forbidden

458 60 13
                                    


•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cr. Pinterest

" Aku bertanya-tanya bagaimana reputasi kita di mata orang-orang kota? Seharusnya kita sudah tampil di Los angeles jika hal ini tidak terjadi."

Riak air sungai yang menenangkan, semilir angin yang menerpa saat tubuhnya berayun dengan ayunan. Heaven berdiri di belakang untuk menjadi pendorong dan pendengar, membiarkan katarina menikmati waktunya berayun dengan kaki yang basah oleh air sungai.

" Apa kau pernah benar-benar bahagia Kat?"

Kedua kelopak mata gadis cantik itu terbuka perlahan, menatap rembesan cahaya matahari siang.

" Tiap kali aku bersama kalian, rasanya cukup untukku."

"Apa ibu menyakitimu?" Katarina memiringkan tubuhnya untuk lebih leluasa melihat heaven.

Benar dugaannya, wajah itu bukan lagi terlihat seperti bonekanya melainkan sosok yang ia kenal.

"Yelinne?"

"Aku pernah berjanji padamu ketika kau masih dalam perut ibu. Waktu itu aku bahagia sekali saat ibu bilang aku akan punya adik perempuan. Aku berlatih membuat mahkota bunga dengan kak jyesebel untuk dipakaikan padamu," sosok itu mulai bercerita dengan tetap mendorong ayunan katarina.

"Waktu itu malamnya gelap sekali. Bahkan bintang pun tak ada yang muncul. Aku begitu keras kepala memaksa jyesebel untuk pergi ke gazebo taman. Aku keras kepala memaksa kakak untuk menemaniku memetik bunga mawar. Ibu bilang kau akan segera lahir jadi aku tidak sabar memakaikan mu mahkota bunga buatanku," sambung sosok itu.

"Tapi malam itu kami berdua bertemu makhluk-makhluk mengerikan. Mereka bungkuk seperti nenek tua, wajahnya seperti monster anjing dan berbulu lebat. Aku sangat ketakutan saat mereka menunjukkan taring dan cakar mereka yang tajam. Jyesebel padahal sudah menutup mulutku tapi aku terlalu takut dan berteriak memanggil ibu. Kami sempat dikejar oleh mereka, tapi diantara mereka aku melihat ada yang mencoba melindungi kami. Padahal dia sudah meneteskan darah, tapi tidak takut untuk melawan mereka. Seingatku ibu turun lalu berteriak panik mencoba menyelamatkan kami.

Aku dan jyesebel berhasil berlari dengan ibu tapi aku melihat dengan mata kepalaku sendiri makhluk seram yang melindungi kami berdua mati ditusuk pasak oleh sesama mereka. Aku takut sekali saat melihat mata makhluk itu menangis saat dia hampir mati. Hanya itu yang aku ingat sebelum semuanya gelap dan sakit. Aku merasakan kepalaku menghantam tanah dan bisa melihat ibu berteriak sambil menangis melihatku dan jyesebel. Aku tidak sadar saking sakitnya, aku baru sadar bahwa mereka memenggal kepala jyesebel yang tak jauh dariku. Hanya itu."

[✓] House of memory | NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang