#5 BUKAN UNTUKNYA

88 17 3
                                    


"In this world, it's just us

You know it's not the same as it was."

(As It Was – Harry Styles)



Yausal menatap tumpukan laporan di mejanya. Semuanya ada lima filecase dengan masing-masing warna berbeda. Di atas tumpukan map warna-warni itu, ada dua bungkus oatbar rasa kacang dan berry. Di bawah oatbar terselip kertas kecil dengan tulisan singkat, 'For you', lalu ada emot senyum di akhir kalimatnya.

Yausal hampir saja salah sangka seandainya Dinda tidak mengiriminya pesan di obrolan whatsapp.

Itu sample produk dari klien, Kang. Cobain, ya...

"Oooh..." mulut Yausal membulat tanpa suara. Dia mengetik balasan.

Okay. Thanks.

Dia membuka laci lalu menaruh makanan itu di dalamnya. Sejak dari hari ke-dua dia resmi pindah dan menetap di kantornya, Dinda memang kerap membaginya camilan. Pertama kali, Dinda memberinya setoples kecil cheese stick. Waktu itu dia menghadap Yausal untuk mengonsultasikan beberapa hal yang berhubungan dengan pengajuan biaya operasional. Kebetulan Dinda juga sedang merangkap sebagai staf finance, menggantikan salah seorang karyawan yang sedang cuti melahirkan. Awalnya Yausal mengira gadis itu menyambi sebagai snack seller. Karena hari-hari berikutnya menyusul sekotak risoles mayo, donat gandum dalam kemasan thinwall, coklat Bali dan roti goreng yang sudah nangkring di mejanya begitu dia datang. Tapi ternyata camilan-camilan itu sebagian dikirim oleh teman-teman Dinda yang membuka usaha makanan.

"Endorse, Kang," ujar Dinda minggu lalu, saat Yausal iseng bertanya. Tidak heran sih, penampakan Dinda yang imut dan lucu serta bersuara lembut ini, bisa dipastikan mempunyai banyak follower di media sosial. Itu dimanfaatkannya untuk membantu teman-temannya yang punya bisnis online dalam memasarkan produk mereka. Jadi menurut cerita Dinda, sejak saat itu, kiriman makanan yang datang padanya cukup melimpah.

"Jadi Dinda share sebagian sama temen-temen di sini. Sama Kang Yausal juga. Soalnya Dinda nggak bisa ngabisin sendirian," katanya lagi waktu itu, dengan nada suara khasnya yang tentu saja terdengar lembut dan manja.

Oia Kang, nanti siang mau makan apa? Mau Dinda pesenin?

Pesan lain dari Dinda, salah satu tawaran yang mulai biasa Yausal terima. Setelah snack, pertanyaan-pertanyaan mulai dari 'mau dibikinin minum, nggak?' atau 'nanti siang mau makan apa, Kang?' atau 'Kang, mau nyemil?' adalah yang juga selalu diajukan Dinda setiap harinya selain tentang pekerjaan.

Kali ini Yausal menatap agak lama layar ponselnya, lalu mengetik balasan.

Nanti kalo mau saya kabarin. Thanks.

Dia lalu menyimpan smart phone-nya di meja. Baru akan memeriksa map warna biru, tiba-tiba dia teringat sesuatu. Yausal mengambil kembali teleponnya dan menghubungi seseorang.

"Bi Euis, washtafel aman?"

"Aman, A. Barusan pipanya udah Acep ganti. Tadi sempet dicoba, udah nggak bocor lagi, alhamdulillah."

"Oh, syukur kalo gitu."

"Tinggal nunggu semennya kering aja paling. Mungkin besok."

"Oh iya atuh. Bilangin makasih gitu ya, ke Acep."

HATTRICK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang