[Geng Suheri #2]
"Pura-pura aja dulu. Siapa tau jadi cinta beneran."
********
Annchi Anggia harus rela selalu dikalahkan oleh Viola, siswi tercantik di sekolahnya dulu. Sejak dulu, cowok-cowok di sekolah akan datang padanya bukan untuk memikatnya, t...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
“Maaf ya, gue ngerepotin lo,” gumam Annchi merasa bersalah.
Kepala Mada menggeleng. Tapi, dia terlihat gelisah untuk sesuatu yang tidak Annchi mengerti.
“Gue ada solusi, sih. Tapi, nggak tau ya lo mau apa nggak.” Lalu, Mada menggumam, “Kayaknya sih nggak bakal mau, ya.”
“Apa?”
Menimbang sejenak, Mada akhirnya berkata, “Lo... mau tidur di kosan gue aja?”
Annchi mengerjap. Otaknya yang mendadak kosong berusaha mencerna apa maksud ucapan Mada. Saat tersadar, seketika dia membelalak sambil menyilangkan tangan di depan dada.
“Lo mau manfaatin gue yang lagi kena musibah? Kurang ajar ya lo!”
“Maksud gue, tuh, daripada lo tidur di jalanan. Atau mau pulang aja? Ya terserah, sih.” Mada mengedik tak acuh.
Karena tidak tahu mau ke mana, dengan pemikiran yang tidak sebentar, Annchi pun—mengejutkannya—mau menginap di kosan Mada.
Secara garis besar, kamar Mada setipe dengan kamar Adelio. Mungkin semua unit memang seperti ini. Hanya desainnya yang berbeda. Dan yang lebih mencengangkan dan membuat Annchi tak menyangka, dia pikir begitu memasuki kamar Mada dia akan mendapati baju kotor atau bekas makanan yang berserakan di mana-mana. Ternyata, kamar Mada sangat rapi. Bahkan jauh lebih rapi daripada kamar dirinya.
Annchi duduk di sofa saat Mada mempersilakan, sementara lelaki itu ke bagian ruang tidur yang letaknya tepat di belakang Annchi. Saat Mada kembali, dia mengulurkan sebuah kaos dan celana pendek padanya. Mada bilang ini baju terkecil yang dia punya, namun sepertinya akan tetap kebesaran di tubuh Annchi.
“Lo pasti udah sering ke kamar Adelio, kan. Jadi, pasti udah tau kamar mandinya di mana,” ucapnya sambil mengulurkan tangan ke arah kamar mandi yang letaknya dekat dapur, “Silakan.”
Entah dia bermaksud menyindir atau bukan, tapi Annchi memang merasanya seperti itu.
Alih-alih menerima pemberian Mada, Annchi menatapnya nyalang, “Ngapain lo nyuruh gue ganti baju?!”
“Lo mau pakai baju yang udah lo pakai dari pagi itu buat tidur di kasur gue? Gue nggak sudi ya tempat tidur gue jadi kotor.”
“Gue nggak akan tidur di situ,” jawab Annchi. Tangannya menepuk sofa yang dia duduki, “Gue bisa tidur di sini.”
“Gue bukan cowok yang nggak punya etika,” balas Mada. Lalu, kembali mengulurkan pakaian di tangannya, “Terima,” titahnya, tapi Annchi bergeming, “Nggak mau juga? Masih ragu sama gue? Ok, nanti gue tidur di kamar Daka atau Yugo,” ucapnya untuk menenangkan, dan akhirnya Annchi menerimanya.
“Lo lapar nggak, Ann? Gue mau masak mie instan. Lo mau?” tawar Mada.
“Udah malem begini lo masih mau makan?” tanya Annchi heran.