[Geng Suheri #2]
"Pura-pura aja dulu. Siapa tau jadi cinta beneran."
********
Annchi Anggia harus rela selalu dikalahkan oleh Viola, siswi tercantik di sekolahnya dulu. Sejak dulu, cowok-cowok di sekolah akan datang padanya bukan untuk memikatnya, t...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PART 32
Hubungannya dengan Papa sudah lebih baik dari sebelumnya setelah Annchi menumpahkan semua sesaknya selama ini, dan dengan lapang dada Papa meminta maaf. Meski hubungan Mama dan Papa tidak bisa diselamatkan lagi. Keputusan Mama untuk berpisah dari Papa sudah bulat.
Tapi, Annchi pikir itu lebih baik untuk mereka. Mama berhak bahagia, dan Papa harus merenungkan perbuatannya.
Seharusnya Annchi gunakan saat-saat senggang begini untuk melamar pekerjaan. Seiring dengan berakhirnya masa perkuliahannya, kontrak magang pun berakhir. Ada keinginan dalam diri Annchi untuk melanjutkan bekerja di sana—dosen pembimbingnya dan Kak Amel membujuknya untuk kembali bergabung—namun Annchi masih bimbang.
Ada hal lain yang ingin dia lakukan, yang sebelumnya sempat tertunda.
Melanjutkan S2.
Bukannya memikirkan persiapan untuk itu, Annchi malah duduk di sini. Di sebuah kafe yang tidak jauh dari kompleks perumahan Nenek.
Viola meminta bertemu. Mungkin perempuan itu ingin meminta maaf atas sikapnya selama ini padanya, makanya Annchi pun menerima ajakannya untuk bertemu.
Jika memang pada akhirnya Viola menyadari kesalahannya, tentu Annchi akan memaafkan. Dia tidak mau lagi berurusan dengan perempuan itu setelah ini.
Namun, yang terjadi malah di luar dugaan.
“Udah puas lo, Annchi Anggia?” sinis Viola dengan tatapan tajam. Ekspresi yang bahkan sudah dia tunjukkan begitu dia datang ke kafe ini dan menghampiri Annchi di sofa ini.
Kening Annchi berkerut dalam. Apa sih maksud perempuan ini? “Kenapa lo ngajak gue ketemu?”
“Udah puas lo bikin hidup gue berantakan?” ulang Viola.
Lho, bukannya harusnya Annchi ya, yang berkata begitu?
“Karena lo Adelio putusin gue. Dan sekarang lo bikin Mama gue terpuruk karena Papa ninggalin kami karena memilih kembali bersama Mama lo,” cibir Viola, “Bahkan, Mama sampai mengurung diri di kamar. Sesekali dia terus teriak memanggil Papa.” Viola terlihat sedih.
Namun, tak lama matanya kembali menatap Annchi tajam, “Lo nggak cukup bikin Adelio putusin gue terus sekarang lo bikin Mama gue sedih karena ditinggal Papa. Bisa nggak sih lo nggak ganggu gue?!” tudingnya. Napas Viola terengah-engah.
Oh, ternyata ini karena sikap Papa. Lalu, jadi mengungkit masalah yang lain, bahkan melimpahkan kesalahan pada Annchi yang sebenarnya tidak berbuat apa-apa.