13. Kabar Gembira

37 7 1
                                    

"Terkadang orang harus merasakan sakit terlebih dahulu untuk mencapai kebahagiaan."_Ema.

Setelah kepergian Mamah dan Papah. Diki pamit pulang, tapi dicegah Arul.

"Gue balik dulu, mau paking barang-barang gue," ujarnya.

"Ets, tunggu dulu, bukannya kita udah janji ya, kalau semuanya udah beres kita ke rumah Ema. Mau bahas bisnis kita kan," ujar Arul memberitahu.

Diki hampir lupa dengan janjinya, karena rasa senangnya tak bisa diutarakan.

"Astagfirullah, lupa gue, yuk lah berangkat!"

Keduanya pergi mengubakan kendaraan masing-masing.

Tak terasa, akhirnya keduanya sudah tiba di rumah Ema. Tapi, tidak ada seorang pun. Arul pun mengetuk rumah Ema.

"Assalamualaikum, Ema, lo ada di rumah gak?"

Mendengar suara dari luar, Ema bergegas membukakan pintu. Ia memutar knop pintu, saat ia membukanya. Wajah Arul yang ia lihat.

"Arul, lo sendiri?" Ema berjalan ke luar.

"Enggak, gue sema Diki, yang lainnya mana? Katanya mau kumpul di rumah lo." Arul dan Ema berjalan menuju tempat biasa mereka duduk.

"Tadi Galen udah ke sini, sekalian nganter gue, terus karena nunggu kalian lumayan lama. Dia mutusin buat pulang, katanya sih bakalan balik lagi ke sini." Ema menjelaskannya ke pada Arul. Diki hanya diam, dan mengamati kedua temannya berbincang.

"Oh, kalau Roby gimana?"

"Roby belum ada kabar sih, coba deh lo kabarin," saran Ema.

"Oke, gue hubungin mereka dulu digrup."

Arul menelfon mereka satu persatu, ketika Arul sedang menelfon. Diki mendekat ke Ema.

"Ma, ada camilan gak?" tumben, lelaki itu biasanya tidak pernah menanyakan itu, saat dirinya di rumah Ema.

"Tumben, lo belum makan atau gimana Dik?"

"Belum, hehe, gue sama Arul belum makan. Soalnya abis pulang sekolah, gue langsung tempat Arul kan, nah pas gue sama Arul sampe. Orang tua Arul udah beresin barang-barang mereka, ya udah sekalian kita bantuin."

"Oh, ya udah tunggu sebentar ya, sekalian gue buat makanan buat kita ngumpul nanti." Ema berjalan masuk, saat kepergian Ema, Arul kembali ke tempatnya.

"Ema mau kemana?" Arul bertanya.

"Buat camilan katanya." Diki mengeluarkan handphonenya, membuka aplikasi gemenya. Melihat itu, Arul pun membuka aplikasi gemenya juga.

"Mabar yok," ajak Arul.

"Malas, lo mainnya nob, capek gue gendong lo terus." Diki menolak ajakan Arul.

"Buh, sekate-kate lo, ayo main kelasik aja," ujarnya.

"Serah lo lah Rul."

Hanya ada keheningan diantara keduanya. Suara angin terdengar merdu, sejuknya malam membuat suasana jadi tenang, bintang dan bulan menjadi pelengkap untuk awan biru di atas sana.

"Diki, Dik, lo tau gak anak yang pernah kita liat di rumah lo dulu," suara Arul memecahkan keheningan.

"Gak tau," Diki sangat tidak suka jika sedang bermain geme, ditanya-tanya. Ko

"Dia udah besar belum ya? Kok gue penasaran ya?" pertanyaan yang tak ada faedahnya.

"Rul, udah pernah ngerasain dipukul pake balok belum?" Refleks Arul menggelengkan kepalanya.

Semesta Kita Season 1 (End) Segera Terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang