CHAPTER 10

132 12 2
                                    

Hola para readers setiaquu, apa kabar?, Sebelum lanjut klik dulu lagunya biar  tambah galau xixi.
**
Don't forget to vote and coments
**
Follow me nurkadriana

**Happy reading**



Masih dengan posisi yang sama, Vale Kenneth saling menatap satu sama lain, Kenneth menyelipkan rambut Vale dengan lembut.

"Seberapa banyak kau menghindariku, kau tidak akan pernah jauh dariku sayang, kau hidupku duniaku cintaku dan belahan jiwaku, kau adalah segalanya bagiku dirimu diriku milik kita berdua tapi cintamu hanya untukku begitupun cintaku terhadapmu tak akan pernah berubah walau aku telah tiada nanti"ujar Kenneth menyatukan kening mereka berdua.

"Jangan kau mengatakan kata-kata itu jika kau tak bisa mewujudkan itu di kemudian hari, kau mengatakan aku adalah hidupmu kan? Bagaimana jika kau menemukan hidupmu di orang lain?"tanya Vale dengan lingkar matanya yang memerah.

Vale tak pernah menunjukkan air matanya kepada orang lain tapi jika ia telah menangis di hadapan seseorang maka itu adalah suatu hal yang sangat menyakitkan, dari kecil hingga Vale sedewasa sekarang ia tak pernah sekalipun menangis di hadapan orang tuanya, tapi lihatlah bocah yang dulunya selalu tersenyum dengan gigi kecilnya kini telah tumbuh dewasa dengan rasa sakit yang semakin meningkat.

Vale kecil tidak pernah mengeluh, menangis, bahkan merengek,kepada siapapun, dulunya ia tak tau apa artinya dimanja hingga bibi yang merawatnya menjelaskan kepadanya bahwa dimanja itu seperti adiknya dikala El sakit ia akan dilarang untuk beranjak sedikitpun dari kasur, jika El terluka bukan art yang merawatnya tapi Vale, Vale yang diminta oleh orang tuanya untuk menjaga El, bocah yang usianya dulu itu baru berumur 6 tahun telah merawat adiknya yang berusia 4 tahun, bocah yang tak mengerti apa artinya menjaga dan merawat seseorang, yang tak tahu menahu dijadikan bagaikan babu untuk mengurus adiknya, bahkan Vale masih teringat jelas saat dirumah sakit orang tuanya memintanya untuk mencuci kaki El karna adiknya itu tak bisa sedikitpun untuk beranjak ke kamar mandi, dan Vale menurutinya.

"Kita bertemu saat berumur 10 tahun, kau menenangkan ku dan selalu menghiburku jika orang tuaku memarahiku, kau datang memberikan pelukan hangat dan kecupan cintamu, kau menyatakan cintamu saat aku tak mengerti apapun  tentang cinta, kau memperlakukan aku bagaikan ratu sedari kecil, dan saat aku berumur 15 tahun aku baru menyadarinya jika aku mencintaimu, aku jatuh sejatuh-jatuhnya ke dalam cintamu pesonamu dan.... Belas kasihanmu kepadaku, aku? aku bahagia sangat bahagia bisa bertemu denganmu aku senang bisa mengenalmu,,,,"ujar Vale seraya meneteskan air matanya, bayangan kelam akan masa kecilnya mulai lagi bermunculan.

"Tapi sepertinya aku mulai meragukan cintamu kepadaku, setelah kau menyebut nama serta perbandinganku dengannya aku semakin takut untuk mempercayaimu lagi, bagaimana jika kau pergi dengannya?, Aku harus bagaimana?, Apakah nantinya aku harus bersujud kepadamu agar tidak terpikat olehnya, haruskah?"ujar Vale seraya bangkit dari dekapan Kenneth, Vale memejamkan matanya sambil memijit pelipisnya bingung.

"Tidak, itu tidak akan terjadi Vale, bagaimana mungkin kau bisa berpikiran jauh seperti ini?, Aku mencintaimu jauh mencintaimu dari pada mencintai diriku sendiri, "ujar Kenneth menangkup kedua bahu Vale agar menatapnya.

"Bagaimana mungkin katamu?, Itu bisa saja terjadi, lihatlah teman-teman ku yang dulu selalu ada di sampingku mereka semua kemana?, Bukan pergi tapi pindah posisi, mereka memihak El, aku dipandang menjadi kakak yang buruk saat El jatuh pingsan dan aku? Tidak perduli dan pergi begitu saja menjauh dari semua orang dan tidak perduli akan penyakit El."gumam Vale lirih.

"Aku adalah anak yang buruk, kakak yang buruk, dan pasangan yang buruk!"tutur Vale lemas terduduk.

"Vale kau–

"Keluar aku ingin sendiri."telak Vale yang diangguki oleh Kenneth.

Setelah memastikan Kenneth keluar dari tendanya, Vale menarik rambutnya kuat dan menangis dalam diam.

"Mengapa sekarang diriku begitu lemah?, aku benci seperti ini,mengapa aku menangis seperti ini? , mengapa rasanya sangat sakit?"gumam Vale lirih.

"Aku benci diriku yang lemah seperti ini, mana Vale yang kuat dan tahan akan semuanya, mengapa aku menjadi wanita lemah sekarang."gumamnya lagi.

***

"Tidak, kakak pasti hanya bersandiwara, dia tak mungkin menangis hanya karena diriku kan?, Itu pasti hanya akal-akalannya saja untuk mendapatkan perhatian kak Kenneth"ujar El yang menguping percakapan Kenneth dan Vale di balik tenda Vale.

"Aku tidak akan terkecoh lagi kak, impianku akan tetap menjadi impian ku, merebut kak Kenneth dari hidupmu adalah impianku"sambung wanita itu dengan senyum liciknya.

"Apa yang kau lakukan disini?"tanya Vale saat keluar tenda dan melihat El yang tengah berdiri tegak di samping tendanya sambil tersenyum miring.

El tersentak kaget lalu menormalkan ekspresinya, ia mendadak gugup sekarang, apakah Vale mendengar perkataannya tadi ?, Batin El cemas.

"Apa kau sekarang bisu?, Hingga tak bisa berbicara padaku, apa yang kau lakukan di dekat tendaku?, Tendamu ada paling depan kan?, Apa kau ingin membakar tendaku karna dendam mu?"tanya Vale beruntun.

"Ti-tidak ak-aku hanya ingin meminta... Syal mu... Iyah aku ingin meminjamnya"gugup El sembari tersenyum tipis

"Tidak ada, aku kira kau memasukkan beberapa syal ke dalam kopermu lalu mengapa sekarang ingin meminjam punyaku?"tuding Vale sambil memicingkan pandangannya curiga kepada El.

"Be-benarkah?, Ahh sepertinya kepalaku pusing karna berbicara yang bukan-bukan, maaf kak aku permisi ingin ke tendaku mengambil syalku"ujar El berusaha tetap santai.

"Terserah, enyahlah kau"gumam Vale pelan saat El berbalik pergi meninggalkannya.

"Kau fikir aku tak mendengarnya?, aku mendengar semuanya bitch.",lirih Vale datar.
































THANKS FOR IN MY READING STORY

SEE YOU THE NEXT CHAPTER

DON'T FORGET TO VOTE AND COMENT

DON'T FORGET FOLLOW ME IN INSTAGRAM AND WATTPAD, AND TIK TOK

BABAY

💋🥀

SALAM DARI AUTHOR OUR DESTINY 👋👋

OUR DESTINY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang