Chapter • 34

190 9 0
                                    

PART 34

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PART 34

Hari tenang Mada harus terusik saat dia mendengar pintu kosannya tiba-tiba saja digedor seseorang dengan brutal.

Siapa, sih? Debt collector? Perasaan Mada tidak pernah berutang pada siapapun.

Kalau orang itu Daka, akan dia marahi laki-laki itu. Buat apa sih, selalu datang? Percuma juga kalau dia datang tapi tidak membawa Annchi padanya. Minimal kabar gadis itu.

Haah. Tuh, kan. Kepikiran gadis itu lagi.

Padahal, malam-malam belakangan Mada sudah berusaha keras mendistraksi pikirannya dari gadis itu dengan melakukan apapun. Termasuk membantu Daka membangun firma hukumnya yang pasti sangat menguras tenaga dan juga pikiran. Tapi, ada saja yang mengusiknya dan membuatnya teringat lagi pada Annchi di malam-malam tertentu.

Suara gedoran pintu menyadarkan Mada kembali.

“Ck, siapa, sih?” decak Mada, kesal. Dia baru tidur jam satu tadi malam setelah mengurus gedung perkantoran firma hukum milik Daka, yang nantinya akan menjadi kantornya juga. Niatnya untuk bangun siang terhalang gara-gara seseorang yang entah siapa itu mengganggunya pagi-pagi.

Dengan malas, Mada beranjak. Lalu, saat dia membuka pintu dan akhirnya melihat sosok itu, seketika decakannya kembali terdengar lebih kencang, seraya memutar bola mata.

“Ngapain lagi lo?!” ketusnya yang terdengar lelah.

Meski dia bosan, tapi kalau Daka yang datang pasti akan dia sambut walau dengan malas. Karena laki-laki itu nanti akan menjadi bosnya.

Tapi, ini seseorang yang ia benci keberadaannya.

Dan memang benar menyebalkan saat orang itu tiba-tiba merangsek masuk tanpa dia suruh.

“Wow, wow, wow! Apa-apaan, nih!” protes Mada.

Tidak hanya menyelonong masuk, Adelio, orang itu, bahkan mendorong dadanya. Mada yang tidak siap jadi terhuyung ke belakang.

Seketika Mada naik pitam, “APA-APAAN SIH, LO!”

Lancang sekali orang ini!

“Lo yang apa-apaan sama Annchi!” Adelio malah balik memaki.

Ha! Sekarang dia malah menuduhnya?

Ya, kedatangan Adelio pasti tidak akan jauh soal Annchi. Kalau bukan karena gadis itu, laki-laki itu pasti tidak akan sudi menghampirinya.

“Buset! Gue udah menjauh, masih lo tuduh juga. Heran gue,” gerutu Mada, “Lo mau nuduh gue apa lagi sekarang? Setelah playboy, cowok brengs*k, pengkhianat, terus apa lagi?” sarkasnya, “Gue nggak ngerti lo ngomong apa. Jadi, mending lo keluar.”

Mada sudah mendorong tubuh Adelio balik ke arah pintu, namun ucapan Adelio menghentikannya.

“Gara-gara lo Annchi pergi, tau!”

Revenge Partner • 97LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang