CHAPTER 16

85 10 0
                                    

Holaa para readers,apa kabar?
**
Don't forget vote and coments
**
Follow me nurkadriana
**

**Happy reading**

PROK..PROK.

"woah hebat, sandiwara yang  sangat hebat, aku yakin jika kau mengikuti lomba kau yang akan menjadi pemenangnya,aku salut kepadamu"ujar El, setelah memberikan tepukan tangannya beberapa kali.

Vale menengok kearah El yang menatapnya remeh seolah-olah ia tengah bersandiwara, Vale mengepalkan kedua tangannya beranjak melangkah perlahan ke hadapan El.

Melihat Vale melangkah mendekatinya El beranjak berdiri dari duduknya sambil tersenyum miring, ia melipat kedua tangannya didepan dada.

"Bisa-bisanya kau mengatakan iri kepadaku, aku akui akulah anak yang mereka manjakan tapi itu ada satu alasan dan kau pun paham alasannya apa. Aku ini mempunyai penyakit sialan yang hinggap di tubuhku, sedangkan kau??, Kau normal kau tak perlu meminum obat apapun, lihatlah diriku aku berdiri di hadapanmu hanya karena obat dan alat yang ada pada tubuhku"tekan El menunjuk wajah Vale yang tetap menatap tajam dirinya tanpa emosi.

"Bagaimana jika penyakit yang kau derita tak lebih buruk seperti penyakit yang aku alami?, Dalam hitungan tahun aku tak mungkin bisa berdiri Sekokoh sekarang, ada masanya aku tak bisa berjalan dan tidak.......mempunyai sehelai rambut apapun"ujar Vale.

"El, aku selalu ingin menjadi kakak yang baik untukmu, aku selalu ingin memelukmu saat kau kesakitan, semua yang kau rasakan saat ini juga berdampak kepadaku, jika kau sakit akupun bisa merasakannya, jika jantungmu kambuh maka kepalaku ikut akan ikut berdenyut, kau tahu El, setiap aku ingin melakukan hal baik untukku, kau selalu saja menunjukkan dan menampilkan kasih sayang mereka di hadapanku seolah-olah hanya kau yang berhak di sayangi."sambung Vale.

Perih, hati El rasanya berdenyut nyeri mendengar penjelasan kakaknya, gadis itu mengalihkan pandangannya yang memburam penuh dengan air matanya.

"Kau bohong, kau sama sekali tak tulus denganku, kau adalah saudari yang sok polos dan mengambil semua apa yang aku mau"bentak El.

"Apa yang aku ambil darimu??!, Katakan kapan aku mengambil hak yang kau punya??"tanya Vale.

"Kenneth, aku menginginkannya aku ingin dia menjadi milikku, aku tidak ingin dia bersanding denganmu, hanya denganku Kenneth hanya akan cocok denganku bukan kau"teriak el.

Vale membelakkan matanya tak percaya, oh God, gadis ini menginginkan kekasihnya  bagaikan barang yang dioper kesana kemari.

"Tidak akan, Kenneth akan tetap menjadi milikku, bermimpilah jika kau ingin merebutnya,karna sampai kapanpun aku tidak akan pernah membiarkannya."tekan Vale.

"Egois, kau adalah kakak yang egois"lirih El dengan nada kecewa.

Vale mencengkram dengan kuat kedua bahu El agar menatapnya, Vale menggelengkan kepalanya tak percaya.

"Hanya karna tidak memberikanmu kekasihku kau menyebutku egois bagaimana jika nanti kau membutuhkan jantungku?, Kau ingat apa kata dokter kan??!, Hidupmu tidak akan lama lagi. Jantungmu lemah fisikmu lemah dan aliran darahmu nantinya akan berhenti jika saja jantungmu berhenti berdenyut, nantinya kau akan membutuhkan diriku untuk menyumbangkan jantung yang sehat ini kepadamu"bentak Vale.

"Yang kau katakan tadi adalah benar, kau bisa berdiri Sekokoh sekarang hanya karna alat medis yang berada dalam tubuhmu, coba pikirkan bagaimana jika nantinya orang tuamu ini meminta jantungku dan aku tidak ingin memberikannya, apakah aku akan disebut egois saat itu juga??"tanya Vale pelan datar.

"VALE JAGA UCAPANMU!!."bentak ayah.

"Jika aku tidak memberikan jantungku kau akan,,,,,.. wushhh..tiada."kekeh Vale.

PLAKK..

Ayahnya menamparnya lagi, tamparan yang menurut Vale bukanlah tamparan sebagai seorang ayah untuk dirinya,tamparan ini seolah-olah menyadarkan dirinya bahwa dirinya ini bukanlah siapa-siapa, dirinya tidak dibutuhkan disini dirinya hanya terlahir hanya untuk melengkapi saja tanpa mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang tulus.

"El, asal kau tau.aku ini juga memiliki penyakit yang mematikan bukan hanya kau yang berjuang tapi aku juga, sakitmu ada di jantungmu sedangkan aku sakitku  ada di kepalaku, jika kau berjuang ingin pulih maka aku tidak ingin berjuang untuk segera pulih, aku hanya sedang menunggu waktu di sisa-sisa hidupku hanya menunggu rasa sakit ini menjalar ke seluruh tubuhku"ujar Vale lantang dengan ekspresi tanpa beban sedikitpun di wajahnya.

El hanya menganga mematung memperhatikan kakaknya yang seolah-olah benar-benar hanya menunggu di sisa-sisa hidupnya,kedua paruh baya itu pun tak kalah kagetnya mendengar pengakuan yang diucapkan oleh Vale.

"Kau bercanda,i-itu pasti hanya akal-akalan mu kan?!, Kau tidak mungkin mempunyai ya."ujar El dengan terbata-bata.

"Apa untungnya aku bercanda??,aku tau kalian semua syok atas ucapanku tadi, tapi mengapa?, mengapa tatapan kalian begitu kasihan terhadapmu??"tanya Vale santai.

"Kalian tidak usah khawatir, ini hanya masalah sepele bagiku, jika tuhan berkehendak ingin membuat diriku tumbang tak apa aku tulus menjalaninya,jika tuhan menginginkan diriku kembali ke padanya, akupun akan menerimanya "ujar Vale dengan panjang lebar.

"Valee, kau tidak sedang bercanda kan, kau Taukan aku tidak suka dengan orang yang bercanda dan melewati batas ucapannya "ujar ayahnya.

"Sudah beberapa kali aku ucapkan, aku tidak bercanda, baiknya sekarang kalian ucapkan selamat tinggal kepadaku terlebih dahulu, agar saat nanti aku pergi kalian tidak ketinggalan"pinta Vale dengan nada Pelan.

"Vale ucapanmu benar-benar di luar nalar, jangan kau mempermainkan segala penyakit bagaimana jika penyakit itu hinggap ke dalam tubuhmu??"dengan ragu mama Vale bertanya.

"Aku tidak mempermainkan apapun, aku mengatakan hal yang fakta, yang aku katakan tadi adalah kebenaran hidupku, kepala ini akan tidak berfungsi lagi pada waktunya"datar Vale menjawab pertanyaan mamanya.

"Akuu??, Apa boleh aku meminta sesuatu kepada kalian untuk memelukku, hanya sebentar saja,, aku sangat ingin merasakan pelukan hangat seorang ayah, dan kecupan lembut seorang mama... Aku hanya ingin pelukan itu di akhir-akhir hidupku"sambung Vale dengan nada gusar.

"Pfftt, HAHAHA "kekeh Vale.

Ketiga orang itu mengalihkan pandangannya ke Vale yang sedang tertawa keras tiba-tiba dengan pandangan bingung.
Vale menatap mereka sambil menyeka air mata palsunya pelan lalu melipat kedua tangannya di depan dada sambil tersenyum menyeringai.

"Apa kalian fikir aku akan meminta seperti itu?,pfft CK kalian semua payah, ayolah aku tidak mungkin semudah itu untuk meminta pelukan dari kalian karena diriku tidak akan Sudi memintanya, benar apa yang kalian katakan tadi aku,,, bersandiwara
Bersandiwara dihadapkan kalian adalah sebuah lelucon karna wajah kalian begitu lugu untuk dibohongi"kekeh Vale sinis.

"Ayolahh, ayah tak usah menatapku seperti itu apa kau kesal kepadaku?, Dan mama oh hey mengapa kau menangis, aku belum tiada simpanlah air matamu untuk kepergianku nanti sudahlah--"

"VALE APA YANG KAU KATAKAN??!!"



























" Pura-pura baik-baik saja itu menyakitkan, begitupun dengan sandiwara yang kulakukan saat ini, tidak ini bukan sandiwara tapi ini kebenaran, 'AKU JUGA TERLUKA' "

'VALERIE ARABELLA'


























Thanks for reading in my story

Don't forget vote and coments

See you again

Babay

Salam dari author 💋👋





To be continued.

OUR DESTINY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang