CHAPTER 2

252 20 0
                                    

Holaa guys ketemu lagi hehehe
*
*
*
Jngn lupa follow author yak nurkadriana
*
*
*
Vote and coments kalian yourebun.

*
*
*

**Happy reading semuanya**
















CEKLEK.

PLAKK

bersamaan pintu rumahnya yang ia buka juga bersamaan dengan tamparan yang dilayangkan oleh mama nya,

  Valerie hanya terdiam mematung, lagi dan lagi ia mendapatkan tamparan yang entah sudah keberapa kali, batin nya bergejolak berteriak pilu mengapa selalu ia yang mendapatkan penyiksaan seperti ini.

"Saya sudah bilang kan jaga adikmu dengan baik saat dia tidak berada dalam jangkauan kami, tapi kau tidak mengurusnya bener-bener anak tak tau diuntung, adikmu pingsan karena tak sarapan dirumah. Kau meninggalkannya diunit kesehatan kampus seorang diri dan kau pulang kerumah dengan wajah ceria tanpa rasa bersalah?"bentak mamanya nyaring hingga menggema di ruang tamu.

"Aku BENCI, saat orang yang telah melahirkanku menyiksaku bagaikan aku ini adalah anak yang tak diharapkan dan hanya menjadi pajangan, yang selalu menjaga dan merawat putri kalian memperlakukan dia layaknya seorang putri bangsawan dan aku? Anak pelayan"ucap Valerie nyaring berteriak, gadis itu menunduk menahan cairan bening yang ingin keluar dari pelupuk matanya.

PLAKK.
Tamparan kedua dilayangkan ayahnya yang dulunya yang ia anggap Hiro di dalam hidupnya menganggapnya tuhan yang selalu menolongnya kapanpun dia mau, sekarang harapan itu telah pupus, Hiro tak ada lagi didalam hidupnya semuanya telah pergi jauh bersama rasa sayang gadis itu kepada ayahnya.

"Lancang sekali kau berteriak kepada mama mu, apa kau tak bisa memelankan suaramu saat berbicara dengannya? Entah mengapa sikap kalian sangat jauh berbeda, contohilah adikmu. Dia tidak pernah sekalipun berteriak kepada kami, apa ini hasil didik kami kepadamu?"bentak ayahnya tak lupa sambil mencengkram mengapit rahang putrinya.
Tanpa memperdulikan tatapan putrinya yang kian sendu menatapnya.

"Hikss hiks, kami memang mempunyai wajah yang sama, tapi sikap? Jangan harap akan sama dengannya, dan apa kata ayah tadi? Didik? Apa kalian pernah mendidik ku tidak. hanya bibi yang merawatku sadari kecil, menggendongku saat aku merengek ingin dimanjakan seperti kembaranku menimangku dengan lembut mengatakan kata-kata yang menenangkan. apa kalian pernah melakukan itu? Tidak "lirih Vale sendu.

"Jadi, jangan kaget saat aku meninggikan suaraku pada kalian, karena kalian juga meninggikan suara saat berbicara denganku, beda saat kalian berbicara dengan kembaranku yang cantik dan sopan itu"tekan Vale,tanpa sadar hidungnya mengeluarkan cairan merah, ia mimisan.

"Vale nak hidungmu–

"Jadi apa hukumanku?, Apa tidur di WC atau gudang dan tak makan, malam ini, apa ayo katakan, atau kalian ingin menyuruhku membersihkan kaki kembaranku, sama seperti saat dia di rumah sakit?"tanya Vale sembari terus mengusap hidungnya yang tak berhenti mengeluarkan cairan merah, bahkan kepalanya sudah pusing sekarang.

"Vale kami menyuruh mu melakukan itu karena adikmu  sedang sakit. Juga–

"Maka itulah aku bertanya, apa hukumanku? Terserah kalian ingin memikirkan apa tentangku aku sudah tak perduli sekarang, lagi pula ini hal yang biasa kudapatkan dibandingkan dan dianggap tak ada oleh kalian, aku sudah mulai terbiasa."potong Vale sembari menatap lurus orang tuanya.

"Dan yah, aku lupa menanyakannya, siapa yang memberi tahu kalian bahwa El pingsan?"tanya Vale,membuat kedua orang tuanya saling oandang satu sama lain .

"El sendiri yang  mengatakannya pada kami"ucap ayahnya.

Vale kemudian mengangguk seolah mengerti arah pembicaraan kali ini.

"Baiklah, aku ke kamarku, jika kalian melihat adikku-maksudku anak kalian telah tiba, tolong suruhlah dia ke kamarku aku ingin berbicara dengannya berdua"ujar vale tanpa menatap kedua orangtuanya.

***

CEKLEK..

"kak"panggil El saat melihat kakaknya yang terduduk melamun dikasurnya.

Valerie mengalihkan pandangannya menatap datar El yang masih berdiri mematung diambang pintu kamarnya.

"Masuklah"ujar vale datar.

"Ada apa kak?"tanya El setelah dipersilahkan masuk ke kamar kakaknya.

"Kenapa pipi kakak memerah seperti tamparan? TAMPARAN"teriak El setelah sadar melihat pipi kembarannya yang memerah bekas tangan tamparan.

Saat El ingin menyentuh wajah vale, Vale justru menyentak tangan El dan tetap menatap datar El yang mematung sambil menatap tangannya yang baru saja disentak oleh Vale.

"Ini sudah bisa bagiku, tamparan dan pukulan adalah makanan sehari-hari ku apa kau lupa?" Ujar vale dengan ekspresi yang tetap sama, datar.

"Tapi, kak siapa–

"Orang tuamu yang menamparku,apa kau bisa membalasnya demi diriku?"potong Vale seraya dengan tatapan datarnya.

"Tapi kenapa?"tanya El sambil menatap bingung kakaknya yang menatapnya tak percaya.

"Sungguh kau mengatakan kenapa? Hei ini demi dirimu bodoh, aku sekarang semakin membenci dirimu wajahmu dan semua yang kau miliki. Kau? Kau sengaja menelfon orangtuamu dan mengatakan kau terluka dan aku tak mengurusmu. Kau mengatakan yang tidak-tidak tentang diriku  kepada orang tuamu! Apa kau tidak kasihan padaku?"teriak Vale didepan wajah El yang menampilkan wajah bingung, tapi seketika bek tersenyum tipis kepada kakaknya setelah sadar akan sesuatu.

"Bukan aku yang menghubungi mereka, tapi mereka yang menghubungiku dan mengatakan apakah aku baik-baik saja atau tidak, aku hanya mengatakan yang sebenarnya yang telah terjadi kepada diriku, kau juga meninggalkanku sendirian di unit kesehatan dan aku mengatakan semuanya dan tak berbohong kepada mereka. Apa aku salah?"jelas El dengan senyuman di wajahnya yang tak kunjung luntur.

"Kau tidak salah sedikitpun, aku yang salah, telah lahir  ke dunia ini dan keluarga ini, kau tidak salah, aku yang salah telah memiliki saudara yang tak tau diri seperti dirimu, AKU YANG SALAH"tekan Vale.

"Jaga mulutmu kak!"bentak El dengan suara yang menggema bahkan Vale yang tadinya berdiri dengan tampang datarnya seketika tersentak akibat bentakan dari El.

"Oohoo, lihatlah, akhirnya sikap aslimu keluar juga,kenapa? Apa kau tersinggung dengan ucapan ku?, Tapi itu adalah kebenarannya kau memang tidak bisa menghargai perasaan orang lain dan lebih memperhatikan dirimu sendiri"sarkas Vale seraya menyentak dahi El, membuat gadis itu sedikit mundur kebelakang.

"Aku membencimu kak"gumam El yang sangat masih terdengar oleh Vale yang otomatis tersenyum menyeringai.

"Aku juga membencimu, sangat membencimu valeda arabella"balas Vale seraya menaikkan tangannya dan memberikan kembarannya jari tengah, berisyarat fuck you.

El kemudian bergegas keluar dari kamar kembarannya dengan wajah memerah menahan amarah.















See you di next chapter selanjutnya.

Babay.

🗿🤍

🌟👇

OUR DESTINY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang