#23 TEORI NINO

56 10 1
                                    

"Jika hati tak lagi merasai, pikiran tak perlu mencari-cari..."

(Nino)



"Takut nggak sih, No?"

Naraya langsung menelepon Nino begitu pertemuan dengan Yausal berakhir dan menceritakan ajakan laki-laki itu padanya.

"Kok takut?"

"Ih, lo mah. Kan gue udah pernah cerita. Ini tuh kayak habit dia dulu. Ngajak-ngajakin gue pergi, sementara dia sendiri udah punya cewek."

Sempat-sempatnya mau nyium gue, lagi. Kera, emang!

Hati Naraya memanas setiap mengingat cerita masa lalunya dengan Yausal. Oke lah, mungkin dia sudah bisa memaafkan laki-laki itu demi kewarasan dirinya sendiri, tapi untuk melupakan apa yang sudah dilakukannya dulu, terus-terang Naraya belum bisa.

"Ya udah, nggak usah ikut," saran Nino.

Naraya diam tidak merespon.

"Tapi pengen, ya?" Sambungnya lagi.

Naraya masih belum menjawab.

"Tapi takut?" Kali ini terdengar suara Nino tertawa puas di seberang sana.

Kali ini Naraya berdecak sebal.

Sebenarnya yang membuat dirinya galau memutuskan adalah bahwa ini kesempatan dia untuk bisa melihat langsung lokasi untuk acara Tapao Jaya nanti. Pangalengan sendiri tidak terlalu jauh sebetulnya, tapi tidak bisa dibilang dekat juga. Hanya saja karena Pandora belum punya kendaraan operasional sendiri dan sejauh ini hanya mengandalkan sepeda motor Gugi dan Putra yang notabene milik mereka pribadi dan juga jasa angkutan online, jelas menumpang pada orang yang kebetulan akan ke sana akan sangat memudahkan. Namun yang jadi persoalannya, orang itu adalah Yausal.

Naraya sendiri tidak bisa mempercayai pendengarannya saat tadi laki-laki itu mengajaknya ke acara pernikahan kliennya. Mau tidak mau dia kaget juga, dan itu sangat tergambar dari wajahnya. Masalahnya, hubungan Naraya dan Yausal tidak bisa dibilang cukup dekat untuk datang bersama menghadiri sebuah resepsi pernikahan. Terlebih, Yausal kan punya pacar. Kenapa bukan pacarnya yang dia ajak ke sana? Dan yang paling penting, Naraya sudah cukup sering mewanti-wanti dirinya sendiri tentang kemungkinan Yausal yang sekarang adalah Yausal yang sama, yang jika dia tidak hati-hati, maka dia akan jadi korban buaya itu untuk yang ketiga kalinya. Naraya takut. Terus terang untuk yang satu ini, dia tidak percaya diri.

"Acaranya kapan sih, Ya?"

"Sabtu sekarang."

"Dua hari lagi, dong? Kamu udah ngasih jawaban?"

"Belom, sih."

"Tapi hari itu kosong?"

"Kosong."

"Iyain aja, udaaah."

"Tapi, No-"

"Ini kan bagian dari pekerjaan, Ya. Gimana pun, Yausal itu klien kamu. Anggap aja kalian cuma bareng di perjalanan, tapi tujuan kalian beda. Yausal mo dateng ke wedding temennya, kamu ngecek lokasi buat acara. Gampang, kan? Ya kalo laper, nebeng makan aja di sana. Enak, lagi. Gratis." Nino tertawa lagi.

"Iya, sih." Naraya menjawab lemas.

"Tapi aku mah curiga, kamu tuh sebenernya masih suka ya, sama dia?"

HATTRICK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang