#17 PADA SUATU PAGI

52 10 5
                                    

"I would never fall in love until I found her

I said, 'I would never fall unless it's you I fall into'"

(Until I Found You – Stephen Sanchez)


Seseorang terdengar membuka pintu depan ketika Yausal baru turun dari kamarnya di lantai dua. Tidak lama kemudian Ibu Diah memasuki ruang tengah seraya membawa sesuatu di tangan.

"Dari mana, Mah?" Tanya Yausal sambil menyimpan ponsel di meja, lalu berjalan menuju dispenser. Dia mengisi gelasnya hingga penuh, kemudian duduk di dekat ibunya.

"Dari seberang." Ibu Diah menaruh kantong belanja di meja.

"Rumah Bu RT?" Yausal meminum airnya.

"Neng Naraya—" Ibu Diah mendadak memejamkan mata. Wajahnya basah seketika. Dia melihat ke arah anaknya. "Atuh lah A, kamu mah kayak dukun aja main sembur aer ke muka orang."

"Ya Allah, Mah. Maafin." Yausal cepat meraih tisu yang ada di meja, lalu mengelap wajah perempuan yang duduk di sebelahnya. Dirinya tiba-tiba tersedak dan air yang ada di mulutnya menyembur saat mendengar bahwa sang Ibu baru saja dari rumah Naraya.

"Abis ngapain dari sana?" Yausal membuang tisunya yang basah ke tempat sampah di pojok ruangan. Jantungnya seketika berdebar tidak karuan.

"Abis nawarin anak Mamah nih, yang udah lama menduda. Barangkali aja dia minat."

"Nggak lucu." Yausal berdecak. Dia menatap ibunya datar.

Ibunya Yausal tertawa. Beliau lalu mengeluarkan kotak berisi pisang bolen yang masih hangat dari kantong belanja.

"Abis nganterin makanan, sama ngucapin makasih karena udah nolongin Aa kemaren. Sekalian..."

"Sekalian apa?" Tukas Yausal cepat.

"Sekalian liat rumahnya kayak apa. Mamah kan udah lama penasaran pengen tahu dalemnya gimana. Soalnya dari luar kan, menarik gitu. Ih, bagus loh, A. Beneran, deh. Kata Osy mah cenah, instagram meubel."

"Instagrammable, Maaah."

"Iya itu, Instagram meubel." Sang Ibu keukeuh. "Emang Aa belom pernah masuk, ya? Katanya temen, kok belom pernah mampir?"

Yausal tidak tahu harus merespon apa. Ibunya ini kadang-kadang memang di luar dugaan.

"Ya, emangnya kenapa? Lagian kan Mamah cuma nganterin makanan. Masa pake masuk segala?"

"Orang disuruh masuk. Masa iya nggak masuk?" Ibu Yausal lalu mencomot pisang bolen satu. "Emang tadi tuh kepagian, sih. Tapi kata Bu RT, si toko bolennya itu buka jam setengah enam. Jadi abis sholat subuh, Mamah iseng turun ke bawah."

"Toko bolen yang di tikungan sebelum naek perumahan sini, bukan?"

"Iyaaa. Trus Mamah pikir, apa langsung dianterin aja gitu, mumpung masih anget, kan. Eh, nggak taunya ditawarin masuk, disuguhin minum segala. Ya udah, jadinya ngobrol-ngobrol sebentar."

Yausal terdiam.

"Trus..." Laki-laki itu berdeham. "Ngomongin apa aja?" Tanyanya, dengan semaksimal mungkin, berusaha untuk tidak terlihat penasaran.

"Ya itu tadi... nawarin Aa barangkali dia berminat."

"Mah, atuh lah."

"Becanda atuh, A. Serius aja. Pantes nggak laku-laku. Serius mulu, sih."

HATTRICK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang