah pintu yang beberapa kali terdengar suara orang berjalan di luar sana.

Haechan tidak tahu itu suara langkah kaki siapa. Apakah suara langkah kaki boneka Anna atau langkah kaki teman-temannya yang masih hidup.

"Gue mau keluar." Ucapan Haechan membuat yang lain langsung menatapnya.

"Lo gila? Lo lupa sama apa yang terjadi sama Jihoon?" tanya Karina.

"Gue nggak bisa terus disini. Gue mau nyari yang lain, gue mau permainan setan ini cepet berakhir" ucap Haechan dengan tatapan tajam.

"Tapi di luar bahaya Chan," ucap Lia.

"Di sini juga bahaya. Dimana pun kita berada, kita dalam bahaya karena kita udah jadi bagian dari permainan sialan ini." Haechan mengacak rambutnya frustasi.

"Gue mau keluar nyari yang lain, kalian di sini aja. Tunggu gue di sini," lanjut Haechan.

"Lo mau nyari sendirian?" tanya Karina.

"Iya, kayaknya lebih baik gue nyari sendiri dari pada rame-rame nanti gampang ketahuan," ucap Haechan.

"Chan, di luar gelap, bahaya Chan." Karina masih terus menahan Haechan. Dia tidak mau ada korban lagi.

"Gue tau di luar bahaya, tapi kalau kita diam aja di sini, permainan ini nggak akan berakhir. Baterai kita semua habis Rin, kita nggak bisa hubungin mereka lagi. Cara satu-satunya ya keluar buat nyari mereka secara langsung. Gue juga yakin mereka juga lagi nyariin kita." Haechan berusaha memberikan kejelasan.

"Kalau gitu gue ikut lo Chan, jangan pergi sendirian," ucap Yoshi.

"Terus kita gimana?" tanya Lia.

"Kalian berdua di sini aja. Tutup pintunya dan ganjal pakai rak kayak gini. Tunggu sampai kita balik ke sini bareng yang lain. Jangan keluar sebelum kita balik ke sini," ucap Haechan.

"Pastiin lo berdua balik ke sini hidup-hidup," ucap Karina sambil menatap kedua teman laki-lakinya itu dengan sendu.

Walau terlibat beberapa kali cekcok dengan Haechan, tapi Karina tetap menyayangi Haechan. Mereka ber-18 udah temenan sejak semester awal perkuliahan. Itu berarti sudah dua tahun yang lalu. Jadi Karina tidak akan rela jika terjadi sesuatu yang buruk menimpa teman-temannya yang masih hidup.

Haechan dan Yoshi mengangguk mengiyakan ucapan Karina. Walau mereka berdua tidak yakin akan bisa kembali atau tidak.

Tapi mereka berdua memantapkan hatinya bahwa mereka akan baik-baik saja. Mereka harus melakukan ini agar permainan segera berakhir.

Haechan dan Yoshi memindahkan rak buku yang mengganjal pintu dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara.

Haechan dengan pelan membuka pintu dan melongokkan kepalanya untuk melihat situasi. Dia melihat sekeliling dengan matanya yang tajam.

Haechan menoleh ke belakang, "ingat, jangan buka kalau bukan kita," ucap Haechan memperingatkan Karina dan Lia. Dua gadis itu mengangguk mengiyakan ucapan Haechan.

Haechan dan Yoshi mulai keluar lalu menutup pintu dengan pelan. Karina dan Lia di dalam sana langsung mengangkat rak buku untuk mengganjal pintu.

Walau berat karena tenaganya tidak sekuat laki-laki tapi mereka bisa melakukannya. Mungkin karena situasi yang mengharuskan mereka bisa melakukan hal itu.

Haechan dan Yoshi mulai berjalan dengan pelan menyusuri lorong yang gelap. Sesekali mereka berhenti di belokan untuk melihat situasi yang ada di balik belokan.

Mereka melewati tempat dimana Jihoon tertancap pisau, namun mayat Jihoon sudah tidak ada di sana dan hanya meninggalkan genangan darah dan juga darah bekas seretan yang ada di seluruh lantai.

Mereka berhasil sampai ke tangga tanpa bertemu dengan boneka Anna. Walau dalam setiap perjalanan mereka, bulu kuduk mereka berdiri. Entah karena apa tapi mereka merinding di setiap langkah yang mereka ambil.

Saat hendak menuruni tangga tiba-tiba saja tubuh Haechan tersungkur ke depan seolah ada yang mendorongnya dari belakang. Yoshi tidak sempat untuk menahan tubuh Haechan hingga Haechan terjatuh menggelinding ke bawah.

"HAECHAN." Yoshi reflek berteriak melihat Haechan yang terjatuh menggelinding menuruni tangga.

Mata Yoshi melotot ketika Haechan berhenti tepat di bawah sana, namun boneka Anna juga sedang berdiri tepat di tempat Haechan berhenti.

Yoshi melihat boneka Anna menyeringai dengan Haechan yang menatap boneka Anna dengan ekspresi terkejut.

"Hihihi kamu ketahuan."

Boneka Anna langsung menusukkan pisau daging yang dia bawa tepat ke jantung Haechan hingga membuat Haechan berteriak mengerang kesakitan.

Darah mengucur dari dada Haechan dan juga mulut Haechan. Boneka Anna mencabut pisau itu dari dada Haechan hingga membuat dia terbatuk dan memuncratkan banyak darah dari mulutnya lalu boneka Anna kembali menancapkan pisau itu ke dada Haechan... Dia mencabutnya dan menancapkannya lagi... dan lagi...

Yoshi yang melihat itu mundur dengan kaki yang bergetar. Air matanya menetes begitu saja. Dia kehilangan temannya lagi.

Dengan langkah bergetar, Yoshi berlari meninggalkan tempat itu. Dia harus lari sebelum boneka Anna membunuhnya juga.

Dia juga merasa ada yang ikut bersamanya berlari namun ketika dia menengokkan kepalanya ke belakang dia tidak melihat siapa pun, bahkan dia tidak melihat boneka Anna mengejarnya.

"Sialan!! Boneka sialan!! Bangsat siapa yang lari ngikutin gue," ucap Yoshi sambil berlari.

Tubuhnya meremang, dia benar-benar seperti diikuti.

"Haechan," ucapnya lirih dengan air mata yang mengalir deras.


Haechan telah gugur, sembilan orang ditemukan...























Haechan telah gugur, sembilan orang ditemukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_BERSAMBUNG_

27 Juli 2023

Hide or Die | 00 Line (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang