[Geng Suheri #2]
"Pura-pura aja dulu. Siapa tau jadi cinta beneran."
********
Annchi Anggia harus rela selalu dikalahkan oleh Viola, siswi tercantik di sekolahnya dulu. Sejak dulu, cowok-cowok di sekolah akan datang padanya bukan untuk memikatnya, t...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PART 39
Mada terus menatap punggung kecil itu dari belakang. Mereka kembali ke apartemen Annchi bersama, tapi sepanjang jalan Annchi terus diam. Bahkan, gadis itu berjalan mendahuluinya. Kalau sebelumnya mereka masih bisa berjalan berdampingan, kali ini untuk melakukan itu saja Annchi tidak sudi.
Mada menghela napas panjang. Dia tahu ini tidak akan mudah. Kedatangannya akan penuh risiko bahwa kemungkinan Annchi akan menerimanya kembali sangat tipis. Dia tahu itu, dan sudah mengantisipasinya.
Tapi, merasakan sendiri penolakan Annchi ternyata cukup membuat dadanya sesak.
Kalau Annchi tidak mau memaafkannya juga, apa Mada bisa siap untuk kembali ke Jakarta dengan tangan kosong? Hatinya pasti akan terus merasa hampa untuk waktu yang lama, tidak semudah ucapan Daka untuk kembali saja.
Dia pasti akan merana berkepanjangan. Bagaimana dia bisa menjalani hari-hari tanpa Annchi?
Membayangkannya saja membuat Mada cemas duluan. Apalagi begitu sadar bahwa ini kesempatan terakhirnya.
Dia teringat ancaman Adelio. Jika kali ini dia tidak berhasil membuat Annchi kembali menjadi kekasihnya, harapannya untuk kembali bersama Annchi pupus sudah. Dia harus merelakan Annchi.
Oh, tentu Mada tidak akan membiarkan itu terjadi. Tidak semudah itu dia merelakan Annchi menjadi milik Adelio.
Makanya, dia harus bisa balikan sama Annchi sekarang.
Mereka sudah sampai tempat tinggal Annchi. Mada bahkan tidak sadar dia mengikuti Annchi sampai lantai di mana kamar gadis itu berada.
Kemunculan mereka disambut Daka dan Kyra yang entah kenapa berdiri saja di lorong seperti memang menunggu kedatangan mereka. Mada sempat menangkap raut Kyra yang sendu setelah sadar suasana mereka yang diliputi awan kelabu, diikuti gelengan pelan Mada yang menjawab rasa penasaran mereka atas kelanjutan hubungannya dan Annchi.
Maaf, kawan. Tidak ada kabar baik untuk kalian.
“Dak, temenin gue nginep di hotel,” ucap Mada. Bukan memohon, tapi memerintah.
Daka terlihat tidak senang. Lirikannya ia lempar pelan pada Kyra sebelum menjawab, “Gue mau sama Kyra aja. Biasanya juga gitu kok, kalau gue ke sini.”
Sebal, Mada menipiskan bibir. Sahabatnya itu tidak ada setia kawannya banget, meninggalkan sahabatnya yang tengah patah hati.
“Nggak boleh dua-duaan. Belum halal!” ketus Mada.
“Orang cuma numpang tidur doang,” dalih Daka.
“Halah. Nggak percaya gue sama lo,” cela Mada, “Ya udah, gue ke hotel sendiri aja.”
“Ditolak ya lo? Udah, pulang aja kalau ditolak.” Daka malah meledek.
“Gue nggak akan pulang sekarang,” lirih Mada. Lalu, melirik Annchi yang entah kenapa susah sekali merogoh tasnya untuk mengambil kunci kamar, “Belum,” gumam Mada. Meski Annchi memunggunginya, Mada tahu Annchi mendengarkan.