[22] KEMBALI

876 10 0
                                    

Laras terus memohon pada avya, bahkan wanita paru baya itu mengadakan tangannya untuk memohon avya merasa sangat bersalah tapi ia bingung hati dan pikirannya berbeda.

"Ma jangan begini, avya sedih liat mama begini." Avya memeluk Laras wanita itu sudah menangis pilu.

"Mama mohon avya kembali lah, setidaknya sampai kalian bercerai kamu boleh melakukan pergi jika mau tapi mama mohon kembali." Wanita itu menangis dalam pelukan Avya.

Laras sangat yakin jika avya lah yg terbaik untuk liam gadis itu akan merubah sikap liam.

"Baiklah, avya pulang mama jangan nangis. Tapi avya hanya akan tinggal di sana sampai perceraian kami selesai setelah itu avya akan pergi." Kali ini hati avya yg menang ia tidak tega melihat Laras yg sudah ia anggap sebagai ibunya sendiri itu harus menangis dan memohon. Avya bukan gadis berhati batu, ia memang membenci Liam tapi tidak dengan Laras kali ini ia akan menuruti permintaan ibu mertuanya.

"Benarkah? Terimakasih Avya. Mama sangat senang mendengarnya." Laras kembali berderai air mata tapi kali ini air mata kebahagiaan.

Liam yg ternyata sudah masuk ke kamar lagi meninggal kan mereka.

°°°°

Avya sudah bersiap untuk ke sekolah meski kesedihan belum sepenuhnya hilang dalam hatinya ia tetap harus ke sekolah. Yah sesuai janjinya Avya benar-benar kembali ke apartemen dan tinggal bersama Liam, ini semua ia lakukan untuk Laras ingat itu hanya untuk Laras.

Tidak ada lagi Avya yg dulu gadis itu hanya akan memasak untuk porsinya sendiri ia tidak lagi membuat makanan untuk Liam, gadis itu terus mengabaikan Liam hanya sesekali Avya akan menjawab jika pertanyaan itu benar-benar penting untuknya selebihnya tidak.

"Avya kamu pasti bisa ayo!." Gadis itu menyemangati dirinya sendiri, jika bukan dirinya lalu siapa ia sudah tidak memiliki siapa pun di dunia ini.

Ia keluar dari kamar dan bergegas ke sekolah, mereka hidup serumah tapi bahkan mereka hanya bertemu sekali dalam sehari bahkan mereka biasa tidak bertemu dalam sehari semuanya sibuk dalam urusan masing-masing avya berubah dan Liam tetap sama kaku.

Kepergian Avya, Liam juga telah selesai bersiap ia akan ke kantor seperti biasanya. Langkahnya kembali terhenti melihat meja makan kosong kembali tidak seperti dulu akan ada makanan yg tertata rapi di sana Liam bergeming lalu pergi ia merasa aneh beberapa hari ini entahlah ia bingung kenapa.

Avya sudah sampai di dalam kelasnya, iin sudah lebih dulu berada di sana ia sangat senang melihat avya kembali lagi tapi Fino lah yg paling antusias pria itu langsung menghampiri Avya.

"Vya lo jahat bgt, kenapa gk bilang kalau kakek lo...."

"Sst...diem lo!." Tahan iin ia tidak mau suasana hati avya berubah, Fino ini kenapa menjadi sangat cerewet padahal ia dulu tidak banyak bertanya seperti sekarang.

"Gpp in, maaf soalnya ponsel aku ketinggalan di apartemen jadi, lupa ngabarin kamu kebetulan Ada iin dulu jadi, iin tau." Jujur avya, Fino mengangguk mengerti.

"Tapi lo baik kan sekarang?." Dalam hati Fino ia masi memiliki kekhawatiran pada Avya.

"Aku baik, kami gk usah khawatir." Tutur avya meyakinkan.

iin merasa jika avya tidak baik-baik saja gadis tomboy itu langsung mengusir Fino pergi agar Avya tidak merasa tertekan. "Udah sana balik." Usir iin, Fino mendengus kesal iin selalu bersikap seenaknya.

5 menit berlalu keadaan hening diantara mereka hanya terdengar suara-suara teman kelasnya yg heboh dengan aktifitas nya sendiri.

"Vya gimana? Kamu sama Liam?." Akhirnya iin bertanya, bukannya tidak sopan dengan Liam hanya saja karna perlakuan pria itu pada Avya iin menjadi tidak menyukai pria bernama Liam itu.

"Kak Liam?gpp aku jarang ketemu sama dia meski kita serumah." Jawab Avya, untungnya iin tau semuanya jadi avya bisa lega mendapatkan teman yg mau mendengar nya.

"Tapi kedepannya gimana? Lo udah putusin? Bajingan itu ngelakuin kdrt seharusnya dia di hukum vya." Geram iin, seandainya saja ia ketemu dengan pria itu ia pasti akan membalas pukulan yg pernah membuat avya kesakitan.

"Aku gk mau perpanjang masalah ini dengan membawanya ke hukum, tiga bulan lagi aku bakalan cerai." Jelas avya, menurutnya hukum hanya akan memperpanjang masalah dan semua itu tidak akan membuat avya berhenti untuk membenci Liam apalagi memaafkan pria itu.

"Itu keputusan kamu, Tapi apa kamu benar-benar yakin mau pisah?."

"Dulu memang aku mau pertahankan pernikahan ini meski sikap kak liam seperti itu tapi sekarang aku sudah tidak bisa apa-apa lagi ini yg diinginkan kak Liam. Dan aku udah capek dengan sikap kak liam percuma saja dulu aku berjuang." Jawab avya, gadis itu benar-benar sudah memutuskan untuk bercerai seperti yg diinginkan Liam.

iin hanya mengangguk mengerti jawaban Avya sudah bulat ia tidak ingin mengganggunya biarkanlah ini urusan avya sendiri.

"Udah lupain, udah masuk nih." iin mengalihkan pembicaraan bertepatan dengan suara bel yg menandakan mereka sudah masuk.

Krinnggh......

Mereka belajar bahas Inggris di jam pertama lalu di lanjut pai, dan terakhir ipa yg berpotongan dengan waktu istirahat.

"Vya ayo ke kantin." Ajak Fino, semua penghuni sekolah berbondong ke arah kantin untuk mengisi pertu mereka.

"Aku bawa bekal, kalian ke kantin aja." Yah tadi pagi avya membuat bekal ia harus hemat uang simpanannya sudah menipis dan ia tidak ingin menerima uang dari Liam.

"Udah ayo!" iin menyeret paksa Fino saat pria itu hendak memaksa Avya unt ikut.

"Ihh kenapa si lo kan avya gk jadi ikut!." Kesal Fino, ia mendengus keran iin menurutnya iin adalah orang yg paling menyebalkan.

"Biarin di di sana dia lagi sedih seharusnya lo ngerti!, Dan iya gue mau ngomong ke lo!." Bukannya ke kantin iin malah menarik Fino ke arah depan lab yg koridornya sepi.

"Ap lagi sih in gue laper nih!." Cerocos Fino yg sudah kelewatan kesal.

"Gue langsung to the poin aja, lo ada perasaan sama Avya?." Tanya iin menatap intens Fino.

"Sekentara itu yah?." Fino menggaruk tengkuknya yg tak gatal dan terkekeh canggung.

"Gue cuman mau bilang, lebih baik lo hapus perasaan li itu bukannya gue gk yakin tapi Avya udah punya orang lain. Gue gk mau gara-gara ini persahabatan kita hancur, avya memang gk cerita ke kita tapi gue tau dia punya orang lain yg dia tunggu." Yah ia sudah meneliti avya, dimata gadis itu masi tersisa harapan untuk seseorang.

"Avya punya pacar?." Tanya Fino, wajah pria itu berubah pias.

"Itu urusan dia gue gak tau. Cuman gue hanya peringatan lo persahabatan kita akan canggung kalau lo nyatain perasaan lo. Lo telat."

"Gue gk bisa, gue sayang sama dia. Sebelum jalur kuning melengkung gue akan tetap suka sama avya." Ujar Fino lalu pria itu pergi dengan wajah dinginnya yg sudah lama tidak terlihat iin mengedikkan bahunya, sudahlah ia sudah menjelaskannya terserah pria itu mau atau tidak.


























🍯🍯🍯🍯

LIAM : TEMPRAMENTAL IS YOUR LOVE LANGUAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang