"Which is more important?" Asked Big Panda,
"The journey or the destination?"
"The company," said tiny dragon."
(quoted)
"Udah sarapan, belom?" Itu pertanyaan pertama Yausal begitu dirinya dan Naraya memasuki mobil.
"Belom, sih," jawab Naraya sambil memasang sabuk pengamannya.
"Ngopi?"
"Belom juga."
"Mau beli dulu, nggak?" Tanya Yausal.
Naraya terdiam sebentar. Dia melirik jam tangannya sekilas.
"Keburu kok, kalo mau mampir ke coffee shop," ujar Yausal lagi.
"Mmmm, boleh, deh. Di minimarket pas keluar perumahan aja kali, ya? Di situ kopinya lumayan enak. Sekalian aku mau beli sarapan."
"Oke."
Yausal menghidupkan mesin. Setelah menyalakan radio, dia lalu menjalankan kendaraan di sepanjang perumahan di daerah atas itu. Sinar matahari mulai terasa hangat menembus kaca mobil. Langit juga sudah terlihat cerah. Namun tidak ada yang bisa mengalahkan hangat hati dan cerah rona wajahnya pagi ini. Ditambah aroma parfum yang sudah mulai familiar di penciumannya, Yausal menemukan sesuatu yang tidak dapat dia jelaskan dengan kata-kata.
Menuruni jalan keluar dari perumahan, mobil memasuki parkiran sebuah minimarket yang lumayan besar.
"Titip apa turun?" Naraya menoleh ke laki-laki di sampingnya sambil melepas sabuk pengaman.
Yausal berpikir sejenak. Dari luar, minimarket itu terlihat sepi. Tempat parkirnya pun masih kosong. "Ikut turun aja," ujarnya akhirnya. Setelah mematikan mesin, dia mengambil dompet dan ponsel dari dalam storage, kemudian menyusul Naraya yang sudah turun duluan.
Bagian dalam minimarket itu terlihat luas dan bersih. Ini pertama kalinya Yausal mampir ke sini, meskipun tempat ini dilewatinya setiap hari. Naraya terlihat sedang memesan kopi di counter samping kasir. Sementara dia berjalan menuju lorong air mineral lalu mengambil dua botol berukuran sedang. Tiba-tiba ponselnya bergetar. Yausal melihat layar dan nama Bunga terpampang di sana. Seandainya dia tidak ingat pesan ibunya untuk menanyakan perihal kondisi papinya, Yausal lebih senang membiarkan panggilan itu berhenti sendiri. Berjalan ke lorong paling belakang tempat lemari pendingin berada, dia pun akhirnya menggulir tanda berwarna hijau.
"Halo?"
"A..." Suara Bunga terdengar serak.
Sesuatu buruk terjadi kah?
"Ya?" Yausal mencoba mempertahankan desibel suaranya supaya tidak terlalu keras. Dari tempatnya berdiri, dia bisa melihat Naraya tengah duduk di kursi di seberang counter kopi. Kedua sikunya bertumpu pada meja besi bulat di depannya. Wajahnya menghadap pada telepon genggam yang tengah digulirnya.
"Lagi dimana?"
"Di luar. Kenapa?"
Sepi di seberang. Kali ini Yausal melihat Naraya celingukan. Mungkin gadis itu mencari dirinya.
"Di luar dimana?"
Yausal menghela napas pelan. Ekspresi wajahnya mulai terlihat terganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HATTRICK
RomantizmNaraya dan Yausal kembali bertemu untuk ketiga kalinya. Tiga tahun putus kontak, mereka terlibat satu pekerjaan yang sama. Lagi-lagi saling terhubung, tenyata banyak hal yang terjadi di luar dugaan mereka, termasuk usaha keduanya untuk tidak saling...