#6 HAH?!

81 14 2
                                    

"Now is the only reality.

All else is either memory or imagination."

(Osho)


"Lomie gue, mana, lomie gue?" Pandu menyambut bahagia Naraya yang datang seraya menenteng sebuah kantong belanja. Sudah sejak dari setengah jam lalu dia nongkrong di halaman belakang rumah Donna, menanti pesanan makanannya sampai.

Naraya mengeluarkan sebungkus mie dan seplastik kuah terpisah, lalu menyerahkan keduanya pada sahabatnya itu.

"No kangkung, yes?" Tanya pandu mengonfirmasi.

"Iyeeee."

"Yamin gue?" Donna tiba-tiba muncul dari dalam rumah. Dia terlihat baru selesai mandi. Rambutnya yang setengah basah, dibiarkan tergerai begitu saja.

"Amaaan. Dua porsi, kan?"

"Cakeep. Siiiiiih...!" Donna memanggil Asih. "Minta mangkok limaaaa."

"Eh, si Pumpkin, mana?" Naraya celingukan sambil mengeluarkan satu per satu makanan yang dibelinya.

"Tidur." Donna sibuk membuka bungkusan miliknya. "Kok pake daun bawang?"

"Punya gue itu."

"Oooh." Donna menutup kembali bungkusan yang sebelumnya dia buka, lalu mengambil yang baru. Sementara itu Pandu langsung menyambar mangkok ketika Asih datang ke halaman belakang dengan lima wadah dan setoples kerupuk.

"Asih nih pengertian sekali, memang. Makasih, yaa." Kali ini Pandu langsung membuka tutup toples, lalu meraup isinya.

"Laper, Ndu?" Tanya Naraya ketika melihat Pandu tampak kalap dengan makanannya.

"Laper sih, nggak. Laper banget, iya."

Donna terkekeh. "Lo kayak nggak tahu Pandu aja. Masalah hidupnya kan cuma dua, laper sama laper banget. Nggak ada yang laen." Dia yang tengah sabar menanti Asih menuangkan kuah untuknya, terlihat sesekali mengelus perut buncitnya. Napasnya terlihat lebih berat.

"Kemaren jadi USG?" Tanya Naraya sambil mengaduk mie yaminnya.

Donna mengangguk. "Jadi."

"Dokter bilang apa?"

"Janinnya sehat, tapi belom tau kelaminnya apa." Donna menerima mangkok yang digeserkan Asih. "Makasih, ya. Ini dibawa aja ke belakang, buat kamu sama Mbak." Ujar Donna lagi, sambil menyerahkan dua buah bungkus mie pada asistennya yang kemudian menghilang ke dapur.

"Dua-duanya?" Tanya Naraya lagi.

"Ho-oh." Donna mengaduk kuahnya yang masih panas.

"Lo pengennya apa? Eh, sambel dong."

"Gue sih apa aja." Donna menyerahkan seplastik sambal kecil ke Pandu. "Yang penting keduanya sehat selamat."

"Aamiin. Insha Allah, yaa." Naraya mengelus perut Donna yang hamil enam bulan tapi ukurannya lebih besar dari biasanya karena sedang mengandung anak kembar. Kata Donna, keturunan kembar memang cukup kuat di keluarganya. Kuat dalam artian selalu ada yang melahirkan anak kembar di setiap generasinya.

"Lo udah kepikiran nama, belom?" Tanya Pandu.

"Udah lah. Udah ada beberapa. Gue bahkan langsung googling nama-nama bayi begitu tahu gue isi lagi." Donna tampak senang. "It's my favourite part."

HATTRICK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang