[2] TEMPAT BARU

1.3K 25 0
                                    

Pagi-pagi sekali Avya terbangun dari tidurnya kemarin malam ia tidak masuk ke kamarnya gadis itu memilih tidur di ruang tamu di sofa yg tidak begitu empuk itu, enggan untuk masuk apalagi tidur di kamar yg sama dengan orang asing bukan maksudnya Suaminya Liam ia belum terbiasa mungkin nanti pikir Avya.

Semua orang sepertinya belum bangun Avya bergegas mengambil pakaiannya di lemari tanpa menimbulkan suara lalu keluar untuk melaksanakan ritual mandinya, matanya sembab karena semalam ia menangis hingga akhirnya tertidur. Bukannya tidak terima hanya saja kenapa harus Dia yg mengalami ini semua tidak cukupkah kebahagiaan pergi saat umur 5 tahun kenapa di umur 17 tahun ini hidupnya harus ia relakan dalam sebuah ikatan pernikahan.

Untungnya hari ini adalah hari Minggu jadi Avya tidak sekolah, setelah mandi Avya ke dapur untuk membuat sarapan hal ini selalu ia lakukan sebelum berangkat sekolah gadis itu akan menyiapkan semua kebutuhan kakeknya sebelum pergi. Kakeknya bekerja sebagai tukan kebun dan bersih-bersih di kantor kepolisian di sini dengan gaji yg tak seberapa itu Ia bisa merawat avya sampai dewasa seperti sekarang ini, itulah kenapa avya sangat menyayangi kakeknya.

"Kakek ayo sarapan dulu Avya sudah masak." Avya memanggil kakeknya yg sedang menyiram tanaman di teras rumah.

"Iyaa." Kakek datang dan langsung duduk di meja makan, sidah terhidang makanan yg cukup sederhana nasi goreng dan telur ceplok.

"Panggil Liam." Pinta kakek pada Avya, tapi saat ingin pergi ke memanggil Liam orang itu sudah berjalan ke arah sini dengan wajah baru bangun tidur dan rambut yg berantakan, Avya sempat tak berkedip sebentar lalu Liam bersuara.

"Kamar mandi di mana?." Tanya liam pada Avya yg bengong, sontak Gadis itu menunjuk arah kamar mandi setelah kepergian Liam Avya tersadar.

"Siapkan juga makanan untuk Liam, kamu harus mulai terbiasa ingat pesan kakek." Ujar Kakek melihat Avya salah tingkah.

"Kek kenapa avya harus ikut kak liam, biarkan Avya tinggal di sini saja." Rengeknya pada pria berusia 62 tahun itu.

"Avya kakek sudah memberitahu kamu kemarin, sudahlah jangan bahas ini." Avya hanya mengangguk patuh, jika sudah begini kakek pasti tidak akan merubah keputusannya.

"Lalu bagaimana dengan sekolah avya kek?." Ini juga yg Avya khawatir kan, ia tidak ingin berhenti sekolah.

"Kakek sudah bicara dengan Liam kemarin dia akan memindahkan mu ke sekolah yg dekat dri rumah kalian, soal kepindahan Liam mengatakan jika ia punya teman untuk mengurus itu kamu tidak perlu khawatir kakek percaya pada Liam." Yah kemarin sebelum mereka pulang dari rumah Pak RT kakek dan liam sempat bicara berdua, mereka membicarakan banyak hal terutama soal Avya yg memang masi sekolah dan Liam tidak mempermasalahkan hal itu.

"Baiklah, kalau kakek mengatakan nya Avya pasti akan tenang." Jawab Avya, yah setidaknya ia tidak putus sekolah meskipun harus pindah.

Liam datang ke meja makan lalu duduk berhadapan dengan kakek, dari kemarin memang Avya tak pernah melihat seutas senyum di wajah pria itu ia pikir Liam memang jarang tersenyum tapi meski tak senyum avya akui jika liam sangat tampan beberapa kali ia mencuri pandang ke arah liam saat mereka di mobil.

°°°°°

Setelah sarapan liam dan kakek sedang berbicara di ruang tamu sembari menunggu Avya berkemas, gadis itu dengan berat hati terpaksa harus ikut liam untuk pulang ini semua ia lakukan atas permintaan kekek.

"saya akan menjaganya, anda tidak perlu khawatir." Ucapan Manis Liam terdengar sangat meyakinkan di telinga Kakek Avya, membuatnya yakin jika cucunya bisa hidup bahagia bersama pria itu Bahkan Avya yg mendengar penuturan itu cukup lega setidaknya Liam bisa bersikap baik padanya meski hubungan ini atas dasar paksaan.

"Kakek jaga kesehatan, Avya akan sering-sering ke sini jangan lupa makan tepat waktu yah." Avya memeluk kakeknya itu, ia tidak ingin pergi tapi kakeknya menasehati jika seorang perempuan sudah menikah ia harus ikut suaminya.

"iya kalian hati-hati." Sebenarnya ia juga berat untuk melepas cucunya tapi mau bagaimana lagi dengan hal ini juga ia bisa merasa tenang jika suatu saat nanti dirinya pergi cucunya masih memiliki keluarga.

Ia hanya berharap cucu nya itu hidup bahagia, selama 12 tahun ia merawat avya seperti cucunya sendiri yah satu fakta yg harus kalian tau kalau Avya bukanlah Cucu kandung kakek. Saat itu keluarga Avya tidak ad yg datang ke rumah sakit saat kabar kecelakaan itu dan saat itu hanya Avya yg selamat dalam peristiwa mengenaskan itu. Avya menjadi sebatang kara pihak rumah sakit sudah merencanakan akan membawanya ke panti asuhan tapi kakek yg saat itu juga keluarga salah satu korban kecelakaan beruntun itu prihatin melihat Avya saat itulah Kakek mengadopsi Avya dan menghidupi nya sampai sekarang. Meski bukan cucu kandung Kakek sangat menyayangi avya seperti cucu sendiri.

Mobil Liam meninggalkan kediaman kakek, memerlukan waktu sekitar 1 jam-an untuk sampai di apartemen nya. Ia tidak akan membawa Avya ke rumah kedua orangtuanya ia akan menyembunyikan pernikahan ini dari mereka.

Avya merasa sangat canggung untuk memulai percakapan dengan Liam mungkin karna wajah liam yg terkesan dingin dan kaku, Entah kenapa Avya merasa khawatir berlebihan padahal sejauh ini semua baik saja kakeknya juga baik entahlah mungkin perasaan nya saja. Avya menatap keluar jendela sepanjang perjalanan ada banyak tempat indahh yg di lewatinya ini baru pertama kali baginya pergi jauh dari rumah bahkan ia harus meninggalkan kakeknya.

Tidak ke rasa akhirnya mobil yg di kemudikan Liam memasuki Basemen sebuah gedung berlantai 10, setelah memarkirkan mobilnya Liam keluar di ikuti Avya yg juga ikut keluar.

"Bawa kopermu sendiri!." Ucap Liam setelah menurunkan koper Avya dari bagasi, Avya merasa ada perbedaan dengan cara bicara Liam tapi ia tak mengambil pusing hal itu mungkin Liam lelah Avya bisa mengerti.

Avya menyeret koper miliknya mengikuti Liam yg sudah lebih dulu masuk ke dalam lift. Sesekali Avya melirik Liam yg memijat kepalanya ia yakin kalau Liam pasti lelah.

"Kau mau kemana?." Liam menghentikan langkahnya saat hendak menaiki tangga menuju kamarnya di lantai atas, Ia melihat Avya yg juga hendak mengikutinya dengan membawa koper.

"Itu av...." Avya merasa gugup karna nada suara Liam terdengar sangat dingin dan tajam.

"Kamar mu itu, jangan mengikutiku!." Tekan Liam menujuk sebuah kamar di bawah tangga, Avya mengangguk patuh perasaannya tiba-tiba merasa takut mendengar suara Liam.

Setelah kepergian Liam Avya pun menyeret kopernya ke kamar yg di tunjuk liam tadi saat masuk Avya sangat kaget melihat kamar ini sangat luas bahkan sudah ada kamar mandi di dalam tidak seperti kamarnya di rumah. Setelah puas melihat-lihat Avya memilih untuk merapikan pakaiannya ke dalam lemari, ia mengerti sekarang Liam tidak ingin sekamar dengannya dan itu cukup bagu untuknya juga karna ia juga belum siap untuk berbagi kamar dengan Liam.














🦪🦪🦪🦪




LIAM : TEMPRAMENTAL IS YOUR LOVE LANGUAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang