CHAPTER 15

98 10 2
                                    

Holaaa para readers, apa kabar?
**
Don't forget vote and coments
**
Follow me nurkadriana
**

**Happy reading**

Bulan hari telah berganti tepatnya hari ini masa KKN mereka telah selesai, tugas mereka menjalani hari-hari di desa telah usai, suka dan duka telah mereka lewati di desa ini selama beberapa bulan, yang mereka tidak dapatkan di kota kini mereka dapatkan di desa ini, desa yang terpencil dan desa yang tak terpandang.

Vale menghela nafas lesu, ia berbalik melihat para warga yang juga menatapnya sendu, bukan hanya dirinya bahkan teman sebaya mereka tak rela meninggalkan tempat ini.

Bibi yang memang sadari tadi menunduk, mendongak menatap mereka dengan mata yang telah berembun penuh air mata.

Wanita paruh baya itu melangkah pelan menuju Vale yang juga menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca, bibi tersenyum kecil sambil mengusap sudut matanya yang berair.

Setelah berada tepat dihadapan Vale bibi memeluk tubuh ringkih Vale lembut, mengusap bahu Vale yang bergetar karena menahan tangis.

"Aku yakin setelah kalian semua pergi, desa ini akan kembali sunyi seperti sedia kala, tak ada yang akan memanggil bibi seperti ini, 'bibi apakah bahan ini yang dimasukkan, aduh bibi sepertinya kangkungku gosong hehe, bibi apakah menimba itu sakit aku ingin membantu tapi aku tak tau caranya jadi aku membantumu lewat doa saja haha' , bibi akan merindukan itu semua, bagi bibi kalian adalah anak-anak yang manis dengan tingkah laku kalian yang kekanakan tapi bibi menyukainya nak, bibi tak mempunyai anak, setelah kalian datang bibi merasa dalam waktu sekejap hidup bibi berubah, kalian adalah keajaiban bagi bibi"jelas bibi sambil menatap semua orang dengan pandangan sayunya.

"Semoga kalian selamat sampai tujuan dan bibi ingatkan jangan terlalu bekerja keras, boleh kalian bekerja tapi ingatlah kesehatan kalian, dan satu hal lagi bibi ingin meminta sesuatu, apakah nak Vale bisa mewujudkannya?"tanya bibi.

Vale mengangguk pelan dengan air matanya yang semakin deras, "apapun yang bibi minta aku usahakan sebisaku"jawab Vale dengan bibir melengkung bergetar.

"Bibi ingin kalian...apakah bisa mengunjungi ku sesekali di sini, tak sering pun bibi tak apa, bibi hanya ingin dijenguk sesekali saja"jelas bibi, Vale sesak mendengarnya, gadis itu membuka sedikit mulutnya dan mengeluarkan nafasnya lewat mulut.

"Ak-aku akan se-Lalu mengunjungimu bi, hiks hiks aku akan melihatmu disini"jelas Vale terisak.

"Bibi menyayangi kalian"ujar bibi tersenyum tipis kemudian berbalik memasuki rumahnya dengan pelan.

***

15.00

Vale beserta El telah sampai dikediaman mereka, mereka turun disambut langsung oleh orang tua mereka, tidak bukan mereka tapi hanya El yang disambut dengan pelukan hangat itu, kecupan singkat dari sang ayah yang ditujukan hanya kepada El, Vale hanya bisa melihat pemandangan itu dengan tatapan datar.

Vale melangkah mendahului keluarga kecil itu dengan pelan, tak menyapa bahkan melirik, kedua paruh baya itu benar-benar melupakan anak utama mereka, mereka melupakan Vale begitu saja.

"Kak, apakah bisa kau membawa sekalian koperku?,aku lelah"pinta El santai.

Vale berbalik dengan ekspresi yang sulit diartikan, rasanya gadis itu ingin menangis sekencang-kencangnya, apakah el sengaja melakukannya atau tidak?,batin Vale.

"Apa kau tidak melihat diriku selelah apa?,kau memerintahkan seseorang tanpa mengetahui kesibukan orang lain, lihatlah orang tuamu yang sangat memanjakan mu ada di hadapanmu, bukankah Mereka tak lelah, mintalah kepada mereka"geram Vale emosi.

"Vale kau--"

"APA??!, Kalian ingin membelanya?, Apakah hanya putri kalian yang kelelahan??, tidak, akupun sama, dari awal sudah kuperingatkan kepada kalian aku tidak ingin membawanya, tapi kalian demi melihat PUTRI KALIAN INI BAHAGIA kalian berdua akan melakukan apapun kan, jadi terimalah resikonya, kau ikut berarti kau siap menanggung apapun. Kau mengerti?"tekan Vale beranjak menaiki tangga sambil berdecak kesal melihat kedua paruh baya itu menatap tajam dirinya.

"Kau benar-benar tidak memiliki sopan santun terhadap orang tuamu sendiri, apakah kau tidak takut akan dosa?"bentak ayah Vale.

Vale berhenti mempijakan kakinya ditangga terakhir dekat kamarnya gadis itu berbalik menatap kosong wajah ayahnya yang memancarkan amarah yang begitu mendalam.

"Dosa yang mana maksudmu pak?, Apakah dosa anak yang menentang dirimu atau dosa ayah yang menelantarkan putri pertamanya, katakan dosa apa yang kau maksud AYAHNYA VALEDA ARABELLA?"teriak Vale di akhir kalimatnya, gadis itu lari menuruni tangga menghampiri ayahnya.

"Kau berbicara tentang sopan santun seolah-olah kau mendidik ku dari kecil nyatanya??, Tidak heii lihat aku dan katakan kapan kau mengajarkanku tentang sopan santun pernahkah, ayo katakan apa pernah ayo katakan, hahaha kau???!, Mengapa hanya terdiam mengapa tak ingin menatap ku huh?,"tekan Vale sambil mencengkram erat kerah baju ayahnya marah.

"Kau tidak pernah mengajariku yang namanya sopan dan santun, jadi aku bertanya kata apakah itu sopan dan santun, bisa kau jelaskan,IBU VALEDA ARABELLA mengapa kalian berdua membisu??, Jika nyatanya kalian tak bisa menjawabnya mengapa kalian selalu menekankan kata dosa tanpa menyadari bahwa kalianlah yang berdosa terhadapku, apakah kalian pikir kalian orang tuaku tak akan bisa mendapatkan dosa?, Tidak, kalian sama saja membuang ku dan menganggap ku tak ada itu sama saja dosa kalian berdua melakukan dosa dengan menelantarkan diriku yang jelas-jelas tuhan yang menciptakan diriku tuhan memberikan kalian titipan yaitu diriku, tapi apa kalian perduli, kalian tidak sama sekali peduli denganku, AKU JUGA INGIN DIMANJA DISAYANG DAN DIJAGA SEPERTI EL, AKU JUGA INGIN MERASAKAN YANG NAMANYA PELUKAN TULUS, AKU JUGA INGIN MERASAKAN KECUPAN HANGAT DI DAHIKU, AKU MENGHARAPKAN KALIAN BERDUA MELAKUKAN ITU KEPADAKU TAPI AKU TIDAK MENDAPATKANNYA SAMA SEKALI SELAMA 19 TAHUN, DI SEPANJANG MALAMKU AKU SELALU SAJA BERDOA KEPADA TUHAN AGAR KALIAN BERDUA MEMBUKA HATI UNTUK DIRIKU, TAPI TETAP SAMA SAJA BAHKAN KALI INI LEBIH MENYAKITKAN, INGIN RASANYA AKU MEMBUNUH KALIAN, AKU BERSUMPAH.."jelas Vale dengan nafas terengah-engah,gadis itu mencurahkan seluruh isi hatinya di depan kedua orang tuanya yang mematung mendengarkan penjelasan putri mereka, gadis yang mereka anggap kuat selama ini ternyata menyimpan begitu banyak penderitaan di dalam dirinya.

Art yang sedari tadi menyaksikan pertikaian keluarga kecil itu tak henti mengeluarkan air matanya, mereka tau betul betapa tersiksanya putri majikannya itu, hati mereka ikut tercabik saat mendengarkan curahan gadis manis itu.

"Aku tidak sekuat yang kalian lihat, aku lemah. Aku rapuh. Aku tak berdaya, aku selalu merasa kesepian di dalam hari-hariku setiap menit detik jam berlalu kosong di hadapanku, semuanya tak ada lagi, semuanya telah usai,"lirih Vale.

"Bolehkah aku mengakhiri hidupku?"tanya Vale begitu lesunya menatap orang tuanya yang membulatkan matanya tak percaya batas apa yang diucapkan oleh putrinya ini.






























'Seandainya waktu bisa diputar kembali, aku tidak ingin terlahir dan merasakan kejamnya dunia ini padaku'

(VALERIE ARABELLA)





























Thanks for reading in my story

Don't forget vote and coments

See you again

Babay

💋🥀

SALAM DARI AUTHOR OUR DESTINY 👋👋


To be continued.

OUR DESTINY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang