[Geng Suheri #2]
"Pura-pura aja dulu. Siapa tau jadi cinta beneran."
********
Annchi Anggia harus rela selalu dikalahkan oleh Viola, siswi tercantik di sekolahnya dulu. Sejak dulu, cowok-cowok di sekolah akan datang padanya bukan untuk memikatnya, t...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sudah larut sekali Mada baru sampai kosannya. Seharusnya dia langsung membersihkan diri lalu bergegas tidur karena hanya beberapa jam lagi dia harus kembali ke kantor. Sebelum itu pun dia harus ke rumah sakit dulu untuk menemui Annchi. Tapi, dia malah langsung tidur-tiduran di atas kasurnya masih dengan setelan kerja yang seharian dia pakai.
Mada menerawang menatap langit-langit kamar. Senyumnya tercipta saat di latar putih itu seperti memunculkan bayangan senyum manis Annchi yang kini tersemat tulus untuknya seorang.
Mada senang akhirnya dia pacaran sungguhan dengan Annchi. Bertahun-tahun berusaha akhirnya usahanya membuahkan hasil juga. Hasil yang bagus.
Namun, senyumnya tiba-tiba saja mengendur saat bayangan wajah itu perlahan menghilang. Pikirannya tidak bisa membiarkan senang sepenuhnya. Dia merasa mengganjal akan sesuatu.
“Haah...” Helaan napasnya terembus kencang, dengan dua tangan mengusap wajah kasar.
Sudahlah, dipikirkan nanti saja. Dia masih ingin menikmati kebahagiaan memiliki status sebagai pacar Annchi sungguhan.
Tanpa sadar bahwa tidak ada sesuatu yang abadi, dan kebahagiaannya mungkin hanya bisa dia reguk sesaat.
💘💘💘
Begitu jam makan siang tiba, Mada segera menuju luar kantornya setelah mendapat pesan singkat dari seseorang.
Viola menghubunginya. Dia bilang ingin bertemu dan sudah menunggu di depan.
Padahal, saat itu dia sedang seru berkirim pesan dengan Annchi.
Mada jadi heran. Kenapa Viola sering ke tempatnya? Padahal, kasus yang mereka tangani bersama sudah selesai.
Melewati pintu utama, Mada langsung menuju bagian sayap kanan gedung yang terdapat sebuah teras panjang berlantai paving block. Ada beberapa pepohonan dan dudukan kecil di sana yang biasa menjadi tempat para karyawan di gedung ini berbincang bersama rekan kerja membicarakan projek yang tengah mereka tangani atau sekadar berbincang ringan sambil ngopi membicarakan gosip rekan kerja mereka yang lain.
Saat Mada tiba, Viola langsung menghampirinya lengkap dengan senyuman manis. Blouse yang ditutupi blazer berwarna peach serta rok pensil selutut yang pas di tubuhnya lengkap dengan sepasang stiletto sukses menarik perhatian kaum adam yang ada di sana.
Meski begitu, bagi Mada masih kalah menawan dari Annchi yang bahkan tetap cantik meski tidak memakai riasan apapun saat dia temui di rumah sakit tadi pagi.
“Viola? Kok lo di kantor gue? Ada perlu apa? Masih ada yang harus didiskusiin?” tanya Mada bertubi-tubi yang jelas sekali memperlihatkan keheranannya.
“Mau ngajak lo makan siang aja. Boleh, kan? Lagi nggak ada janji, kan?”