#32 ANOTHER DRAMA

65 13 1
                                    


"Mengapa kau bukakan jalan ke hatimu

Walau kau tahu kau bukan untukku

Ooh, ah ku tak mampu menghapus bayangmu

Oh Kasih, kini sirnalah sudah."

(Di Balik Pertanda – Kaleb J.)



Pintu ruangan Yausal diketuk dari luar saat dia baru tiba lima belas menit lalu. Kepala Dinda menyembul setelah laki-laki itu mengisyaratkannya untuk masuk.

"Mau ngambil laporan yang kemarin, Kang," ujar Dinda sambil menunjuk tumpukan dokumen yang ada di samping kiri meja kerja Yausal.

"Oh." Yausal yang tengah duduk di hadapan laptopnya, mengambil beberapa map warna-warni dan mengangsurkannya pada Dinda. Gadis itu melihat atasannya sedikit lebih lama.

"Kang Yausal gapapa? Keliatannya lesu. Sakit kah?"

"Cuma agak ngantuk aja, Din. Semalam kurang tidur," jawab Yausal sambil melirik sekilas ke arah stafnya itu.

"Mau Dinda bikinin kopi?"

"Nggak usah," tolak Yausal. "Makasih, ya." Entah mengapa akhir-akhir ini kopi sering membuatnya perih lambung. Yausal mencari aman.

"Oke, deh." Dinda pun pamit, meninggalkan Yausal yang pura-pura sibuk dengan laptopnya padahal tidak ada yang benar-benar dia kerjakan. Dia hanya mencoba mendistraksi dirinya sendiri dari apa yang tengah mengganggu pikirannya sekarang. Bahkan ponselnya pun sengaja masih dia simpan di tas. Namun tetap saja yang dia lihat semalam itu terus membayang.

Momen ketika Yausal melihat Naraya dan Nino kemarin di kafe saat dia meeting dengan Kokoro terus terang membuat dia terkejut, sekaligus tersadar. Setelah komunikasi yang cukup intens dengan Naraya hingga terjalin kedekatan akhir-akhir ini, Yausal pikir Naraya dan Nino memang tidak seserius itu. Tidak hanya karena Yausal sudah tidak pernah lagi melihat Nino mendatangi Naraya di kantornya, saat bersamanya pun, Naraya hampir tidak pernah terlihat menerima telepon dari laki-laki itu, layaknya seseorang yang sesekali memeriksa keberadaan pacarnya. Bahkan belakangan keduanya sering chatting hingga larut malam. Yausal memang tidak pernah bertanya. Bukannya tidak ingin tahu, tapi dia mencoba menahan diri untuk tidak terlalu ikut campur dengan kehidupan pribadi Naraya. Dia ingin bergerak secara perlahan. Bagaimana pun dirinya dan Naraya mempunyai sejarah tidak baik yang berakhir gadis itu membenci dirinya. Jadi ketika Yausal merasa Naraya sudah mulai membuka diri sedikit demi sedikit, dia pikir itu sudah merupakan awal yang baik. 

Namun ternyata, kemarin Naraya dan Nino datang ke kafe tempat Yausal rapat dengan kliennya, seraya bergandengan tangan. Hal mengejutkan lainnya adalah, saat Yausal menduga mereka berdua bertemu dengan ibunya Nino. Seorang perempuan paruh baya yang terlihat sangat senang dan tampak langsung jatuh suka itu membuat Yausal merasakan perasaan yang aneh. Dadanya mendadak sakit seperti ditekan. Seketika ada emosi yang membuatnya tidak nyaman dan terasa mengganggu. Terlebih ketika dirinya melihat mereka bertiga berbincang, bercengkerama dan tertawa bersama. Apalagi ketika ibunya Nino yang terlihat begitu perhatian saat Naraya berbicara sambil sesekali mengelus-elus lengan gadis itu. Yausal memperhatikan apa yang mereka bertiga lakukan, di sela-sela meeting yang tidak lagi membuatnya fokus.

Gongnya, semalam Yausal melihat status whatsapp Naraya yang memajang foto mereka bertiga di kafe itu. Pose yang tampak akrab dan hangat itu seperti mengisyaratkan sesuatu. Sebuah emoji hati dibubuhkan sebagai caption.

HATTRICK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang