CHAPTER 11

112 10 0
                                    

Holaaa para readers setiaquu, apa kabar?
**
Don't forget to vote and coments
**
Follow me nurkadriana
**

**Happy reading**

Vale kini tengah melamun di hadapan api unggun yang merah orange, sesekali ia tersenyum saat melihat temannya yang bermain truth or dare menghadapnya.

Vale merasa moodnya malam ini sangat buruk,tanpa disadarinya kini ia telah meneteskan air matanya, secepat mungkin ia menelusupkan wajahnya diantara lututnya.

Kenneth yang memang tengah berdiri gagah di samping sungai itu memandang datar Vale, kemudian menyisir rambutnya dengan jari kekarnya itu.

"Aku tak mengerti mengapa sikapmu menganggap ku seperti orang asing beberapa hari ini, kau mengatakan meragukan cintaku kepadamu, kau adalah wanita yang keras kepala, dan aku adalah pria yang bersusah payah mendapatkan mu"ujar Kenneth terkekeh hambar.

"I love you Valerie arabella."gumam Kenneth saat melihat Vale yang telah menyadari keberadaannya.

Vale tahu apa yang diucapkan olah pria itu dia bisa membaca gerakan bibirnya, dengan tersenyum tipis Vale Vale mengucapkan,

"I love you too Kenneth, percayalah bahwa aku sangat takut kehilangan dirimu."gumam Vale menatap Kenneth yang menatapnya, lalu pria itu mengangguk samar-samar seolah paham dengan apa yang diucapkan oleh Vale.

***

"Vale mari bergabung, mengapa wajahmu murung sekali dan juga– hei tampan kemarilah kita akan bermain tentang kejujuran yang biasa para warga disini lakukan"ujar bibi sambil memanggil Vale, dan Kenneth.

Vale menggangguk sambil tersenyum dan beranjak dari tempatnya dan melangkah mendekati temannya dan juga warga yang telah duduk melingkar, begitupun juga dengan Kenneth yang langsung beranjak dari tempatnya tanpa ekspresi menuju ke tempat semua orang telah duduk.

"Ayo kemari, mengapa kau murung nak?, Wajahmu memerah apa kau habis menangis?"tanya bibi

"Aku hanya teringat nenekku yang telah tiada, aku mengingatnya karna melihat orang-orang disini sangat mirip dengan perilaku nenekku dulu, maafkan aku karna mungkin wajahku yang murung menunda game kalian?"sesal Vale.

"Tidak perlu kau meminta maaf, itu adalah hal yang wajar kau merindukan nenekmu yang telah tiada, kau bisa mengganggap kami semua disini adalah kakek nenekmu atau orang tua pengganti kalian semua saat berada disini hm?"jelas bibi yang diangguki oleh semua orang, sedangkan Vale menunduk meneteskan air matanya, memang neneknya telah tiada saat ia berusia 10 tahun, neneknya lah yang selalu memberikan kasih sayang penuh terhadap dirinya jauh beda dengan orang tuanya yang mengecualikan dirinya.

(Aduh mewek juga nih aku, keinget nenekku juga, kisah Vale ini juga kisahnya author, jadi maklum author lebih sayang nenek.)

"Sudah mari kita mulai putar botolnya dan barang siapa yang akan ditunjuk oleh botol itu akan diberikan pertanyaan dan harus dijawab dengan kejujuran, mengerti?"ujar bibi, yang diangguki mantap oleh semuanya.

Botol pun mulai diputar, mereka semua menunggu botol itu akan menunjuk siapa dengan penasaran.

Botol itu berhenti tepat di depan El.

"Baiklah nak, apa keinginanmu jika kau diberikan kesempatan meminta sesuatu?"tanya bibi.

"Sembuh,  sembuh dari segala penyakit."jawab El, Vale sontak menatap El dengan pandangan yang berembun dipenuhi oleh air matanya.

"Kau sakit nak?"ujar bibi sendu.

"Hu um, aku punya penyakit jantung, dan kata dokter ini sudah stadium akhir, aku tinggal menunggu waktu saja kata dokter"ujar El dengan memaksakan senyumnya dengan mata berkaca-kaca.

"Ya Tuhan, kau sangat kuat nak, bibi dan semua orang disini akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu, dan kau jangan pernah menyerah melawan penyakitmu ya?"jelas bibi.

"Iya, terima kasih."balas El tersenyum kecil miris.

"Baiklah kita lanjut"ujar lelaki yang disamping bibi, kita sebut saja paman.

Botol itu telah berputar, lalu berhenti dihadapan Vale, Vale menahan nafas saat semua orang menatapnya antusias.

"Bibi beri pertanyaan yah, jika saja kau dilahirkan kembali kau ingin meminta apa?"tanya bibi.

"Kasih sayang orang tua, dan tidak ingin mempunyai saudari kembar."tekan Vale, El menatap kakaknya yang menatap dirinya datar dengan pandangan seolah tak mengerti.

"Saudari kembar kan bagus nak, apalagi jika saudari kita itu identik dan sangat mirip dengan kita"ujar bibi.

"Karna dengan mempunyai saudari kembar, hidupku dijadikan pelayan yang selalu melayaninya, dan orang tua lebih sayang terhadapnya dibandingkan dengan diriku, aku selalu dibandingkan dengannya dan selalu dipukuli jika aku membuat kulitnya tergores sedikit saja."jelas Vale dengan nada suaranya yang bergetar.

"Benarkah?, Mengapa orang tuamu bisa seperti itu nak, itu namanya tidak adil"ujar bibi sedikit keras.

"Aku tak tau bi, aku bahkan sering bertanya kepada diriku sendiri, apakah aku tak layak dilahirkan? dan mendapatkan kasih sayang?  sehingga mereka seolah-olah membenci diriku"sendu Vale mulai terisak membuat bibi menariknya ke dalam dekapannya.

"Aku juga sering memarahi diriku di depan cermin bi, mengatakan aku ini anak yang buruk yang  tak diinginkan, bahkan mereka pernah bilang bahwa aku ini anak pembawa sial di keluargaku bi, karna itu aku sampai ingin melenyapkan diriku saat itu, tapi aku berfikir jika aku pergi mereka akan mengganggap diriku ini lemah, makanya aku masih hidup sampai sekarang"ujar Vale lirih mencurahkan seluruh isi hatinya di hadapan semua orang yang menatapnya dengan pandangan prihatin dan iba.

Kenneth yang memang tengah menatapnya sadari tadi sontak mengepalkan kedua tangannya marah melihat betapa hancurnya wanita yang sangat dicintainya itu di keluarga Vale sendiri.






























































































Jadi yang paling sakit siapa??

Valerie →

Or

Valeda→




Thanks for reading in my story

Don't forget vote and coments

See you again

Babay

💋🥀

Salam dari author our destiny.

OUR DESTINY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang