Chapter • 6

185 10 1
                                    

Papa adalah cinta pertama Annchi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Papa adalah cinta pertama Annchi. Cinta pertama yang selalu Annchi bangga-banggakan dan tunggu kehadirannya setiap pria itu pulang kerja. Yang mengajarkannya naik sepeda dengan sabar meski harus melihatnya berkali-kali jatuh, tapi Papa memberinya semangat dengan mengulurkan tangannya untuk kembali bangkit. Papa bahkan menyembuhkan lukanya dan menenangkan dirinya yang menangis.

Tetapi, itu semua sudah berlalu. Papa yang dulu menyembuhkan luka, kini malah menjadi penyebab luka itu. Yang dulu menyeka air matanya, kini menjadi alasan air mata dan kesedihannya.

Papa kini mesra bersama wanita lain. Kenyataan yang sudah dia tahu sejak lima tahun lalu dan membuat kehidupan Annchi yang ceria berubah kelabu. Rumah seakan neraka.

Selama lima tahun ini, Annchi sudah marah. Tapi, kemarahannya tidak bisa semurka hari ini. Mengingat Mama di rumah harus terbaring kesakitan dengan tubuh lemah tak berdaya sementara pria itu bersenang-senang bersama wanita lain di tempat lain yang bahkan jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah, kemarahan Annchi pun memuncak.

Dengan langkah tegas dan berani dia hampiri mereka. Annchi bahkan tidak peduli lagi dia berada di mana yang kemungkinan besar banyak pasang mata yang akan melihat tindakannya nanti. Annchi tidak akan kaget lagi kalau nanti dia melihat wajahnya tersebar di media sosial.

Mungkin karena akumulasi dari kemarahannya atas apa yang menimpanya belakangan ini, Annchi jadi seberani ini untuk mendamprat pria itu di muka umum.

Sekaligus, dia juga ingin tahu untuk apa Viola bersama mereka? Viola dan Papa bukan perpaduan yang familier untuknya.

“Istri kamu lagi sakit-sakitan di rumah, sementara kamu asyik tertawa-tawa bersama wanita ini di sini. Bahagia, huh?” ketus Annchi dingin saat akhirnya dia berdiri di hadapan mereka.

Kemunculan Annchi tentu membuat mereka tercengang, terlebih Papa.

Tidak lama untuk Papa sadar dari keterkejutannya. Dia lalu mendekat dan menarik lengan Annchi.

“Jaga mulut kamu, Annchi!” ujarnya geram meski harus menekan suaranya karena tidak ingin membuat keributan di tempat umum, “Yang kamu sebut 'KAMU' ini adalah Papa, ayah kamu!”

Annchi menyentak lengannya. Lihat. Papa bahkan sudah berani mencengkeram tangannya, tangan yang dulu dia genggam saat Annchi masih berjalan tertatih, “Ayah? Ayah yang mana? Ayah yang saya kenal sudah hilang sejak memilih pergi bersama wanita lain. Wanita ini,” tudingnya pada wajah si wanita yang sejak tadi menatapnya tajam, “Dan selalu membuat keonaran di rumah. Bahkan sudah tidak layak untuk saya sebut rumah lagi.”

Papa jadi keki, dan terdiam membisu, membuat Annchi mendengus.

Pandangan Annchi lalu melirik Viola, “Dan lo. Kenapa lo di sini? Kenapa lo bisa sama mereka?”

Anehnya, Viola sama sekali tidak terlihat terkejut. Raut perempuan itu setenang dan seangkuh biasanya. Sama sekali tidak terlihat bertanya-tanya kenapa Annchi tiba-tiba mendamprat dua orang dewasa yang bersamanya.

Revenge Partner • 97LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang