[24] LIAM ANEH

933 11 0
                                    

Sekitar jam 6.12 pagi avya merasakan udara sangat dingin menerpa kulitnya dan merasa perutnya terasa terbebani dengan sesuatu lumayan berat menerpa ia membuka matanya yg terasa pegal mungkin karna efek menangis kemarin malam.

Pandangannya kembali tertuju pada rambut hitam legam yg menindih perut atasnya, avya bisa menebak siapa pemilik rambut itu, tapi kenapa pria ini ada di dalam kamarnya terakhir kali saat di rumah kakek ia memang pernah mendapati liam tidur dengannya dan saat itu avya biasa saja karna Liam mabuk kentara dari aroma alkohol yg menyeruak dari indra penciumannya tapi sekarang avya tidak terlalu merasakan aroma minuman keras itu.

"Emhhnghhh..." Liam memutar arah tidur kepalanya, menjadi menghadap Avya ia belum tersadar dari tidurnya.

Avya melihat wajah itu, avya akui liam tampan bahkan sangat tampan mungkin siapapun kaum hawa yg melihatnya pasti akan terpesona apalagi saat ini liam tertidur sangat nyenyak dengan berbantalkan perut avya wajah pria itu berubah 180° dari biasanya. Wajah yg selalu dingin, kaku, dan tajam itu seakan hilang entah kemana tergantikan wajah tampan Liam yg terkesan lebih lembut tidak ada aura dingin yg terlihat.

Tangan lentik Avya tergerak mengusap lembut surai hitam legam milik pria itu rasanya sangat ringan dan halus bahkan avya sendiri tidak memiliki rambut sehat seperti ini ia jadi iri. Usapan itu berhasil membuat Liam merasa nyaman hingga ia membuka kelopak matanya. Tatapan mereka bertemu sekitar hampir 1 menit mereka hanya saling bertatapan bahkan tangan avya menjauh dari rambut Liam saat ia tersadar dengan apa yg dilakukannya.

"Kenapa berhenti?." Tanya Liam dengan suara serak khas bangun tidur, pria itu bergerak mensejajarkan posisinya dengan avya bukannya tidur di samping pria itu malah tidur di atas tubuh avya ia menindih tubuh gadis itu kepalanya ia selundupkan di leher gadis itu yg hanya mematung dengan perlakuan Liam tiba-tiba bahkan ia tidak merasakan beban tubuh pria besar itu yg sedang menindihnya.

"Lagi!." Ujar Liam, pria itu sibuk menikmati aroma manis yg keluar dari tubuh Avya sangat nyaman.

"A? Apa?." Avya linglung di buatnya.

"Elusin rambutnya." Pinta pria itu, bahkan nada suara yg selalu dingin dan tajam itu tidak terdengar sama sekali.

"Iiya." Dengan bodohnya Avya menurut, gadis itu mengelus surai rambut Liam membuat pria itu memejamkan matanya menikmati setiap gerakan tangan Avya yg lembut.

Sekitar 5 menit lebih mereka dalam posisi itu hingga avya tersadar dari kebodohannya. Dengan sekuat tenaga ia mendorong tubuh liam ke samping lalu gadis itu berlari ke kamar mandi ia akan terlambat jika tidak tersadar dengan perlakuan nya.

Liam tersenyum smirk lalu menarik selimut avya dan melanjutkan tidurnya. Aroma avya masi sangat terasa inilah yg membuatnya meras nyaman dan tidak berniat pergi dari tempat ini.

"Hufttt.....sadar Avya!." Avya mengatur nafasnya, jantungnya memompa dua kali lipat dari biasanya wajahnya pun ikut memerah seperti ia memiliki riwayat jantung ia harus ke dokter.

"Astaga udah hampir jam 7, avya telat!." Ujar avya saat melihat jam ia segera bersih-bersih dan bersiap untuk ke sekolah. Semua ini karna Liam ia jadi, lambat bangun pria itu sangat aneh pagi ini.

°°°°

"Vya muka lo merah kenapa? Dan lo kenapa pipi lo di plaster?" Tanya Fino mereka sedang duduk di tribun menyaksikan temannya yg bermain bulu tangkis mereka sedang belajar penjas.

"Hah? Ngk kok panas mungkin dan ini aku jatuh terus kena tangga." Jawab Avya, gadis itu masi memikirkan hal tadi pagi, bahkan ia pergi sekolah tanpa di ketahui liam yg saat ini mungkin masi tidur di kasurnya.

"Lo gpp kan, ini masi pagi muka lo merah jangan-jangan lo sakit." Ucap Fino khawatir melihat avya yg memerah.

"Apaan si minggir sana lo di panggil!." iin datang dan mengusir Fino, pria itu selalu menganggu agya saja.

"Oh gue ok." Fino pun pergi kini giliran nya untuk main.

"Tentang Liam?." Pernyataan iin berhasil mengambil alih perhatian Avya.

"Eeh...bbukan kok." Gugup avya, rasanya ia kepergok mencuri sesuatu iin selalu saja pandai menebaknya.

"Gk usah bohong." Ucap iin santai, ia tidak tau pasti tapi ia meras jika avya dan liam memang ditakdirkan bersama meskipun jalannya sangat rumit seperti ini.

"Kentara yah?." Avya menunduk malu, ketahuan berbohong itu sangat memalukan.

"Gk sih aku nebak aja." Kekeh iin, ia tidak bermaksud untuk membuat avya malu.

"Iihh sama aja." Rengek avya.

"Luka itu dari Liam?." Avya menganggu sebagai jawaban ia sudah terbiasa dengan lauk-luka seperti ini. "Muka kamu merah karna Liam juga?." Lanjut iin.

Avya mengangguk lalu menggeleng lagi.

"Aneh." Ujar iin menatap avya bingung.

"Iya, kak Liam pagi ini aneh banget." Keceplosan avya membuat iin menoleh kepadanya.

"Kamu dia apain?." Tanya iin curiga, apa ada sesuatu hal yg terjadi dengan temannya ini.

"Gpp." Avya tidak ingin menceritakan hal ini, menurutnya ini memalukan dan privasi untuknya.

"Oh, ya udah latihan sana nilai kamu nol gk lulus!." Suruh iin, gadis tomboy itupun pergi meninggalkan avya yg hanya bengong entah memikirkan apa.

°°°°

Keanehan liam semakin terlihat lebih jelas dimata avya, bagaimana tidak. Pria itu ada di depan gerbang sekolah berdiri dengan angkuh di sisi mobilnya membuat orang tua yg juga menjemput anaknya melihat pria itu.

Avya dan iin berjalan ke arah pagar sekolah dan Fino membuntuti mereka dengan motor di belakangnya entahlah kenapa pria itu selalu saja mengintili avya.

"Vya itu liam!." Ujar iin, gadis itu mengerem paksa membuat avya sontak berhenti tentu Fino jg menekan remnya.

"Hah? Ngaur kamu in." Avya tak langsung percaya, ia melihat arah pandang iin dan matanya otomatis terbelalak.

Sejak kapan pria itu di sana? Kenapa liam ada di sini? Untuk apa? Semua pertanyaan itu terlintas dalam benak avya.

"Kayaknya bukan kak liam deh!." Avya segera menarik iin pergi.

"Pulang." Tiba-tiba langkah avya terhenti karna seseorang menahannya, dia liam.

"Hah, ngk kak Liam ngapain di sini?" Menurutnya liam pasti sedang merencanakan sesuatu avya tidak ingin jatuh di lubang yg sama lagi.

"Ayo." Dengan sedikit menyeret Avya liam membawa gadis itu ke mobilnya.

"Dia siapanya avya?." Tanya Fino melihat kepergian mobil hitam itu.

"Dia orangnya, udah gue bilang kan mudur aja." iin langsung menghampiri supirnya yg sudah menunggunya ia meninggalkan Fino yg penuh dengan pertanyaan.

"Kak Liam mau kemana?." Tanya Avya, ia sama sekali tak menatap Liam.

"Gue bukan di jendela!." Ujar pria itu dingin.

"Kak liam kita mau kemana? Puas!." Avya geram dan langsung menatap Liam dengan tidak bersahabat.

"Pulang." Jawab Liam.

Benar liam benar-benar membawanya pulang ke apartemen, kecurigaan avya tidak terbukti tapi ia semakin curiga kenapa pria tempramental ini aneh tidak biasanya pria itu bersikap seperti ini.























🐎🐎🐎🐎

LIAM : TEMPRAMENTAL IS YOUR LOVE LANGUAGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang