[20] AVYA BERBEDA

1K 20 0
                                    

Sekitar pukul 19.22 Liam kembali ke apartemen nya.

Ceklek.....

"Dimana Avya?." Tanya Laras dingin, wanita itu menatap tajam putranya. Saat melihat apartemen putranya yg seperti kapal pecah semua barang ada di lantai bahkan botol minum dan puntung rokok berserakan di meja ruang tamu, laras bisa menebak jika terjadi apa-apa dalam rumah tangga anaknya itu dan ia yakin Putranya lah yg bersalah.

"Gk tau!." Jawab Liam, pria itu malah duduk di sofa. Lion dan Laras menatap tajam putranya itu.

"Cari dia!." Kali ini Lion angkat bicara.

"Liam lelah pah, dia sendiri yg pergi!." Balas Liam, pria itu sudah sangat lelah.

"Cari atau kamu tidak akan pernah ketemu mama lagi!." Laras sudah menangis, ia pikir putranya sudah berubah tapi ternyata tidak ia salah melihatnya.

"Ma jangan gini dong, mendingan mama pulang dulu." Liam berdiri hendak pergi ke kamarnya namun ....

"Mama tidak bercanda liam, mama minta sekarang kamu cari Avya kalau tidak kamu hanya akan melihat mayat mama nantinya!." Tekan Laras, ia sangat kecewa dengan sikap putranya itu.

"Mama ngomong apa sih, jangan ngawur deh!." Liam sedikit kesal dengan perkataan mamanya itu, mau bagaimana pun Laras. Liam sangat menyayangi mamanya itu, ia rela melakukan apapun untuk mamanya seperti mencari istrinya mungkin?.

"Ya sudah, liam pergi." Dengan terpaksa ia pergi untuk mecari istrinya, Liam bingung harus mencari dimana ia sudah beberapa kali menelfon kakek tapi tidak terjawab bahkan Liam sudah menyuruh orang untuk datang ke sekolah Avya tapi ternyata gadis itu tidak datang ke sekolah selama 3 hari ini.

"Gue harus cari kemana?." Monolognya, dengan cepat Liam melajukan mobil nya entah kemana pria itu akan pergi. Tidak ada yg tau apa yg ada di dalam pikiran dan hati pria batu itu.

Setelah berkendara selama 1 jam an , Liam akhirnya tiba didepan rumah yg terlihat sederhana Liam menatapnya tak ada yg berubah dari rumah itu saat terakhir kali Liam ada di sini, dengan lampu tamaran yg menyinari halaman nya di malam ini namun saat hendak keluar dari mobilnya seseorang dari rumah itu keluar.

"Saya pulang dulu, kamu istirahat saja dan jangan menangis terus." Daffa baru saja hendak pulang pria itu masi mengenakan pakaian polisinya.

"Iya kak makasih, hati-hati di jalan." Ujar Avya seadanya.

"Avya?." Panggil Daffa, ia sedikit canggung entah kenapa.

"Iya kak?."

Hug.....

Daffa tiba-tiba memeluk tubuh Avya, sang empu pun diam tidak bergerak untuk membalasnya. Ia bingung dan kaget atas perlakuan daffa ini.

"Maaf, saya hanya sedih melihat mu begini." Jelas Daffa, ia sudah tidak tahan untuk tidak memeluk Avya yg selalu dalam raut sedih.

Liam yg menyaksikan itu mengetatkan rahangnya pria itu mencengkram stir lalu keluar dengan tergesa-gesa menghampiri kedua manusia itu.

Buk....

Dengan keadaan marah Liam langsung melayangkan bogeman pada Daffa, pria itu terhuyung kebelakang akibatnya.

"Kak Daffa!." Pekik Avya, gadis itu membantu Daffa untuk berdiri sempurna namun Liam yg melihat itu malah tersulut emosi.

"Oh jadi sekarang kamu bersama pria lain lagi hahh!." Liam menarik pergelangan tangan Avya agar gadis itu melihatnya.

"Sshhh...kak lepas, kakak salah paham!." Avya mencoba untuk melepaskan cengkraman itu tapi Liam terlalu kuat .

"Lepaskan dia!." Daffa menyingkirkan tangan liam dengan mudah, begitulah kekuatan pria akan sama dengan sesama nya.

Bugh.....

Satu Bogeman kembali berhasil mendarat mulus di wajah Daffa, pria itu tak tinggal diam ia juga balik membalasnya.

Bughhh.....

Bughhh

Terjadilah aksi saling pukul memukul Liam dan Daff tak ad yg mau berhenti bahkan Avya sudah melerainya tadi keduanya sekaan tuli dengan perkataan gadis itu, avya sudah berderai air mata ia sudah memiliki beban yg berat malah ditambah dengan perkelahian yg tidak berdasar kedua pria itu.

"Kak Liam berhenti!....kak Daffa juga!." Teriak Avya, untungnya rumahnya tidak memiliki tetangga dekat dan sekarang sudah hampir jam 10 malam jadi tak ada yg bisa mendengarnya.

Bughh....

"KAK LIAM AVYA BILANG BERHENTI!!!." Dengan sekuat tenaga Avya berteriak dengan kencang, ia sudah lelah kenapa kehidupannya sangat rumit. Avya memeluk liam dari belakang ia tau suaminya itu tidak akan bisa berhenti meluapkan semua emosinya hingga lawannya menyerah dia akan terus membabi buta.

Bruk....

Avya melepaskan pelukannya  dan mudur beberapa langkah dari Liam setelah pria itu benar-benar berhenti untuk memukuli Daffa. Avya ambruk dengan tangisannya yg kian semakin deras, gadis malang itu benar-benar tidak kuat lagi.

"Hiks....J-jangan mendekat!." Avya berucap setelah Liam dan juga Daffa hendak menghampirinya.

"Kalian pulang! Tinggalin avya! Pergiiii!." Teriak Avya lirih, gadis itu benar-benar terpuruk sekarang.

"Tapi vya..." Daffa hendak mengatakan sesuatu tapi Avya menyelanya.

"Kak Daffa, aku mohon kalian pergi!." Avya menghapus air matanya kasar lalu berdiri pelan, ia menatap satu persatu pria dihadapannya itu dengan tatapan berbeda.

"Ddan kak liam kenapa kesini!." Avya meninggikan suaranya dan menatap Liam nyalang, melihat perubahan gadis itu Liam mengetatkan rahangnya dan dengan cepat mendekati Avya ia tidak suka di bantah ataupun di lawan itulah Liam.

Plakkkk.....

"APA? KAK LIAM MARAH? HAH? AVYA UDAH CAPEK KAK. KAKAK UDAH HANCURKAN SEMUA HIDUP AVYA FISIK BAIK MENTAL KAKAK BUTUH AAPA LAGI! KAK LIAM HARUSNYA SENANG AVYA PERGI DARI HIDUP KAKAK! KENAPA KAK LIAM KESINI HAHH! APA KAK LIAM MAU LIAT AVYA SEMAKIN MENDERITA HAHH!." Avya gadis penurut itu mengeluarkan unek-uneknya dengan nada suara yg besar di hadapan Liam yg menatapnya berbeda.

"HIKS.... APALAGI YG KAK LIAM MAU AVYA SUDAH MENDERITA KAK! HIDUP AVYA SUDAH HANCUR. KAKEK...KAKEK PERGI NINGGALIN AVYA SELAMNYA!! AVYA  BENCI KAK LIAM! PERGI!." Avya memukul dada bidang Liam, pria itu kaget mendengar ucapan avya pada kalimat terakhir ia benar-benar tidak tau. Liam tidak merah sedikit pun saat Avya memukulnya dengan keras.

Hiks...

"Pergi....kalian pergi. Avya mau sendiri!" Gadis itu kembali menghapus air matanya seolah-olah gadis itu baik-baik saja ia mundur beberapa langkah dari Liam lalu gadis itu menatap mata yg selalu menatapnya tajam dlm masi sama Avya benci tatapan itu avya membenci semua yg berhubungan dengan pria itu ia sadar perjuangan tidak akan pernah membuahkan hasil ia sudah lelah kesabarannya habis.

"Kak makasih udah mau ngerhargain kakek, avya akan tunggu surat cerainya kakak tidak perlu khawatir sekarang kakak tidak akan melihat avya lagi." Setelah mengatakan itu, avya masuk ke dalam rumah dan mengunci pintunya rapat seperti hatinya, mungkin?.

Arkhhh....

Geram Liam mengacak rambutnya frustasi lalu pria itu berjalan ke arah mobilnya dan meninggalkan kediaman Avya.

Daffa pun sama pria itu diam dan pergi dari sana ia merasa bersalah melihat keadaan avya seperti tadi.























🍯🍯🍯🍯

LIAM : TEMPRAMENTAL IS YOUR LOVE LANGUAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang