CHAPTER 27

155 3 0
                                    

"sunyi adalah keadaan yang mengharuskan air mata ini terjatuh, tak perlu mengeluh kepada orang lain, cukup diam resapi keadaan saat ini, karena yang mengerti diri ini hanyalah diri ini juga"

(VALERIE ARABELLA)

HOLAAAA READERSS

DON'T FORGET TO VOTE AND COMENT

FOLLOW ME nurkadriana

HAPPY READING


Bunyi langkah tegap memenuhi mansion yang begitu megahnya, saking tegas dan kerasnya sehingga membuat wanita paruh baya yang telah berumur itu menoleh ke kiri dan seketika ia tersenyum lebar melihat kaki jenjang cucunya yang melangkah mendekatinya.

"Cucuku telah kembali?"

Mendengar panggilan itu wajah yang semulanya dingin itu menerbitkan senyuman yang begitu menawan, pria itu jongkok menyamakan posisinya dengan sang grandma atau Omanya dan menatap wanita itu dengan sorot mata lembut.

"Hm?, Bukankah aku selalu menuruti keinginan mu"balas pria itu, Nathan gertamaja.

"Aku pikir setelah menempati beberapa cabang perusahaan, ceo ini akan mengabaikan permintaan omanya, ternyata prediksiku salah yah?"sinis Omanya, Gresa Okta Gertamaja nama wanita paruh baya itu.

Mendengar hal itu Nathan tak sekalipun tersinggung malah pria itu terkekeh dengan suara beratnya, dengan pelan Nathan membuka jasnya dan menyampirkannya di atas sofa lalu menidurkan kepalanya dipangkuan sang Oma.

"Itu tidak akan pernah terjadi love, karena cucumu ini hanya takut kepada dirimu bahkan ayahku sendiri pun akan aku abaikan jika saja Oma memintanya dariku"gurau Nathan, yang langsung mendapatkan sentilan kecil di dahinya.

"Dimana ayahmu nak?, Bagaimana kabar putraku itu?"tanya Gresa pelan dan lirih.

"Tak berubah, ia berusaha menyibukkan diri disaat hidupnya akan hancur setelah bunda pergi untuk selamanya"ungkapan yang diselingi dengan hembusan nafas yang berat. Nathan menangis.

"Oma tau betul dengan tabiat ayahmu nak, putraku bila mencintai seorang wanita, batupun ia akan makan jika saja kekasihnya itu memintanya untuk melakukan hal itu, sejak bersekolah pun dirinya begitu setia dengan gadis yang tidak sebanding dengannya, ayahmu dulu sangat setia kepada wanitanya hingga suatu hari wanita itu menyelingkuhi ayahmu dan bercinta tepat di depan mata ayahmu, ayahmu tak menangis tapi hati maupun batin putraku itu begitu teriris melihat kenyataan bahwa wanita yang sangat ia cintai dan ia jaga ternyata terlebih dahulu cepat meninggalkan dirinya dan berkhianat secara terang-terangan di depan matanya "ungkap Gresa dengan suara bergetar menahan tangis.

"Hingga ayahmu menemukan Luna bundamu, dulu Oma tak begitu suka dengan bundamu, karena dipikiran Oma hanya memikirkan bundamu hanya menginginkan harta ayahmu, hingga suatu hari Oma hampir saja tiada jika saja bundamu tak menyelamatkan Oma, mungkin hari ini Oma telah tak ada di tempat ini, Luna menyelamatkan diriku tanpa ada keraguan dalam dirinya, menabrakkan dirinya di depan mobil yang melaju kencang, Oma tau kau pasti masih membenci diriku, Oma paham dan tak akan merasa sedih akan hal itu"jelas gresa sambil menatap lurus langit langit ruang tamu.

"Luna adalah wanita yang kuat, begitupun adikmu mereka berdua adalah berlian dikeluarga ini, sampai sekarang pun jika Oma mengingat kembali usaha bundamu untuk mendekati ku, diriku selalu saja menangis sesegukan hanya karna dirundung penyesalan yang mendalam, Oma merindukan kedua wanita kuat itu Nathan"lirih gresa dengan bahu bergetar menahan Isak tangis dibibir pucatnya.

Nathan mengalihkan pandangannya yang memburam akibat genangan air mata yang siap untuk mengucur deras keluar, sungguh Nathan begitu runtuh saat melihat seorang wanita menangis, apalagi jika orang itu adalah orang yang ia sayang sangat dalam hidupnya.

"Aku juga merindukan adik kecilku Oma, begitupun dengan bundaku , aku selalu berdoa agar kedua malaikatku itu muncul di mimpiku tapi mereka tak pernah muncul sekali pun"jelas Nathan.

***

"Lelahku sangat tidak berarti di kehidupan ini, begitu banyak harapan yang kuminta, tapi sebaliknya, aku mendapatkan hasil yang tidak sempurna "lirih,pelan, diiringi Isakan lirih seorang gadis yang tengah menopang dagunya menghadap lautan yang begitu tenang tanpa adanya ombak sedikitpun.

"Mengapa takdir, tak berpihak kepadaku lagi, hah mengapa?"ujar gadis itu dengan lemah.

"Apa setelah diriku pergi, semua akan damai?"tu tanya gadis itu kepada laut.

"Penyakit ku kini telah menyebar tuhan, waktukupun telah menipis,entah mengapa aku takut lagi kematian"ujar gadis itu memeluk kedua lututnya .

"Vale, mengapa kau tidak meminum obatmu?, Aku sudah mengingatkanmu kan?, Aku mohon jangan cepat menyerah Vale, kau harus sembuh melawan penyakit ini, masih banyak yang menyanyangimu vale--

"Tidak, semua yang kau lihat di keluarga itu adalah sandiwara, aku adalah boneka mereka, aku telah lelah meminum obat-obatan pahit itu, kau tahu jika aku meminumnya aku begitu membenci diriku yang mengidap penyakit sialan ini, obat obat dan obat bahkan kamarku rasanya seperti kamar mayat karna bau obat itu, aku membencinya aku benci."sela Vale cepat.

"Vale,,jangan membuat diriku gagal menanganimu, aku sudah 2 kali gagal menyelamatkan pasienku, aku begitu gemetar saat mereka tiada tepat aku menyentuhnya di ruang operasi dan menatap diriku dengan tatapan kesakitan. Aku mohon bertahan sungguh aku tak ingin melihat kematian lagi Vale.. kumohon bertahanlah"mohon dokter cantik yang kini telah berurai air mata sambil menangkup kedua pipi Vale.

"Aku lelah Vina, aku ingin tidur dengan damai"dengan sorot mata lelahnya Vale menjatuhkan dahinya di bahu dokter yang bernama Vina tadi.

Vina menggelengkan kepalanya takut, ia kemudian  memberikan kecupan kecil di dahi Vale dengan mata yang terpejam erat, setetes air matanya jatuh membasahi hidung Vale.

Vale seketika sesegukan menangis meraung memeluk dokter yang selama 3 bulan ini merawatnya dan memberikan semangat melewati penyakit mematikan yang berada dalam tubuhnya.

"Jika kau benar-benar pergi, aku tak yakin bisa melanjutkan profesi diriku yang menjadi dokter spesialis dalam, sungguh jika kau benar-benar telah pergi , aku berjanji tak akan memegang profesi ini Vale, aku sudah tak ingin menangani pasien-pasien ku lagi yang akan tiada nantinya di tanganku"ujar Vina melepaskan pelukan erat Vale dan meninggalkan gadis itu  dengan raut wajah datarnya.

"Maaf, tapi aku sungguh telah lelah"gumam Vale menunduk.




































See you next chapter again

Bay

💋🥀

To be continued

OUR DESTINY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang