#19 AN UNEXPECTED MORNING

40 9 0
                                    


"Bukan kumemaksa oh, Tuhan

Tapi kucinta dia...

kumau dia... hanyalah dia"

(Kumau Dia - Andmesh)


Lima hari setelah cuti sakitnya berakhir, pagi ini Yausal datang ke kantor dan disambut oleh para karyawannya dengan 'ucapan selamat datang' yang tidak biasa.

"Kang, udah sehat?" Zacky yang baru kembali dari pantry, tampak membawa secangkir kopi. "Kalo ada waktu saya mau laporan soal UMKM sama proyek yang terbaru. By the way, cieeee..." godanya sambil berlalu.

"Eh?" Yausal merespon tidak mengerti.

"Kang Yausal, apa kabar?" Kali ini Andi, seorang project manager, mencegatnya sebelum dia melanjutkan langkah. "Ada yang mau saya konsultasikan tentang proyek perusahaan telekomunikasi tea."

"Oh, ya udah. Ayo ke ruangan saya sekarang."

"Mmh, nanti aja kalo Kang Yausal udah santai." Andi terlihat sungkan. "Oia Kang, mantap." Laki-laki berambut cepak itu mengacungkan jempol kanan, lalu pamit menuju mejanya.

Belum selesai dengan kebingungannya, seorang fotografer yang berpapasan dengannya terlihat tersenyum seraya mengangguk.

"Mau kemana, Ji?" Tanya Yausal.

"Motret produk, Kang, di Braga. Ngomong-ngomong, cakep, Kang. Semoga lanjut." Dia lalu pergi meninggalkan Yausal.

"Lanjut? Lanjut kemana?" Yausal semakin ditelan keheranan. Kali ini dahinya terlihat mengkerut. Dirinya lalu sampai di meja Dinda dan menyapa gadis itu yang dibalasnya dengan ala kadarnnya. Bahkan tidak ada setoran camilan seperti biasa. Bukannya Yausal mengharapkan, tapi 'keluarbiasaan' ini membuatnya yakin pasti ada sesuatu terjadi selama dia tidak masuk kerja. Memilih untuk menyimpan rasa penasarannya untuk nanti, laki-laki itu lalu membuka pintu ruangannya dan seketika terkejut. Di situ, di sofa tamunya yang berwarna abu terang, Bunga tengah duduk seraya membereskan makanan yang dikemas dalam kotak. Perempuan itu langsung berdiri ketika melihat Yausal datang.

"Udah sehat, A?"

Oh?

Ini rupanya.

Bunga terlihat berdandan sedikit luar biasa pagi ini. Rambut lurusnya digerai dan dibuat ikal di bagian bawahnya. Dia mengenakan atasan rajut lengan panjang yang berwarna putih, dengan kerah sabrina yang bagian bahunya terbuka. Rok pink terang yang panjangnya selutut cukup kontras dengan warna kulitnya yang kuning langsat. Sandal teplek putih terlihat cocok dan manis dipakai. Tali kecilnya melingkar di pergelangan kaki.

Tanpa sadar, Yausal menyapukan pandangan dari atas hingga bawah. Sempat terpukau sesaat, dia akhirnya berhasil menguasai diri.

"Kok di sini?" Yausal berjalan melewati Bunga yang masih berdiri. Aroma parfum perempuan itu menguar lembut dan tertangkap penciumannya.

"Aa udah sarapan belom? Aku bawain sup krim dan salad, nih. Makan dulu, yuk." Bunga tidak menjawab pertanyaan Yausal. Dia mendekati Yausal yang sedang menyimpan tas di kursi kerjanya.

Yausal sengaja berlama-lama saat membuka backpack-nya. Posisinya membelakangi Bunga. Berpura-pura mencari sesuatu, dia sebetulnya tidak siap dengan kedatangan Bunga hari ini. Di kantor, pagi-pagi, lagi. Pantas karyawan-karyawannya salah paham. Mereka sudah pasti mengira kalau perempuan ini adalah pacar Yausal. Terlebih dengan penampilannya sekarang. Penampilan yang semua orang akan setuju kalau Bunga terlihat sangat cantik. Namun entah mengapa, itu malah membuat Yausal risih.

HATTRICK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang